Pada saat itu, gue dan Raizel, juga Vano baru aja masuk SMA.
Kita masih umur 16 tahun.Kita membuat geng yang cuma 6 orang, gue, Raizel, Vano, Cindy, Caca dan Diva.
Awalnya kita ngebuat geng atau persahabatan ini, karena kita sudah merasa cocok aja.Cocok dalam berbagai hal.Hingga sampai gue punya perasaan ke salah satu sahabat gue sendiri, gue bisa suka dia.
Karena ... dia itu ....Susah juga gue jelasinnya.
Intinya gue suka aja.Gue beraniin diri buat nembak dia jadi pacar gue, dan akhirnya gue diterima. Jadilah persahabatan kita, menjadi sebuah ikatan pacar.Tetapi meskipun begitu, kebersamaan kita masih tetap terjaga. Karena bagi kita semua, pacar bukan alasan buat ninggalin tali persahabatan, dan kenyamanan pertemanan.Banyak masalah, pengalaman dan hal yang udah gue alami selama ini. Sampe, gue harus mati-matian. Nyari tau penyebab, kenapa Ega bisa meninggal.Ega, A2 jam lagi, acara pernikahan gue sama Cindy dimulai. Gue cuma berharap, semoga acara dan segala urusan hari ini berjalan lancar. Gue emang udah niat lama, pengen cepet-cepet nikah sama Cindy. Karena, gue nggak mau sampai harus jauh dari dia. Awal mula gue suka dia, karena dia minta ditemenin beli baju.Waktu itu, gue belum punya perasaan apa-apa sama dia.Alias masih biasa aja, dan masih nganggep Cindy itu cuma sebatas sahabat nggak lebih. Saat perjalanan pulang, gue mau anterin dia pulang. Karena udah terlalu sore, dan masa iya gue ngebiarin sahabat cewek gue pulang sendiri. Jadi, gue nawarin diri buat anter dia pulang. Namun, malah dia nggak mau gue anter. Alasannya, katanya itu nggak adil. "Gue nggak mau lo anter pulang.Itu nggak adil, masa iya gue pulang bareng elo ....Dan habis itu, lo pulang sendiri ....Mending kita pulang sendiri-sendiri aja." Dia ngomong kaya gitu, gu
*1. MALAM MENYERAMKAN.********Angin berhembus, menyapa kulit ketika mereka keluar dari dalam kafe. Suara hiruk pikuk kendaraan yang awalnya ramai, kini menjadi sepi. Masih ada beberapa yang lewat, dan itu pun hanya bisa dihitung jari.Karena ini sudah waktunya orang tenggelam dalam mimpi.Melepas lelah karena kegiatan pada siang hari."Ok. Besok lagi ya ...." seru Diva"Dah semuanya?" imbuh CacaSedangkan Cindy, hanya melambaikan tangannya. Beriringan bersama suara Diva dan Caca.Ketiga gadis itu melambaikan tangan, pada tiga remaja laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengan mereka."Iya iya ....Dah juga ... jangan pada keluyuran, langsung pulang!" sahut Egy, "kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub ok." Lanjutnya."OKEE ...!" sahut ketiga gadis itu, bersamaan dari sebrang sana.Suara perpisahan yang tadinya mengisi gelapnya malam perlahan mulai hilang.Sua
2. EGADi malam yang gelap. Hanya diterangi oleh lampu jalanan, tampak Egy berjalan dengan agak laju bersama Raizel di belakang punggungnya."Sial sial sial!" cemoh Egy.Setelah Ia berusaha dengan cepat berlari kerumah, akhirnya Ia sampai."Maaah! Mamaaahh ...! Buka pintunya!" teriak Egy dari luar pintu.Memanggil sosok wanita yang tidak lain adalah Ibunya."Egy, kenapa harus teriak-teriak?" sahut Fani—Ibu Egy dari dalam rumah.Setelah pintu mulai terbuka, Egy langsung menerobos masuk kedalam rumah, melewati Fani di ambang pintu. Bersama Raizel yang tak sadarkan diri di belakang punggungnya."Raizel ...," gumam Fani lirih.Terkejut anaknya menggendong seseorang, yang ternyata itu adalah Raizel.Dengan tergesa-gesa.Egy naik ke ruang atas, menaiki tangga yang di mana ruang atas itu adalah kamarnya sendiri.Tanpa bertanya apapun, Fani menutup pintu lalu menge
3. Misteri Ega.Raizel dan Egy berjalan menaiki tangga. Saat Ia naik, Raizel hanya menundukan kepalanya, memperhatikan langkah kaki mereka, yang satu persatu bergantian menapaki anak tangga berikutnya.Batin dan pikirannya terus saja terbayang oleh sosok anak perempuan tadi yang Ia yakini adalah alm. Ega.Karena berjalan melamun, tidak terasa mereka sudah hampir sampai di muka pintu kamar Egy,saat Dia akan menginjak anak tangga yang terakhir. Dan setelahnya ia harus berjalan melewati hamparan keramik datar untuk sampai di pintu kamar.Tiba-tiba ....Raizel merasakan sedikit getaran di telapak kakinya yang membuatnya terpaksa harus berhenti, getaran yang tidak asing seperti hentakan keras kaki seseorang yang berlari naik dari tangga paling bawah.Raizel pun terdiam, untuk lebih fokus merasakan hentakan kaki tersebut.Sejenak Raizel melirik kedepan. Tampak Egy yang tidak memperhatikan
4. Kejujuran Raizel.Egy dan Fani sudah selesai membersihkan kekacauan yang dibuat Ega, di saat itu juga, Egy menyadari bahwa Raizel tidak ada di ruangan bersama mereka.Egy yang menyadari itu, lantas Ia bertanya pada Ibunya. Bahwa Ibunya—Fani, melihat Raizel atau tidak? Tapi jusru Fani baru saja sadar jikalau Raizel tidak ada di sana bersama mereka.Fani mengatakan pada Egy, Ia akan mencari Raizel, tapi Egy menjawab bahwa dirinya saja yang akan mencarinya sendiri."Jangan mah, biar Egy aja yang nyari" ucap Egy."Oh, ya udah. Kalo gitu, Mamah masuk kamar dulu ... masih jam dua malam, Mamah pengen lanjut tidur" pungkas Fani berlalu pergi Ke kamarnya.Egy hanya diam menatap Ibunya, yang berjalan masuk ke dalam kamar."Kemana tuh anak? ngilang gitu aja" cibir Egy "coba gue cek ke halaman belakang, barangkali dia ada di sana."Alasan Egy berinisiatif untuk mencari Raizel ke halaman
5. IKUT"Gue bilang ... bantu gue nyari tau penyebab Ega meninggal!" jelas Egy."Iya! tapi ... lepasin tangan lo, gue bukan cewek!Terus, ini lengan gue sakit!" protes Raizel.Egy yang menyadari, dirinya sudah bersikap tidak wajar pada temannya, langsung melepaskan cengkramannya dari lengan Raizel saat itu juga."Oh, sorry ... maaf, gue kelepasan.""Kenapa lo minta bantuan gue buat nyari tahu penyebab Ega meninggal? Bukannya lo udah tau dari dulu?" tanya Raizel penasaran akan jawaban Egy.Egy menjelaskan pada Raizel, bahwa dirinya sama sekali tidak tahu soal penyebab adiknya meninggal yang diingat Egy adalah, saat itu ayahnya dan Ega sedang berlibur ke rumah Kakek dan Neneknya di luar kota, tepatnya di pedesaan.Lalu setelah mereka berlibur empat hari di sana, Ayahnya memberi tahu Egy dan Ibunya bahwa, Ega sakit secara tiba-tiba, tapi satu minggu kemudian ayah Egy mengabarkan Ega telah mening
Raizel hanya diam melamun, menjadi sedikit tidak fokus setelah mendengar semua jawaban temannya. Dia mengira, semua temannya akan pergi menjauh setelah tahu fakta diri Raizel yang seorang Indigo. Hingga sampai, Egy memecah lamunannya."Tapi ... perjalanan kita akan jauh, dan tempatnya di pedesaan, apa kalian yakin tetep mau ikut?" tanya Egy. Mengingat, temanya yang terbiasa hidup di kota, Egy hanya takut, mereka tidak akan betah saat tinggal di desa nanti. "Nggak masalah kalo gue, gue juga udah sering mudik ke desa, ke tempat sodara gue di kampung dan ya, gue yakin. Desa tempat Bokap lo suasana, juga keadaannya nggak akan beda jauh, dari kampung sodara gue" tutur Cindy. "Gue juga nggak masalah, gue tetep mau ikut. Mana bisa gue ngebiarin Raizel pergi jauh dan berusaha sendiri" ungkap Diva. Egy, Vano, Caca dan Cindy tercengang mendengar pernyataan Diva.Mereka dengan kompak menoleh kearah Diva, termasuk
Sosok wanita berdaster. Yang membawa kain berlumuran darah itu terus saja mendekat, Egy dan Vano tentu melangkah mundur, masih mencoba untuk menjauh darinya.Tetesan darah nampak berjatuhan seperti pakaian cuci yang belum diperas, menetes membuat jejak titik di atas jalanan aspal di setiap langkahnya.Lalu ....'Turuti permintaannya, maka aku akan melepaskanmu.'Bisikan serak dan samar, muncul begitu saja masuk ke dalam telinga Raizel.Dan sepertinya yang membisikannya itu adalah, Genderuwo yang ada di balik tubuhnya.'Jadi ... Dia minta gue menuruti keinginan, si Hantu wanita ini?' batin Raizel."Gy ... Vano ... menyingkir!" seru Raizel.Memerintahkan Egy, dan Vano untuk menghindar dari sosok wanita yang masih saja terus menghampiri.Egy dan Vano mendengarkan perkataan Raizel, mereka yang awalnya terus berjalan mundur di hadapan Raizel, kini memilih menepi ke sisi jalan.Dan. Sosok wanita itu tent