Share

6. Tugas Baru

"Apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Lyla pada Damian. Lyla sedikit tak yakin ketika Damian membawanya ke sebuah salon kecantikan yang terlihat masih tutup.

"Benar inilah tempatnya. Mari kita masuk," balas Damian.

Seorang pria tiba-tiba keluar dari pintu masuk salon tersebut dan tertawa cerah saat melihat Damian dan Lyla sudah berdiri di hadapannya. "Damian! ... oh, harusnya kau menghubungiku. Aku bisa menjemputmu."

"Tak perlu berbasa-basi Clark. Aku ingin kau memberikan kemampuan yang terbaik yang kau punya untuk Lyla."

Saat namanya disebut, Lyla sedikit tersentak dan refleks menatap Damian. "Aku? Mengapa? Aku pikir kau yang akan menghabiskan waktu di sini?" Lyla berbisik agar pria di hadapannya tak mendengar yang ia katakan.

"Clark, segera persiapkan semuanya," perintah Damian. Lagi-lagi seolah merupakan kebiasaan Damian, ia mengabaikan begitu saja saat Lyla bertanya sesuatu.

"Oke, masuklah kalian. Aku akan bersiap!" Pria bernama Clark itu kemudian masuk kembali ke tempatnya.

"Damian?" Lyla berani bertanya lagi dengan agak keras setelah Clark kembali masuk. 

"Kau sudah mendengar bukan? Apa lagi yang ingin kau ketahui?" jawab Damian tenang.

"Mengapa?" tanya Lyla.

"Sebagai asistenku, aku ingin kau memiliki standar yang cukup yang sesuai dengan keinginanku. Itu saja, Lyla," ucap Damian lagi.

Lyla mengerutkan alisnya. "Apa itu artinya penampilanku begitu buruk?" Lyla sedikit tertegun saat Damian menyebutkan soal standar. Ia tiba-tiba tersadar, mungkin dirinya sebenarya tidak layak untuk menjadi asisten Damian.

"A ... apa Jake, atau seseorang pernah menyebutkan tentang penampilanku padamu?" tanyanya. "Apakah menurut mereka aku begitu buruk? A ... aku rasa penampilanku tidak seburuk itu dan tidak terlalu memalukan untuk dapat menjadi asistenmu," lirihnya merasa sedikit tak percaya diri.

"K ... kau bisa tanyakan itu pada mereka, Damian! Kau bisa meminta mereka menggambarkan wajahku dengan baik. Dan jika aku begitu mengganggumu dengan penampilanku, kau bisa membatalkan niatmu untuk menjadikanku asistenmu." Kali ini Lyla mulai sedikit terbawa emosinya.

"Lagipula ... kurasa aku juga tidak terlalu buruk," gumamnya lagi sambil menggigit bibirnya. Ia kemudian menatap Damian dengan wajah cemberutnya. "Dengar, Damian, walau mungkin aku memang tidak cantik, kau juga seharusnya mengatakan sesuatu dari awal mengenai syarat penampilan tertentu yang sesuai untuk kriteria menjadi asistenmu!"

Lyla kemudian menghembuskan napasnya perlahan. Karena sedikit kesal, ia tanpa sadar menjadi terlalu banyak bicara.

Damian yang sedari tadi hanya diam, akhirnya mulai bicara. "Apakah kau sudah selesai mengomeliku?" tanya Damian sambil tersenyum simpul. Tak ada sedikit pun raut kesal pada wajahnya. "Kau kadang menjadi sedikit terlalu banyak berbicara saat kau sedang merasa kesal, Lyla," komentar Damian dengan sedikit geli.

Lyla sedikit terkejut dan merona malu karena sadar ia mungkin telah bertindak sedikit lancang. "Ma ... maaf, maksudku bukan begitu," gumamnya lirih.

"Tak apa, aku mengerti. Aku membawamu kemari untuk suatu tujuan. Anggap saja ini adalah tugas barumu selanjutnya. Bukan berarti penampilanmu buruk, Lyla. Percayalah, aku tahu kau begitu cantik, dan aku juga tak meragukan itu," jawab Damian yakin dan penuh arti.

"Bu ... bukan begitu maksudku. Dan aku tidak cantik. Jangan mengatakannya hanya untuk menghiburku. Lagipula kau belum bisa mengatakan seorang wanita itu cantik jika kau belum benar-benar melihatnya!" Lagi-lagi Lyla seperti telah kelepasan berbicara. Ia refleks menutup mulutnya. "Ah! Maaf, bukan maksudku ...."

Damian tertawa ringan. "Tak apa, aku mengerti. Lagipula, aku memang lebih tahu dari siapa pun tentang kecantikanmu itu," jawabnya lagi seolah menyiratkan sesuatu. "Nah! Baiklah, mari kita masuk," ajaknya kemudian.

Walau tak sepenuhnya mengerti dengan maksud ucapan Damian tadi, Lyla kemudian hanya menuruti ucapannya dan membimbing Damian untuk masuk.

Ketika sampai di dalam salon kecantikan itu, Lyla mendapati ruangan yang begitu luas dan elegan dengan berbagai macam interior mewah yang menghiasi setiap sudutnya begitu ia dan Damian menginjakkan kaki mereka di atas lantai mewah itu.

Mulutnya sedikit menganga karena baru pertama kali ini ia memasuki salon dengan jenis kemewahan yang seperti ini. Jelas, salon kecantikan ini bukanlah salon yang mungkin biasa dimasuki oleh gadis sepertinya.

"Clark!" panggil Damian kemudian.

"Yes, Damian?" Clark kembali menghampiri tamu terhormatnya dengan wajah riang. Jika Richie tadi berbadan besar, maka Clark adalah kebalikan darinya. Ia seorang pria yang ramping dan simpel. Jika diperhatikan, kesamaan yang mereka miliki hanyalah gaya bicara yang riang dan ramah serta sikap yang sedikit gemulai itu.

"Jam enam, sebelum makan malam, aku akan menjemputnya kembali. Layanilah ia dengan baik, Clark." Damian memberikan perintah tegas pada Clark.

"Oke, tak masalah! Kemarilah, Cantik!" Clark serta merta meraih lengan Lyla dengan santai. "Lihat saja, Sayang, akan kupastikan kau menjadi bersinar dan seksi di tanganku," ucap Clark dengan berbinar.

"Clark, jangan terlalu berlebihan. Kau tahu apa yang kuinginkan bukan?" ucap Damian lagi.

"Tentu saja!" Clark mengerling pada Damian walau tentu saja ia tahu Damian jelas tak dapat melihatnya.

"Baiklah, sampai nanti aku menjemputmu lagi Lyla, nikmatilah waktumu." Damian kemudian telah disambut oleh Ben dan begitu saja meninggalkan Lyla sendirian dengan tatapan kebingungan.

"Ikuti aku, Cantik! Tak perlu malu-malu, ayo!" ucap Clark.

"Baiklah," jawab Lyla sedikit gugup. Jantungnya berdetak kencang. Walau ini hanya sebuah salon kecantikan, tetapi ia merasa seolah-olah dirinya sedang masuk ke dalam dunia baru yang belum pernah ia lihat dan alami sebelumnya.

Di luar salon, tampak Damian yang dibimbing Ben, sudah masuk ke dalam mobil. "Ben, bawa aku ke tempat Sammy." Damian memerintahkan Ben segera setelah ia duduk di dalam.

"Baik, Tuan," jawab Ben yang kemudian dengan sigap pindah ke kursi pengemudi untuk bersiap menyetir.

"Pastikan kau melewati jalanan yang tak terlalu mencolok, Ben. Dan seperti biasa, kita ke tempat Harvey dahulu untuk berganti mobil."

"Baik, Tuan," jawab Ben lagi dengan formal.

"Dan ... Ben ... mari kita sedikit bermain-main pada penguntit yang sedang mengikuti kita. Pastikan ia mendapatkan pengamatan yang bagus dan berita menarik untuk tuannya, hmmm ...," ucap Damian sambil kemudian tersenyum kecil.

Ben refleks memeriksa kaca spion mobil. Dan benar saja, di pantulan kaca tampak ada sebuah mobil hitam kecil berjarak cukup jauh sedang berhenti untuk mengawasi mereka.

"Ba ... bagaimana Tuan bisa tahu?" Ben sedikit terkejut dengan petunjuk yang diberikan Damian. Ia sendiri bahkan tidak pernah memperhatikan bahwa ada mobil yang sedang menguntit mereka sebelumnya.

Damian hanya tersenyum simpul lagi tanpa ada yang benar-benar mengerti maksud senyumannya itu selain dirinya sendiri.

____****____

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status