Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Titik Nol Kegelapan

Share

Titik Nol Kegelapan

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-28 19:52:22

"Farhan, aku merasakan sesuatu yang sangat aneh di sini," kata Suci dengan nada suara yang bergetar, matanya menatap sekeliling dengan waspada. Mereka berdua berdiri di tepi sebuah hutan tua yang jarang dijamah manusia. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, meskipun matahari masih bersinar di atas. Cahaya tampak enggan menembus rimbunnya pepohonan, seakan tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.

Farhan mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Kita harus berhati-hati, Suci. Aku tidak suka perasaan ini." Mereka melangkah masuk ke dalam hutan, mengikuti petunjuk yang mereka dapatkan dari seorang pria tua yang tinggal di desa sekitar. Pria itu menyebutkan sebuah tempat yang dianggap terkutuk, tempat di mana banyak hal aneh terjadi dan tidak ada yang pernah kembali setelah pergi ke sana.

Langkah mereka terdengar pelan, nyaris tak bergaung di tanah yang lembab. Pepohonan menjulang tinggi, membentuk kanopi gelap di atas kepala mereka, memisahkan mereka dari dunia luar. Setiap langkah terasa lebih berat, seolah-olah sesuatu di bawah tanah menarik kaki mereka kembali. Farhan bisa merasakan dingin yang merayap dari tanah ke tubuhnya, menjalar hingga ke tulang.

"Aku melihat sesuatu..." Suci berhenti sejenak, memejamkan mata. Kemampuan indra keenamnya mencoba menangkap petunjuk dari alam yang tersembunyi di sekitarnya. Perlahan, dia mulai merasakan kehadiran yang tidak bersahabat. Bayangan-bayangan gelap berputar di sekeliling mereka, mengintai dari balik pepohonan.

Farhan meraih tangan Suci, mencoba memberikan dukungan meski dirinya pun mulai merasa gelisah. "Kita harus terus bergerak. Tempat itu pasti sudah dekat."

Setelah berjalan beberapa waktu, mereka tiba di sebuah area terbuka yang terasa berbeda. Tanahnya lebih gersang, dan pepohonan di sekelilingnya tampak mati, batang-batang mereka pucat dan tak berdaun. Di tengah area itu, terdapat lingkaran batu-batu besar yang tersusun secara aneh, seolah-olah ditempatkan di sana dengan tujuan tertentu. Aura kegelapan begitu kuat di tempat itu, hampir terasa seperti beban fisik di dada mereka.

"Ini dia... titik nol dari kegelapan yang selama ini kita cari," bisik Suci dengan mata terbelalak. Dia bisa merasakan energi jahat yang membumbung dari tanah, membuat udara di sekitarnya bergetar. "Ada sesuatu yang disembunyikan di sini."

Mereka mendekati lingkaran batu itu, perlahan, dengan perasaan campur aduk antara takut dan penasaran. Farhan mengamati setiap detail, mencoba mencari sesuatu yang mungkin bisa memberi mereka petunjuk. Tiba-tiba, dia melihat sebuah tanda yang tergores di salah satu batu, sebuah simbol kuno yang dia kenali dari penelitian mereka sebelumnya.

"Suci, lihat ini," panggil Farhan, menunjuk ke arah simbol itu. "Ini adalah simbol yang sama dengan yang kita temukan di manuskrip tua itu. Ada sesuatu yang sangat penting di sini."

Suci mendekat, merasakan simbol itu dengan ujung jarinya. Saat dia menyentuhnya, sebuah penglihatan mendadak muncul di pikirannya. Dia melihat bayangan masa lalu, orang-orang yang melakukan ritual di tempat ini, memanggil kekuatan gelap yang kuat. Ritual itu tampak tidak selesai, seolah-olah ada sesuatu yang menghentikannya di tengah jalan.

"Tidak heran tempat ini terasa begitu kuat. Ritual mereka tidak pernah selesai... energi itu tetap terperangkap di sini," kata Suci dengan suara pelan, nyaris berbisik. "Mereka mencoba mengurung sesuatu, tapi tidak sepenuhnya berhasil."

Farhan mengerutkan kening, merasakan kengerian yang sama. "Jika mereka tidak berhasil, maka tugas kita adalah menyelesaikannya. Tapi bagaimana caranya?"

Sebelum Suci sempat menjawab, sebuah suara aneh terdengar dari belakang mereka, suara seperti langkah kaki yang menginjak dedaunan kering. Keduanya berbalik dengan cepat, hanya untuk melihat bayangan samar yang bergerak cepat di antara pepohonan. Sosok itu tinggi dan kurus, dengan mata yang bersinar merah dalam kegelapan.

Suci merasakan napasnya tertahan. "Farhan... kita tidak sendirian di sini."

Bayangan itu mendekat, tapi setiap kali mereka mencoba melihatnya dengan jelas, sosok itu tampak menghilang, seolah-olah hanya bagian dari ilusi. Tapi Suci tahu, itu bukan ilusi. Dia bisa merasakan kehadiran nyata dari entitas ini, dan semakin lama mereka di sini, semakin kuat kekuatannya.

Farhan meraih senter dari dalam tasnya, mencoba menerangi bayangan itu. Tapi cahaya dari senter tidak cukup kuat untuk menembus kegelapan yang tampak hidup. "Suci, kita harus keluar dari sini sekarang," katanya dengan tegas, meski ada ketakutan di suaranya.

Namun, sebelum mereka sempat melarikan diri, tanah di bawah kaki mereka bergetar, seolah-olah sesuatu dari bawah permukaan tanah sedang berusaha muncul ke atas. Batu-batu di sekeliling mereka mulai bersinar dengan cahaya merah yang menakutkan, memancarkan energi yang semakin kuat. Suci merasakan kekuatan gelap yang menahan mereka di tempat itu, seperti jaring yang tidak terlihat, menarik mereka lebih dalam ke dalam misteri yang belum terungkap.

Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, terdengar suara gemuruh yang dalam, hampir seperti suara bumi yang bergerak. Bayangan itu menjadi lebih jelas, memperlihatkan sosoknya yang mengerikan. Tingginya lebih dari dua meter, dengan tubuh yang hampir transparan, tapi tetap menunjukkan bentuk manusia yang cacat. Wajahnya tidak berbentuk, hanya ada lubang besar di tempat mata seharusnya berada, memancarkan kegelapan yang begitu dalam.

"Suci... apa itu?" suara Farhan pecah oleh ketakutan, matanya membelalak ngeri melihat sosok yang tidak seharusnya ada di dunia ini.

Suci mencoba menenangkan dirinya, meskipun kengerian menggenggam hatinya erat. "Itu... itu adalah sisa dari kekuatan yang terperangkap di sini. Bayangan dari masa lalu, entitas yang tidak pernah bisa pergi."

Bayangan itu bergerak mendekati mereka, dan mereka bisa merasakan suhu udara yang menurun drastis, hampir membekukan. Farhan mundur, menarik Suci bersamanya, tapi mereka tahu bahwa lari tidak akan menyelesaikan masalah ini. Mereka harus menghadapi kegelapan ini, apa pun risikonya.

Suci yang melihat sesuatu di tanah, sesuatu yang tampaknya adalah kunci untuk menghentikan semua ini. Tapi sebelum dia sempat mengambilnya, sosok bayangan itu menerjang ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa, mengakhiri bab ini dengan ketegangan yang memuncak, meninggalkan pembaca dengan rasa penasaran yang mendalam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status