Chapter: Bab 122 – Pemburu Bayaran TerbaikMalam menggantung pekat di atas langit Kekaisaran, seakan menyembunyikan aib dan darah yang tumpah dari intrik para penguasa. Tak ada bintang malam itu. Hanya awan kelabu yang mengambang, menebar hawa dingin yang menusuk ke tulang. Di ruang bawah tanah Istana Utara, aroma lilin dan tinta bercampur menjadi satu, menggantung di udara bersama bisikan pembunuhan. "Bawa surat ini ke dia. Tak seorang pun boleh tahu kecuali kalian yang ada di ruangan ini," ucap Kaisar, nadanya lebih dingin dari biasanya. Mata-mata Dewan Perang menunduk hormat. Di balik tirai merah gelap, sesosok bayangan melangkah keluar—rambut panjang tergerai seperti air malam, mata tajam berkilat bagai pisau yang terhunus. Ia tak berbicara. Tak perlu. Semua sudah tahu siapa dia. Mei Yue. Pemburu bayaran terbaik di daratan timur. "Targetmu bernama Li Feng," kata Jenderal Liang, sambil meletakkan gulungan berisi informasi. "Namun berhati-hatilah… i
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: Bab 121 – Rapat Rahasia di Istana UtaraUdara pagi itu menggigit seperti ujung tombak yang tajam. Kabut tebal menyelimuti jalan-jalan menuju Istana Utara, tempat yang biasanya sepi dan jarang disentuh langkah manusia kecuali saat-saat genting. Dan pagi itu... adalah salah satu saat yang sangat genting. Li Feng berdiri mematung di bawah gerbang berukir naga perak yang mulai aus dimakan waktu. Ia tak memakai jubah kebesarannya. Hanya pakaian kelabu tua tanpa lencana pangkat. Diam-diam, ia berharap kehadirannya tak terlalu menarik perhatian. Tapi bagaimana mungkin? Di mata dunia, ia kini bukan hanya pendekar, bukan hanya pembawa Pedang Naga Langit—ia adalah simbol. "Yang Mulia memanggilnya secara pribadi," ujar Pengawal Istana dengan suara menunduk. "Tak ada yang lain tahu, kecuali tujuh orang." Li Feng hanya mengangguk pelan. Di dalam pikirannya, suara Putri Ling’er masih menggema dari malam sebelumnya: “Jangan percayai siapa pun. Bahkan para menteri yang selama ini tampak setia.
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: Bab 120 – Darah yang Sama, Jalan yang BerbedaLi Feng terdiam di puncak bukit, memandangi panorama kekaisaran yang terbentang di bawah kaki. Matahari terbenam di balik pegunungan yang jauh, melukiskan langit dengan semburat oranye yang redup. Semua yang telah ia lalui terasa seperti mimpi yang mengabur, tetapi rasa berat yang terpendam di dadanya, rasa tak terhindarkan, adalah kenyataan yang tidak bisa ia elakkan. Di balik kegelapan malam yang datang, Li Feng tahu bahwa takdirnya telah digariskan oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya—sebuah permainan politik yang ia tak pernah inginkan. "Aku... aku hanya seorang pemuda desa," gumamnya pelan, hampir seperti sebuah doa. "Mengapa aku harus terjerat dalam semua ini?" Suaranya penuh kebingungan, seolah menanyakan pada dunia yang tak memberi jawaban. Namun, jawaban itu sudah ia temui, meski pahit. Pedang Naga Langit, senjata yang membawa kutukan yang mengekangnya, bukan hanya sebuah pusaka yang diperebutkan oleh para penguasa. Ia kini tahu bahwa ta
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: Bab 119 – Satu Rahasia TerakhirLi Feng berdiri tegak di ruang bawah tanah yang remang, cahaya samar dari lentera yang tergantung di langit-langit memberi kilau redup pada dinding batu yang dingin. Udara terasa berat, seakan dipenuhi dengan beban masa lalu yang telah lama terkubur di tempat ini. Dalam sekejap, sebuah suara yang familiar—yang selama ini terpendam dalam benaknya—terdengar lagi. Suara itu datang dari arah belakang, jauh dari tempat ia berdiri, dan hati Li Feng berdebar kencang. Langkah kaki yang lambat namun pasti, diikuti dengan suara napas berat, membawa Li Feng pada ingatan-ingatan yang ia coba lupakan. Tidak salah lagi. Itu adalah suara yang sudah lama tidak ia dengar. "Guru Liang…" kata Li Feng perlahan, mengucapkan nama yang sudah lama ia anggap hilang bersama bayangan masa lalu. Suaranya serak, penuh kebingungannya sendiri. Guru Liang muncul dari balik bayang-bayang, sosok yang seakan keluar dari dimensi waktu itu sendiri. Pakaian peluhnya yang dulu
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: Bab 118 – Kembali ke Kedai TianxiangLi Feng berjalan perlahan, kaki terasa berat seperti membawa beban dunia. Di depannya, langit senja perlahan berubah menjadi kelam, menyelimuti desa yang telah lama ia tinggalkan. Suasana kedai Tianxiang kini terasa sangat berbeda. Tanpa orang-orang yang biasa berkerumun, tanpa suara tawa atau canda, semuanya terasa sunyi dan hampa. Sudah lama sekali sejak Li Feng meninggalkan tempat ini. Setelah perjalanan panjang yang penuh dengan pertarungan dan penderitaan, ia akhirnya kembali ke tempat yang pernah menjadi titik awal hidupnya yang baru. Tempat yang, meskipun tidak besar, menyimpan kenangan akan masa-masa yang telah berlalu. Setiap langkah terasa seakan membawa kembali semua kenangan pahit dan manis yang pernah ia alami di sini. Bagaimana ia dulu bekerja sebagai tukang cuci piring, berjuang untuk sekadar bertahan hidup, dan bagaimana semua itu berubah setelah pertemuannya dengan Putri Ling’er, Pedang Naga Langit, dan semua musuh yang mengejarnya.
Terakhir Diperbarui: 2025-04-28
Chapter: Bab 117 – Pengendus Jiwa MenyerangHutan berkabut itu terasa lebih pekat dari biasanya. Pohon-pohon besar menjulang tinggi dengan cabang-cabangnya yang rapat, menghalangi cahaya matahari yang hanya sedikit menembus. Udara dingin dan lembap menyelimuti sekujur tubuh Li Feng, membuatnya merasa seolah-olah hutan ini bukan tempat biasa. Sesuatu yang gelap, yang tak terlihat, mengintai setiap gerakannya. Jantungnya berdegup kencang, dan dalam keheningan yang mencekam itu, ia bisa merasakan adanya mata yang terus mengawasi. "Apa yang kau rasakan, Li Feng?" suara itu muncul dalam benaknya, suara yang sama yang tidak pernah ia lupakan—suara Pedang Naga Langit. Suara yang seolah-olah berasal dari dalam jiwanya sendiri, namun selalu berhasil membuatnya terperangah. Kali ini, suara itu terdengar seperti bisikan yang penuh desakan. "Aku merasakan bahaya. Sesuatu yang mengintai... yang akan datang." Li Feng menatap pedang di tangannya dengan penuh keraguan. Selama ini pedang itu selalu
Terakhir Diperbarui: 2025-04-28
Chapter: Kebenaran yang Terungkap“Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben
Terakhir Diperbarui: 2024-10-21
Chapter: Mata yang Tak Pernah Tertidur“Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek
Terakhir Diperbarui: 2024-10-21
Chapter: Teror di Balik Cermin"Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala
Terakhir Diperbarui: 2024-10-20
Chapter: Dalam Pelukan Dosa“Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya
Terakhir Diperbarui: 2024-10-20
Chapter: Sentuhan Bayangan"Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny
Terakhir Diperbarui: 2024-10-19
Chapter: Ruang yang Menyempit“Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai
Terakhir Diperbarui: 2024-10-19