Suci, adalah detektif dengan kemampuan indra ke enam. Dirinya tak menyangka bahwa akan terjerat dalam sebuah misteri kuno yang melibatkan kutukan di desa terpencil yang dikenal sebagai "Desa Kegelapan." Satu-satunya cara untuk menghentikan kekuatan jahat tersebut adalah dengan memecahkan teka-teki ritual kuno dan mengungkap rahasia yang selama ini tersembunyi. Akankah Suci berhasil memecahkan misteri itu atau nyawanya menjadi bayaran?
View MorePagi itu cerah, dengan sinar matahari yang memancarkan cahaya keemasan ke seluruh kota. Namun, suasana di taman kota yang sepi itu terasa berat, seperti ada sesuatu yang tak beres.
Suci melangkah pelan, mendekati lokasi kejadian yang baru saja dilaporkan oleh pihak kepolisian. Taman yang biasanya dipenuhi anak-anak bermain dan pasangan yang bercengkerama kini tampak kosong. Keceriaan pagi hari seolah lenyap, digantikan oleh rasa cemas yang menggantung di udara. Dia memperhatikan setiap detail dengan tatapan tajam dan penuh konsentrasi. Dari jauh, dia bisa melihat tubuh seorang pria tergeletak di tanah, dikelilingi oleh petugas yang sedang melakukan penyelidikan. Suci menghampiri dengan langkah mantap, meski hati kecilnya merasakan getaran aneh. Wajah pria itu tampak pucat, dengan ekspresi terkejut yang seolah mengatakan bahwa dia tidak siap menghadapi akhir hidupnya. Suci membungkuk untuk melihat lebih dekat. Pria itu mungkin berusia sekitar empat puluhan, dengan rambut hitam yang mulai memutih di bagian pelipisnya. Pakaian yang dikenakannya, jas dan celana formal, tampak kusut dan kotor. Ada bekas darah di sekitar tenggorokannya, dan beberapa goresan di lengan kirinya. "Detektif Suci," sapa seorang petugas dengan nada formal, "ini adalah salah satu kasus yang tidak biasa. Kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan yang jelas, dan tampaknya tidak ada saksi mata." Suci mengangguk, merasakan tekanan di dadanya meningkat. Dia bisa merasakan adanya sesuatu yang lebih besar di balik kasus ini, sesuatu yang melampaui apa yang tampaknya terlihat di permukaan. Menggunakan kemampuannya, dia mulai merasakan energi yang tidak biasa di sekitar tempat kejadian. Dia meraba-raba udara di sekitar tubuh pria itu, mencoba mencari petunjuk dengan menggunakan indra keenamnya. Ada sesuatu yang mengganggu – semacam kehadiran yang tak kasat mata yang terasa semakin mendalam seiring dengan penyelidikan. Suci berjongkok dan mengamati tanda-tanda di sekitar lokasi. "Tidak ada tanda-tanda perjuangan," katanya sambil memeriksa tanah di sekitar tubuh. "Dan tidak ada tanda-tanda bahwa ada yang melarikan diri dari sini." Seorang polisi muda, yang tampak gugup, mendekati Suci dan berbisik, "Kami menemukan catatan kecil di saku jasnya. Itu hanya sebuah pesan singkat, tetapi kami belum sempat membacanya." Suci mengambil catatan kecil itu dengan hati-hati. Pesan itu hanya berisi beberapa kata yang tampaknya tidak lengkap: "Jangan... jangan... mereka datang..." Ada ketidakpastian dan ketakutan dalam tulisan itu, seolah-olah penulisnya merasa terancam hingga detik terakhir hidupnya. Saat dia menyiapkan catatan untuk dianalisis lebih lanjut, Suci merasakan sesuatu yang aneh di dekatnya. Kegelapan seolah menari di sudut matanya, seolah ada sesuatu yang bersembunyi di balik bayang-bayang pohon-pohon di taman. Ketegangan di udara membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang sedang mengawasi setiap gerakannya. Suci berdiri dan menoleh ke arah petugas lainnya. "Tolong pastikan catatan ini diperiksa segera. Ada sesuatu yang tidak beres di sini." Ketika dia mengalihkan pandangannya kembali ke tubuh pria itu, dia merasakan sensasi dingin yang menyusup ke tulang punggungnya. Suara bisikan lembut seperti angin malam terdengar samar di telinganya, seolah ada sesuatu yang mencoba berkomunikasi dengan dirinya. Perasaan itu semakin intens ketika sebuah bayangan tiba-tiba melintas di sudut matanya. Dia berbalik cepat, namun tidak ada apa-apa di sana, hanya pohon-pohon dan semak-semak yang bergerak pelan oleh hembusan angin. Keringat dingin mengalir di dahinya saat dia merasakan ketidaknyamanan yang mendalam. Di tengah kegelapan itu, Suci menyadari bahwa kasus ini mungkin jauh lebih rumit dari yang dibayangkannya. Sesuatu yang tak terlihat dan misterius sedang bersembunyi di balik bayangan-bayangan gelap di taman ini. Rasa penasaran dan ketegangan membumbung tinggi, menandakan bahwa petualangan yang menegangkan baru saja dimulai. Ketika petugas mulai menutup area tersebut dan Suci bersiap untuk meninggalkan tempat kejadian, dia menoleh untuk terakhir kalinya ke arah tubuh pria itu. Di antara kerumunan, dia menangkap sekelebat sosok misterius yang tampak menghilang di antara bayang-bayang. Senyuman dingin, atau mungkin hanya ilusi, tetapi cukup untuk menambah rasa tegang di dalam dirinya. "Ada sesuatu di sini yang jauh lebih gelap dari yang terlihat," gumam Suci pada dirinya sendiri, mengusap keringat dari dahi. Ketika dia berbalik dan melangkah pergi, suara bisikan samar itu kembali terdengar di telinganya, semakin jelas dan penuh tekanan. Suci merasa seperti ada sesuatu yang mencekam mengintai di setiap langkahnya, menunggu untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik kegelapan taman kota ini. Di belakangnya, bayangan-bayangan itu seolah bergerak semakin mendekat, menunggu untuk mengungkap misteri yang mungkin belum sepenuhnya terpecahkan.“Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben
“Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek
"Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala
“Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya
"Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny
“Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments