Beranda / Rumah Tangga / Misteri Janin Di Rahim Istriku / Ch 6 Laki-Laki Siaga Untuk Hania

Share

Ch 6 Laki-Laki Siaga Untuk Hania

Penulis: Allyaalmahira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 12:22:55

“Sean,” gumam Hania tanpa suara, matanya terpaku pada sosok laki-laki tampan yang semakin mendekat. Sorot mata Sean tampak serius, seakan menyelidiki.

“Apa yang terjadi, Hania? Kenapa kamu bisa seperti ini?” tanya Sean, tatapannya beralih antara Hania, Bian, dan Pak Haris. Ketiganya terdiam. Hania dan Pak Haris tampak khawatir, sementara Bian justru menunduk, raut wajahnya tak terbaca.

“Apa kandunganmu baik-baik saja?” tanya Sean lagi, suaranya sedikit khawatir.

Hania bingung harus menjawab apa. Ia tahu Sean pasti marah besar jika terjadi sesuatu pada benih yang tumbuh di perutnya. Mengadukan semua perlakuan Bian? Mustahil.

“Em, tidak terjadi apa-apa, Sean. Hania hanya kelelahan,” sambar Pak Haris, membuat Sean seketika menoleh padanya.

Tatapan Sean beralih pada Bian yang masih tampak acuh. “Di mana tanggung jawabmu sebagai suami? Kenapa kamu membiarkan istrimu terluka seperti ini? Di mana hatimu?” tanya Sean, suaranya bergetar menahan amarah.

Bian tersentak, “Jaga ucapanmu! Ini bukan urusanmu, jangan ikut campur!”

“Oh, tidak. Kamu salah! Ini justru menjadi urusanku, karena Hania sedang mengandung benihku, dan kalau sampai terjadi apa-apa, maka kamu orang pertama yang aku cari!” Keduanya berpandangan tajam, ketegangan memuncak di antara mereka.

Bian tampak marah. Matanya memerah, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal erat hendak dilayangkan. Namun, sebelum Bian sempat bergerak, kedua anak buah Sean sudah lebih dulu mencengkeram erat tangannya. Bian meronta, menggeram, dan mencoba melepaskan diri, tetapi cengkeraman anak buah Sean terlalu kuat.

Sean mengamati Bian dengan tatapan dingin. “Kamu tidak akan bisa menyentuhku, Bian,” bisik Sean, suaranya terdengar dingin dan mengancam.

“Kenapa selalu emosi yang kamu utamakan? Dan apa karena sikapmu ini yang membuat Hania jadi begini?” ucap Sean, suaranya dingin dan menusuk. Tatapannya tajam, seolah menembus jiwa Bian. "Bian, kalau kamu tidak sanggup menjaga istrimu dengan baik, maka aku siap mengambil alih,” tambahnya.

Hania terkesiap, matanya membulat sempurna. Rasa terkejut dan kekhawatiran bercampur aduk dalam dirinya. Bian tampak terpaku, rahangnya mengeras, dan matanya menyala dengan amarah. Pak Haris, yang selama ini hanya menjadi penonton, mulai tampak gelisah.

Suasana menjadi hening, hanya suara napas mereka yang terdengar. Sean, dengan tatapan yang penuh makna, mengamati reaksi mereka satu per satu.

Keheningan mencengkeram mereka dalam waktu yang terasa lama. Akhirnya, Pak Haris memecah keheningan itu dengan suara yang sedikit gemetar, “Em, sudah-sudah, ini hanya kesalahpahaman. Sean, saya mohon maaf atas ketidaknyamanannya, tapi kami berjanji akan menjaga Hania dan anakmu dengan baik.” Wajahnya tampak pucat, keringat dingin menetes di dahinya.

Sean menatap Pak Haris dengan tatapan tajam, seolah menilai kejujuran dalam ucapannya. “Semoga begitu, Pak Haris. Dan kalau sampai hal ini terulang lagi, maka aku tidak akan main-main dengan ucapanku!”

Hania terdiam, bingung harus bagaimana. Sean dan kedua anak buahnya itu akhirnya meninggalkan tempat. Pak Haris, yang selama ini tampak tegang, mengusap keringat dingin di dahinya dan menghela napas panjang.

“Kamu lihat, Bian, ada laki-laki yang siaga untuk Hania. Tapi di sini kamu sebagai suaminya malah selalu menyakiti,” ucap Pak Haris, suaranya berbisik, penuh penekanan. Matanya menatap Bian dengan sorot kecewa.

Mendengar ucapan sang ayah, Bian mengerang kesal. Bukannya menjawab, dia justru mendekati Hania dan memandangnya tajam. “Bahagia ya kamu, ada pahlawan super yang siap menjaga kamu kapan pun dan di mana pun? Huh, aku benar-benar tidak menyangka kalau hubungan kalian memang sedekat ini.” Nada bicaranya terdengar sarkastik, penuh dengan amarah.

Seketika, ingatan Hania terbawa pada beberapa tahun yang lalu, ketika ia dan Sean masih berhubungan dekat sebagai kekasih. Mereka berbagi momen-momen manis dan keseruan bersama, menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

“Aku berjanji, Hania, akan menjagamu sampai kapan pun, dan kalaupun nanti bukan aku yang menjadi jodohmu, tapi rasa cintaku tetap abadi untukmu,” ucap Sean dengan penuh keyakinan dan cinta. Hania terpaku dan terenyuh mendengar ucapan Sean yang begitu tulus saat itu.

Rasa cinta yang begitu mendalam membuat sebuah kenyamanan yang tak tergantikan di antara mereka. Kenangan akan janji dan cinta mereka terpatri dalam hati Hania, mengingatkannya akan masa-masa indah yang pernah mereka lewati bersama.

Saat ini ucapan Sean seolah semua terjadi, bukan Sean laki-laki yang menjadi suaminya, tapi Sean adalah laki-laki yang seolah ingin menjaganya dan tak ingin terjadi apa-apa padanya. Entah apakah ini kebetulan semata atau mungkin sudah takdir yang mengatur jalannya.

Hania merasakan sedikit kelucuan hadir di tengah kebingungannya, bibirnya tersenyum samar sambil menatap hampa ke kejauhan. Namun, renungannya tiba-tiba terganggu oleh suara pintu yang tertutup dengan keras, membuatnya terperanjat dan memperhatikan dengan cemas Bian yang berjalan ke luar ruangan.

Suasana yang tadinya sedikit ceria dan misterius kembali menjadi tegang dan penuh ketidakpastian.

***

Di lain ruangan, Sean tampak berbincang dengan seorang dokter muda yang tak lain adalah temannya. “Apa benar tidak terjadi apa-apa pada kandungan Hania?” tanyanya dengan suara sedikit cemas, matanya menatap Indra dengan penuh harap.

Sejenak terdiam, sebelum akhirnya Indra, sang dokter, tersenyum dan membenarkan posisi duduknya. “Aku merasa pertanyaanmu ini mengandung rasa khawatir yang berlebihan. Pertanyaannya, apakah kamu mengkhawatirkan benihmu atau juga mengkhawatirkan Hania?” Indra menatap Sean dengan sorot mata yang tajam, seolah membaca pikirannya.

Sean terdiam sejenak, memperhatikan wajah Indra dengan seksama. “Apa maksudmu? Jelas aku khawatir dengan janinnya, karena kalau terjadi apa-apa pada yang mengandung otomatis janinnya juga terancam, aku tidak mau itu terjadi,” jawab Sean, berusaha meyakinkan Indra.

Ucapan itu sepertinya tak membuat Indra percaya. Ia masih memasang wajah seolah mengejek. “Sean, aku mengenal kamu sudah cukup lama, jadi gerak-gerikmu yang seperti ini aku tahu,” ucap Indra sambil tersenyum kecil. Kemudian, ia meraih map dan membukanya perlahan.

“Kandungan Hania baik-baik saja, tapi seharusnya hal ini yang harus diperhatikan oleh suaminya, agar membuat Hania nyaman dan tidak stress,” jelas Indra memperhatikan Sean dengan seksama. Keduanya tak berkedip saling memandang, ketegangan terasa di antara mereka.

Sean mengerutkan kening. “Dasar bodoh! Suami macam apa dia? Bukannya memberi kenyamanan malah membuat istrinya tertekan,” gumam Sean dengan mata memicing.

Melihat hal ini membuat Indra tersenyum dan menggelengkan kepala. “Yang seperti ini dibilang tidak mengkhawatirkan? Huh, Sean, efek terlalu lama menjomblo,” gurau Indra terkekeh.

BERSAMBUNG.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 91 Kemenangan Sean

    Anggi berdiri tegak, matanya menyiratkan keangkuhan yang menusuk. "Bukankah aku pernah berkata, Sean? Aku tidak akan membiarkanmu bahagia. Dan sekarang, jika kau tidak bahagia, maka aku telah berhasil dalam misiku." Nada bicaranya dingin, seperti es yang menusuk tulang.Sean merasakan darahnya mendidih. Tangannya mengepal erat, ingin sekali menghantam wajah wanita di hadapannya. Namun, ia menahan diri. Ia tahu, seorang wanita bukanlah tandingannya, setidaknya dalam hal fisik."Kau benar-benar licik, Anggi," desis Sean, suaranya bergetar menahan amarah. "Kau rela melihatku menderita demi kepuasanmu sendiri."Anggi terkekeh pelan, suaranya seperti tawa iblis yang mengerikan. "Menderita? Kau terlalu lemah untuk merasakan penderitaan, Sean. Kau hanya perlu sedikit waktu untuk menyadari bahwa kebahagiaan yang kau inginkan tidak akan pernah kau dapatkan."Tatapan mereka bertemu, penuh dengan amarah dan kebencian. Udara di antara mereka terasa panas dan menyesakkan. Sean merasakan amarah men

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 90 Ternyata Anggi Adalah Anggi

    Beberapa hari berlalu, mencekam dan penuh harap bagi keluarga Sean. Kegelisahan menggerogoti setiap detiknya. Bayangan Anggi Indrajaya, sosok yang selama ini menjadi misteri, menghantuinya. Akhirnya, telepon berdering, memutus lamunan Vin yang kelam. Sebuah suara tenang, tetapi tegas, terdengar dari seberang.“Saya sudah mendapat informasi tentang Anggi Indrajaya, Tuan. Saat ini ia sedang berada di sebuah restoran mewah seorang diri. Suasana di sana cukup sepi, menunjukkan ia sedang menunggu seseorang atau sesuatu. Saya akan kirimkan alamat restorannya. Lebih baik Tuan menemuinya sendiri,” ucap suara itu, nada seriusnya terasa menusuk.Jeda singkat terasa amat panjang, seakan-akan waktu berhenti berdetak. Vin merasakan jantungnya berdebar kencang, campuran antara ketegangan dan penasaran Pertemuan ini, akan menentukan segalanya.Ia segera mengakhiri panggilan, menunggu pesan singkat yang menentukan nasib perusahaannya. Bayangan Anggi, dengan segala misterinya, semakin jelas dalam bena

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 89 Anggi Indrajaya?

    "Sean, daddy tahu apa yang terjadi. Tak perlu kau jelaskan," ujar Vin, suaranya tenang, penuh keyakinan. "Daddy datang untuk membantu. Daddy akan berbicara dengan mereka yang membatalkan kontrak perusahaanmu." Sean tercengang, matanya terpaku pada wajah sang ayah, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Tapi, Dadd ...." "Tenanglah, Sean. Semua akan baik-baik saja!" Vin menepuk bahu Sean dengan lembut, senyum hangat terukir di wajahnya. "Daddy akan memastikannya." Tatapan Sean perlahan melembut, sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya. Seolah beban berat di pundaknya sedikit berkurang, digantikan oleh secercah harapan yang terpancar dari mata sang ayah. *** Waktu terus berlalu, setiap detiknya terasa mencekam. Vin, dengan kecepatan dan ketegasan yang luar biasa, membongkar satu per satu permasalahan pelik yang membelit perusahaan Sean. Bayangan kecurigaan mulai menggelayut, apakah ini sekadar rangkaian kesalahan, atau ada tangan jahat yang sengaja menghancurka

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 88 Terancam Bangkrut

    "Apakah sudah ada informasi mengenai penyebab pembatalan kontrak ini?" Suara Sean terdengar dingin, tertekan, di seberang telepon. Matanya menyipit, rahangnya mengeras, mencerminkan kegundahan yang mendalam."Belum ada informasi pasti, Tuan. Namun, kabar buruk datang lagi. Tim HC juga baru saja membatalkan kontraknya."Sean terdiam sejenak, seolah tertusuk duri tajam. Napasnya tersengal, "Apa? Lagi? Ini sudah keterlaluan! Kenapa semua ini terjadi? Saya tidak peduli bagaimana caranya, cari tahu apa yang sedang terjadi di balik semua ini!""Baik, Tuan. Kami akan segera menyelidiki."Panggilan terputus, meninggalkan Sean di tengah badai kekhawatiran. Pria yang dikenal lembut dan tenang itu kini tercabik-cabik oleh amarah dan kekecewaan. Bayangan perusahaan yang terpuruk, mimpi yang runtuh, dan masa depan yang tak menentu menghantuinya. Ia terjebak dalam pusaran pertanyaan tanpa jawaban, dihantui ketakutan akan kehancuran yang tak terhindarkan.Sean mengusap wajahnya kasar, jari-jarinya m

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 87 Ada Apa Dengan Perusahaan?

    Ada perubahan signifikan pada penampilan Anggi. Jika sebelumnya ia selalu tampil sederhana, kali ini ia terlihat sangat rapi dan elegan, layaknya seorang wanita karir sukses. Rambutnya tertata sempurna, pakaiannya mahal dan berkelas.Perubahan penampilannya itu semakin menambah aura misterius dan berbahaya yang terpancar darinya. Entah apa yang menyebabkan perubahan drastis ini, tetapi satu hal yang pasti, ia tampak lebih dingin dan penuh perhitungan.Setelah mengamati keluarga Sean cukup lama, Anggi meraih ponselnya. Jari-jarinya bergerak cepat, menghubungi seseorang. Suaranya terdengar dingin dan tanpa emosi, berbeda jauh dengan raut wajahnya yang penuh amarah.“Jangan menunggu waktu lama,” ucapnya dengan tatapan tajam, “Aku sangat muak melihat mereka. Secepatnya kalian hancurkan perusahaannya.” Nada perintahnya tegas dan lugas, tanpa ruang untuk penolakan.Ancaman tersirat dalam setiap kata-kata yang diucapkannya, menunjukkan niatnya untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga Sean d

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 86 Kebersamaan Keluarga Sean

    Hania menanti kedatangan Sean dengan cemas. Bayangan Anggi, wanita yang telah mengusik ketenangan rumah tangganya, masih menghantuinya. Tatapannya mengikuti setiap langkah Sean begitu ia masuk kamar."Bagaimana, Mas? Kamu sudah bicara dengan Anggi?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.Sean mengangguk mantap, tetapi raut wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa ketegangan. "Sudah, Han. Dia sudah pergi," jawabnya, kata-kata itu diucapkan dengan nada yang lebih berat daripada yang diharapkan Hania. Ada sesuatu yang tersirat di balik kata-kata itu.Hania mendesah lega, rasa syukur memenuhi hatinya. Namun, lega itu tak sepenuhnya menghilangkan rasa was-was. "Alhamdulillah," ucapnya lirih, "akhirnya hubungan kita dijauhkan dari perempuan seperti Anggi, Mas."Sean duduk di samping Hania, tangannya meraih dan menggenggam erat tangan istrinya. Tatapannya intens, mencari kedalaman mata Hania, mencari kepastian dan ketenangan. "Kamu tenang ya," bisiknya, suaranya lembut, tetapi tegas. "Tidak akan a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status