Ruang kokpit pesawat begitu kacau. Pintu kokpit terlihat dalam keadaan terbuka, tampak gelap dan begitu ‘chaos’ carut-marut di dalamnya. Gagang telepon untuk komunikasi internal ‘interkom’ antara kru dalam pesawat yang terlepas dibiarkan tergayut di belakang dinding kokpit. Gagang itu terlihat masih bergoyang-goyang. Dua orang pramugari cantik terlihat mematung di belakang ruangan kokpit pesawat. Mereka diam bersandar di dinding kokpit. Keduanya menggigil, walau mereka tidak sedang kedinginan, mulut terkatup dengan warna bibir terlihat memucat. Adam mendengar suara salah seorang dari mereka sedang berada di dalam ruangan kokpit kemudi. Sepertinya salah seorang pramugari ada yang sedang membangunkan pilot dan kopilot. Dengan cepat Adam mengetahui bahwa pesawat itu kini terbang dalam keadaan acak dan tak ada yang mengendalikannya. “Loh...., memangnya ada apa mbak...?” Adam langsung bertanya kepada salah seorang dari mereka. Namun......, kedua pramugari itu menjawab denga
(.............bahagian ini menggambarkan situasi yang mengerikan dalam ruangan pesawat..., kebijakan dan kedewasaan pembaca dibutuhkan...........)***** Radar cuaca memang menunjukkan pesawat sedang berada di tengah-tengah pusaran badai. Beberapa tumpukan awan badai juga masih terus bergerak saling mendekat satu sama lain. Tak ada jalur kosong terlihat. Pesawat Airbus A320 itu sudah dipastikan akan kembali terjebak beberapa saat lagi. . “Cepat mbak, panggil beberapa orang penumpang untuk mengevakuasi ke dua tubuh pilot ke luar ruangan kokpit....! kita tak punya banyak waktu lagi, kalau tidak mereka berdua bisa celaka.” Pinta Adam pada pramugari agar segera melakukan evakuasi terhadap kedua pilot yang sekarat. Seorang pramugari buru-buru keluar dari dalam ruangan kokpit pesawat. Empat orang penumpang dewasa di barisan depan bergegas melepaskan sabuk pengaman diminta oleh pramugari untuk membantu mengevakuasi kedua pilot dari dalam ruang kokpit. Seorang di antaranya beru
Menakjubkan....., jika Yang Kuasa berkehendak, tak seorang pun yang mampu menghalanginya. Pesawat itu mulai melambat, walaupun hidung pesawat masih menghadap ke bawah, namun tidak terlalu tajam. Masih terbuka harapan untuk selamat. Dalam hitungan detik, pesawat mulai terbang mendatar. Penunjuk altimeter terpantau berhenti di angka 1.600 kaki menunjukkan pesawat stabil pada ketinggian 480 meter di atas permukaan laut. Suatu level yang sangat berbahaya dan nyaris ke cebur. Benar-benar suatu keajaiban.....,Yang Kuasa kembali hadir menolong hambanya yang tulus selalu tulus menyembah Nya, menjamah Do’a seorang pemuda yang sabar. Elevator pesawat secara menakjubkan kembali bisa bekerja dengan normal, pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu kini berangsur-angsur menanjak. Getaran di stick kemudi juga berkurang. Kemelut dalam ruangan kokpit kemudi perlahan hilang. Lampu kedip-kedip berwarna merah sudah tak menyela lagi. Adam terus memposisikan pesawat
Alam kembali menampakkan keperkasaannya. Langit di atas permukaan laut tepat di jalur pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu begitu kelam. Tak ada hembusan angin..., apalagi badai di pagi itu. Riak dan gelombang air laut juga terhenti seketika seperti laut mati. Kuat medan listrik antara lapisan awan petir cumulonimbus dengan permukaan laut mendekati tiga juta volt per meter, jauh di atas kondisi medan listrik awan cumulonimbus biasa yang hanya rata-rata lima ratus volt per meter. Fenomena alam yaitu meningkatnya kuat medan listrik di atas permukaan laut hingga jutaan volt per meter tak dapat dipahami oleh ilmu manusia yang sangat terbatas. Namun apa sebenarnya yang terjadi di atas permukaan bumi adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Dialah yang sanggup berbuat sesuai dengan kehendak-Nya. Sedangkan manusia tak sedikit pun mampu menghalangi. Penerbangan XZ 1949 itu mulai memasuki lapisan awan petir cumulonimbus dan terperangkap di sana. Sebuah energi dar
Ingrid rose...., bule cantik dengan pukauan mayanya yang biru yang duduk di kursi nomor 7A barisan jendela itu baru saja terjaga dari pingsannya. Benturan di ke pala yang cukup keras membuatnya hilang kesadaran beberapa saat. Wajahnya kemudian dia arahkan keluar kaca jendela mengetahui adanya rona cahaya berwarna merah keunguan menyembur tak jauh dari pesawat. Dia terus memperhatikan. Saking seriusnya dia melihat, wajahnya yang luar biasa aduhai..., bahkan hidungnya yang mancung ikut menempel di kaca jendela..., hingga matanya pun juga tak berkedip menyaksikan. Semburan dan rona cahaya, warna badai, beserta struktur yang membentuk badai itu sangat tak lazim menurut pengamatan sarjana astrofisika itu. Warna ungu kemerah-merahan yang terpancar dari kabut tebal itu berbentuk kerucut raksasa, sangat aneh terlihat, dan tak akan mungkin ada badai seperti itu sebelumnya yang muncul di alam nyata. “It so ridiculous...., how it could be....,..!” .........ini sesuatu yang
Guncangan semakin kencang, namun Ingrid masih belum mampu beranjak. Kakinya semakin bergoyang menahan getaran. “Oh Ingrid come on..., can you try please...?” ........ayolah Ingrid.... cobalah melangkah kemari.......! Pinta Adam sekali lagi. Ingrid menganggukkan kepala. Dia mencoba melangkahkan kakinya menuju kursi kemudi. Sekali menapakkan kaki, lutut Ingrid langsung bergoyang hebat. Gadis itu tak sanggup menahannya. Kemudian ..... “Bruuuuuk...!” Suara benturan mengagetkan Adam tiba-tiba. Dia menoleh ke arah pintu kokpit. Tak disangka, Ingrid benar-benar tak sanggup melangkah. Gadis cantik sarjana astrofisika itu roboh di pintu kokpit pesawat. “Ingrid....!” Adam berteriak keras mengetahui gadis Eropa itu roboh tepat di pintu kokpit. Nekat pemuda itu meninggalkan kursi kemudi sesaat, meskipun pesawat semakin terguncang hebat. Kedua tangan Ingrid langsung dia sergap. Tubuh gadis itu dirangkulnya erat. Dengan sigap Adam memapahnya menuju kursi kemudi yan
Darah gadis bermata biru itu tiba-tiba mengalir dengan cepat, dia kaget seketika, jantungnya tersentak....., berdetak lebih cepat dari biasanya. Gadis itu merasakan sesuatu benda panas menggenggam jari-jarinya tadi, nyaris saja terbakar. Dia ketahui itu adalah tangan Adam. Ingrid kemudian memalingkan wajahnya ke arah pemuda itu. “Ingrid, are you okay.?” ......Ingrid, apakah kamu tak apa-apa.....? Adam kembali bertanya, gadis itu menganggukkan kepala. “I am dream....?” .......apakah aku bermimpi....... Gadis itu memegang kepalanya. Kedua bola matanya menatap Adam dalam-dalam penuh rasa heran “No, It is not really.....” ......tidak juga...... Jawab Adam singkat. Ada sesuatu yang tak wajar dirasakan oleh gadis itu. Dia benar-benar merasakan tangan Adam begitu panas ketika pemuda itu menggenggam jari-jarinya tadi. Kemudian timbul rasa penasaran yang begitu dalam. Tangan Adam digenggamnya dengan erat, Ingrid mendadak kaget..., genggaman tangannya langsung di
Ngeri...., dada terasa sesak membayangkan kematian. Ingrid yang ikut menemani Adam di dalam ruangan kokpit pesawat itu benar-benar berada dalam puncak kengeriannya. Dia menyaksikan semuanya dengan jelas, bagaimana dahsyatnya badai yang kini tengah menghadang tepat di depan pesawat. “Adam, we can not make it.., oh my God, we can not make it.” ......Adam, kita tak akan mungkin bisa selamat.. oh Tuhan..., tak akan mungkin selamat........ Ucap gadis bermata biru itu. Bibirnya bergetar mengatakan, menunjukkan betapa sempurnanya kengerian yang dia rasakan. “I am going to die..., oh God, please forgime me.” .......aku akan mati..., ya Tuhan ampunilah aku....... Ucap gadis itu lagi. Cairan bening terlihat mulai membasahi kedua bola matanya yang biru. “We can make it Ingrid..., believe me, we can make it.” .... kita akan selamat.. percayalah Ingrid .... kita akan bisa melaluinya dengan selamat..... Teriak Adam. Pemuda itu langsung membantah apa yang ada di dalam pikiran g