Share

Peraturan permainan

Hari - 1

Semua orang yang ada di aula, selain kedua gadis yang ada di samping si Kepala desa, menatap Kakek itu dengan pandangan tak percaya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang menyeramkan seperti itu dengan wajah tenang? Pasti ada yang tak beres dengan otaknya.

“Apakah kita bisa melanjutkan pembicaraan kita?”

Si Kepala desa bertanya dengan tenang. Tak ada orang yang menanggapi pertanyaan dari si Kakek.

“Kalau tidak ada yang berbicara di antara kalian, maka Aku akan menganggap kalian tak keberatan jika kita melanjutkan pembicaraan kita.”

“Oi, tunggu dulu!”

Saat si Kepala desa ingin melanjutkan pembicaraannya, pria yang sedang kupegang bahunya tiba-tiba saja berteriak.

“Apa maksudmu dengan permainan sudah dimulai? Apa yang terjadi dengan orang yang hilang di antara kami? Cepat jelaskan!”

Wajahnya nampak memerah karena marah. Bukannya Aku tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, tapi dia harus tenang atau mungkin akan ada hal buruk yang akan terjadi, jadi Aku mencoba menarik bahunya lebih keras supaya dia tak bisa mendekat ke arah si Kakek.

“Tenanglah! Kita tak tahu apa yang si Kakek itu rencanakan, jadi kita tak bisa bergerak seenaknya!”

“Aku tahu itu, tapi...”

“Aku mohon!”

Pria itu menatap wajah seriusku dengan tatapan tajam, lalu wajahnya melunak dan dirinya mulai tenang. Aku melepaskan bahunya, setelah dia menghembuskan napas tenang.

“Apa pertengkaran di antara kalian sudah selesai?”

Pria di depanku menatap tajam ke arah si Kepala desa saat dia mendengar komentar dari si Kakek. Tatapannya seolah-olah mengatakan ‘memangnya kau pikir itu salah siapa?’.

“Kalau begitu, mari kita lanjutkan... Aku akan menjelaskan peraturan dari permainan ini!”

Tak ada yang merespon perkataannya.

“Peraturan pertama, kalian harus tinggal di Menara ini sampai Aku mengizinkan kalian untuk meninggalkan menara ini, jika kalian berani meninggalkan tempat ini tanpa seizin-ku, maka Aku tidak akan menanggung apapun yang terjadi pada kalian!”

Si kakek mengangkat satu jarinya untuk menunjukkan bahwa tadi itu adalah peraturan pertama.

“Peraturan kedua, setiap malam, tepat saat hari berganti, salah satu dari kalian akan kehilangan nyawa kalian. Hal itu akan terus terjadi sampai hanya tersisa setengah dari kalian, yaitu 15 orang.”

Si kakek mengangkat satu jarinya lagi, membentuk dua jari yang terangkat. Beberapa orang di antara kami menahan napas kami saat mendengarkan penjelasannya barusan.

“Kehilangan nyawanya katamu?! Apa kau serius?! Kau akan membunuh kami semudah itu!”

“Ya, tentu saja! Jika kau tidak memiliki hal yang berguna untuk dikatakan, lebih baik kau diam saja atau Aku mungkin terpaksa harus menutup mulutmu!”

“Apa katamu...”

Aku segera menuntup mulut pria di dekatku, sebelum dia bisa mengatakan hal lainnya. Melihat wajahku yang sangat khawatir mungkin membuat dirinya teringat bahwa saat ini dia bisa saja membahayakan nyawa orang-orang yang ada di sini, jadi dia kembali tenang. Akupun melepaskan tanganku dari mulutnya.

“Maaf...”

Aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menanggapi permintaan maafnya. Dia mengalihkan perhatiannya ke arah lain untuk menghindari pandanganku.

“Kembali ke pembicaraan kita sebelumnya, orang yang dipilih untuk dibunuh pada malam hari adalah orang yang tidak cocok untuk tinggal di desa kami, itu juga berlaku untuk orang yang menghilang di antara kalian! Dia sama sekali tidak pantas untuk menginjakkan kakinya ke desa kami.”

Si kakek menghela napas sejenak, sebelum kembali melanjutkan penjelasannya.

“Orang yang menilai siapa yang pantas untuk dihilangkan adalah agen kami yang sudah bercampur dengan kalian!”

Si kakek berkata sambil menunjuk ke arah kami.

Kami langsung menatap satu sama lain untuk memeriksa siapakah yang dimaksud oleh si Kakek. Aku sejujurnya tak ingin percaya jika ada pengkhianat di antara kami.

Sebelum ada orang yang membuat komentar yang tak berguna, Aku segera mengangkat tanganku dan mengajukan pertanyaan pada si Kepala desa.

“Anu, apakah Aku bisa bertanya sesuatu?”

“Silahkan.”

“Berapa banyak orang yang sedang kau bicarakan?”

“Apa maksudmu adalah orang yang kukirim untuk menyamar di antara kalian?”

“Ya.”

Aku menganggukkan kepalaku. Dengan jantung berdetak kencang, Aku menunggu jawaban dari si Kepala desa.

“Hanya ada satu orang... di antara kalian, hanya ada satu orang pengkhianat.”

Meskipun Aku merasa sedikit lega dengan jawabannya, tapi Aku tak bisa sepenuhnya senang, karena hal itu tak merubah bahwa mungkin saja ada pengkhianat di antara kami.

“Peraturan ketiga, kalian bisa segera menyelesaikan permainan ini, jika kalian bisa menemukan si pengkhianat yang baru saja kubicarakan.”

Si kepala desa mengangkat tiga jarinya.

“Kalian bisa memasukkan nama dari orang yang kalian curigai ke dalam kotak yang sudah disediakan di ruangan ini, tapi jika nama yang dimasukkan salah, maka orang yang memasukkan nama tersebut akan dihukum... kalian pasti sudah bisa menebak hukuman macam apa yang akan kalian terima, kan?”

Si Kepala desa menunjuk ke arah sebuah kotak yang berada di pojok kanan ruangan ini, sebuah kotak yang menentukan nasib kami semua.

Dari apa yang dikatakan oleh si Kepala desa, kami semua bisa bebas dari Menara ini dan hidup di desa tanpa nama, jika kita bisa menebak siapakah di antara kami yang merupakan agen dari mereka alias si pengkhianat, tapi untuk melakukan hal tersebut, seseorang di antara kami harus mempertaruhkan nyawanya dengan memasukkan nama orang yang dicurigai sebagai pengkhianat dan jika dia salah, maka nyawanya akan menghilang.

Seujujurnya Aku tidak yakin ada orang di antara kami yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk melakukan hal tersebut.

“Bolehkan Aku bertanya?”

Seorang gadis mengangkat tangannya. Dia adalah orang yang sebelumnya bertanya dengan serius, tapi diintrupsi oleh lelaki yang berada di dekatku.

“Ya, ada apa?”

“Apakah ada jaminan bahwa memang ada pengkhianat di antara kami? Kau bisa saja berbohong mengenai pengkhianat itu untuk membuat kami saling curiga satu sama lain.”

“Sayang sekali tak ada, kau hanya bisa mempercayai perkataanku... tapi percaya padaku, permainan ini adalah permainan yang adil untuk semua orang, jadi tak akan ada kecurangan dari pihak kami... itu selama kalian bisa mematuhi peraturan di sini dengan baik.”

“Aku mengerti.”

Gadis itu menurunkan tangannya.

“Apa tidak ada yang ingin bertanya lagi?”

Si Kepala desa melihat sekelilingi, tapi tak ada lagi yang mengangkat tangannya.

“Kalau begitu, kita lanjutkan... peraturan keempat, jika kalian ingin mempercepat permainan ini berakhir, kalian bisa membunuh perserta lainnya, tentu saja kalian dilarang membunuh atau menyakiti para staf, tentu saja itu jika kalian tak ingin dihukum oleh kami.”

Si Kepala desa baru saja mengatakan hal yang sangat berbahaya.

“Yang benar saja! Mana mungkin kami mau melakukan hal tersebut!”

“Sudah kubilang untuk tak mengatakan hal yang tak penting!”

Si kepala desa membungkam kembali pria yang berada di dekatku. Dia dengan enggan kembali menutup mulutnya.

“Aku akan lanjutkan penjelasanku... jika ada di antara kalian ditemukan meninggal, karena dibunuh oleh salah satu dari kalian, maka keesokan paginya kalian harus berdiskusi untuk menentukan siapakah pembunuhnya, waktu berdiskusi adalah dari jam sarapan sampai jam makan siang, setelah itu kalian akan melakukan voting, lalu orang yang mendapatkan voting terbanyak akan dihilangkan dari tempat ini... tentu saja kalian tidak ingin tinggal selamanya bersama dengan pembunuh, kan... jadi lebih baik kalian temukan si pembunuh itu.”

Kali ini lelaki berkacamata mengangkat tangannya.

“Bagaimana jika si pelaku ada dua? Apa yang akan terjadi pada yang satunya lagi, jika yang dihukum hanya yang mendapatkan voting terbanyak?”

Si kepala desa menyeringai saat mendengar pertanyaan itu.

“Tidak ada, dia hanya akan kembali hidup bersama kalian di menara ini.”

Absurd. Itu adalah kesanku tentang perkataannya. Dia berkata bahwa kami harus hidup bersama dengan pembunu, padahal sebelumnya dia berkata bahwa kami tidak ingin hidup bersama pembunuh. Apa dia sedang mempermainkan kami?

“Wajah kalian mengatakan bahwa ‘jangan bermain-main dengan kami’ atau ‘apa kau serius dengan apa yang kau katakan?’... tenang saja, jika kalian tidak ingin tinggal dengan seseorang yang tidak kalian sukai, kalian hanya perlu membunuhnya dengan memasukkan namanya ke kotak yang berada di sebelah sana.”

Si kepala desa menunjuk ke arah kotak yang berada di sebelah kiri aula. Kotak itu bertuliskan dilenyapkan.

“Peraturan kelima, jika ada orang yang tak kalian sukai dan ingin menyikirkannya dari sini, maka kalian bisa menggunakan kotak itu. Kalian hanya perlu memasukkan nama orang tersebut ke dalam kotak itu dan setiap orang hanya boleh memasukan satu nama per harinya. Nama orang yang paling banyak mengisi kotak itu pada hari itu, maka keesokan harinya saat kalian selesai sarapan, maka orang itu akan dieksekusi. Jika ada nama yang terisi di kotak itu, maka tak akan ada orang yang dieksekusi pada malam hari.”

Lelaki berkecamata kembali mengangkat tangannya.

“Apa yang terjadi jika si pengkhianat yang terbunuh oleh kotak itu?”

“Tidak ada banyak hal yang berubah, permainan tetap dilanjutkan seperti biasa, hanya saja kali ini yang menilai siapa yang harus disingkirkan adalah para staf dan kalian tak memiliki cara lagi untuk mengakhir permainan ini dengan menebak siapa pengkhianatnya... jadi hati-hati, jangan sampai kalian membunuh si pengkhianat.”

Apakah ini adalah caranya untuk melindungi si pengkhianat?

“Apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?”

“Untuk saat ini, tidak.”

“Aku mengerti, sekarang peraturan keenam... kalian tidak boleh keluar dari kamar kalian, setelah jam 10 malam, jika kalian sampai berkeliaran di malam hari, maka kalian akan dihukum.”

Kali ini yang mengangkat tangannya adalah temanku.

“Apakah kami harus tidur di kamar kami sendiri? Apakah kami tidak boleh tidur di kamar orang lain?”

“Tenang saja, selama kalian berada di dalam kamar, maka kami akan menganggap bahwa kalian berada di dalam kamar kalian masing-masing, jadi kalian semua bisa berkumpul di satu kamar yang sama... itu jika kalian bisa tidur bersama dengan si pengkhianat.”

“Apa itu tak masalah jika lelaki dan perempuan tidur di kamar yang sama?”

“Aku tak akan mempermasalahkan hal tersebut, Aku tidak peduli apa yang ingin kau lakukan di dalam kamar, selama kau tak melanggar peraturan.”

“Aku mengerti.”

Sebetulnya Aku cukup penasaran dengan alasan kenapa dia menanyakan hal tersebut, tapi untuk sekarang Aku memutuskan untuk tak mengatakan apapun.

“Peraturan ketujuh, kalian bebas menjelahi menara ini dan memasuki semua kamar yang tak terkunci, tapi kalian dilarang masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan dilarang masuk bagi perserta... tanda itu bisa muncul di depan ruangan manapun dan akan berganti, tergantung situasi permainan, jadi kalian harus berhati-hati saat memasuki ruangan... tentu saja kalian dilarang memindahkan tanda tersebut.”

Peraturan yang satu ini tidaklah begitu sulit untuk dipatuhi, meskipun Aku penasaran dengan apa yang mungkin terjadi atau apa yang mereka sembunyikan di dalam ruangan itu, tapi Aku masih bisa menahan perasaan itu.

“Semua peraturan yang kusebutkan tadi tidak akan berubah sepanjang permainan ini berlangsung, tapi bisa saja ada peraturan baru yang muncul tergantung dengan perkembangan permainan ini, tapi kalian harus mengingat ketujuh hal yang kukatakan tadi... semua peraturan ini akan tercantum di dinding aula ini, jadi mulai besok kalian bisa mengecek peraturannya di sini atau kalian bisa beranya pada Haruka dan Alice yang akan selalu berada di dalam menara ini, mereka akan membantu kalian dalam menyelesaikan permaian ini.”

Kami semua melihat kedua gadis yang saat ini tengah tersenyum ke arah kami.

“Sebelum mengakhiri pertemuan kita hari ini, Aku memiliki hadiah untuk kalian semua.”

Setelah mengatakan itu, si Kepala desa mengangkat sebuah kotak kayu yang tersembunyi di balik tubuhnya.

“Ini adalah tanda pengenal kalian, nama yang tercantum di sini adalah nama yang kalian pilih sebelum kalian datang ke menara ini, maka kalian pasti menyukai nama tersebut, kan? Jadi kalian tak akan masalah untuk selalu menggantung tanda pengenal kalian di dada kalian, kan?”

Meskipun kami merasa kesal dengan apa yang dia katakan, tapi tak ada yang mengatakan apapun.

Setelah kami saling memandang satu sama lain dengan perasaan ragu, kami satu per satu berjalan ke arah si Kepala desa. Orang yang memimpin mereka adalah diriku yang berada di paling depan, diikuti temanku dan pria berbadan besar yang tadi kutahan.

Aku menerima tanda pengenal yang diberikan oleh si Kepala desa. Di tanda pengenal itu terdapat fotoku dan nama yang telah kupilih saat mendaftar untuk tinggal di Desa Tanpa Nama.

Nama “Asraf” tertera di sana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status