Share

Korban pertama

last update Last Updated: 2023-08-25 22:00:10

Hari - 1

Si Kakek dengan kedua pelayannya segera meninggalkan aula, begitu mereka tidak memiliki hal lainnya yang mereka harus lakukan di sini. Sedangkan kami, para perserta, masih tidak ada yang mau meninggalkan aula. Kami masih memikirkan apa yang baru saja terjadi.

“Apa yang harus kita lakukan setelah ini?”

Seorang gadis bertanya dengan nada bingung. Wajahnya nampak pucat dan tubuhnya terlihat lelah. Meskipun belum sehari kita berada di sini, tapi tempat ini telah menguras banyak tenaga dari kami.

“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi pertama-tama Aku ingin mencari keberadaan orang yang hilang di antara kita, apakah ada orang yang tahu kira-kira dia berada dimana?”

Aku bertanya pada semua orang yang hadir. Mereka saling berpandangan sampai ada satu pria yang mengenakan Headphone menjawab pertanyaanku.

“Bukankah dia berada di kamarnya?”

“Kamarnya? Apa kau tahu dimana kamarnya berada?”

“Entahlah... apakah ada yang tahu?”

Lelaki itu melihat ke arah yang lain untuk meminta jawaban, tapi tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya.

Ini hanya perasaanku, tapi apa mungkin orang itu tak memiliki teman satupun di sini? Apakah dia gagal membuat teman selam perjalanan di bis? Aku bahkan tidak bisa mengingat siapa namanya dan hanya ingat dengan penampilannya.

“Aku sempat berbicara sebentar dengannya di bis, tapi Aku tidak begitu akrab dengannya, jadi Aku tak sempat menanyakan dimana kamarnya... memangnya apa yang ingin kau lakukan?”

Seorang lelaki yang mengenakan seragam tentara membuka suaranya.

“Aku hanya ingin memeriksa keadaannya, Aku ingin tahu apakah dia benar-benar telah dibunuh atau tidak.”

Aku memberikan jawaban jujurku. Aku memang tak memiliki rencana apapun, selain memeriksa keadaannya.

“Setelah kau memeriksanya, apa yang akan kau lakukan? Tidak ada gunanya kita memikirkan orang yang sudah tidak ada di sini, belum lagi tak ada orang yang benar-benar akrab dengannya, kan? Kita bahkan tak tahu apakah tubuhnya masih ada di sini atau tidak.”

Kali ini lelaki berkacamata yang membuka suaranya. Aku sudah memperhatikannya sedari tadi. Kurasa dia adalah tipe lelaki pesimis.

“Aku tidak benar-benar tahu apa yang akan kulakukan setelahnya, tapi Aku setidaknya ingin mencari petunjuk.”

Aku menjawab pertanyaannya sambil menggaruk kepalaku.

“Petunjuk? Petunjuk macam apa yang ingin kau cari?”

Seorang gadis bertanya padaku.

“Aku sendiri tak begitu yakin, tapi Aku ingin tahu bagaimana cara dia dibunuh... siapa tahu Aku bisa menemukan cara bagaimana kita tak akan dibunuh.”

Setelah mendengar jawabanku, beberapa orang nampak berpikir dengan serius, sementara yang lainnya nampak tak begitu peduli.

“Pokoknya Aku akan mulai mencari di lantai dua.”

Karena tak ada kamar tidur di lantai pertama, jadi kamarnya pasti berada di lantai 2 keatas.

Setelah mengatakan itu, Aku segera beranjak pergi dari sana tanpa menunggu tanggapan dari yang lain, tapi sebelum Aku meninggalkan aula, tiba-tiba saja tubuhku dihentikan oleh seorang yang mencengkram bahuku dengan kuat.

“Bagas?”

Aku secara tak sadar mengucapkan nama dari orang yang menghentikanku, dia adalah teman baikku.

“Di sini berbahaya, lebih baik kau tak berada jauh-jauh dariku, setidaknya untuk saat ini.”

Dia berkata tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar. Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan pelan untuk menanggapinya.

Setelah itu kami berdua pergi meninggalkan aula. Aku bisa mendengar langkah kaki yang mengikuti kami dari belakang. Sepertinya beberapa mereka telah memutuskan untuk membantuku mencari kamar dari orang itu.

Pertama kami memutuskan untuk mencari di lantai 2, seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya, lalu beranjak ke lantai 3 setelah tidak menemukannya di lantai tersebut. Karena ada banyak pintu yang terkunci membuat kami lebih cepat menyelusuri setiap lantai, karena tak perlu menghabiskan waktu dengan membuka dan menutup pintu.

Kami terus menyelusuri setiap lantai untuk menemukan keberadaan dari orang itu, sampai kami mendengar teriakan salah seorang dari kami.

“Oi, teman-teman! Aku mungkin sudah menemukannya!”

Seorang lelaki berpakaian tentara berteriak dari depan pintu yang tertutup. Meskipun dia tidak melihat ke dalam ruangan itu, tapi dia sepertinya sangat yakin kalau kamar di depannya adalah kamar milik orang itu. Melihat hal tersebut membuatku memiliki perasaan buruk.

Aku melangkah mendekati kamar itu, diikuti oleh beberapa orang yang kebetulan berada di dekat sana.

Saat berada di dekat pintu itu, akhirnya kami semua sadar bahwa apa yang dikatakan lelaki berpakaian tentara itu memang benar. Kami dapat mencium bau yang tak sedap di balik pintu itu, meskipun pintu itu tertutup sangat rapat.

Aku menyentuh gagang pintu dari pintu tersebut.

“Para gadis, Aku sarankan kalian tak mengintip ke dalam dan menunggu di luar atau lebih baik, kembalilah ke kamar kalian!”

Sebelum membuka pintu, Aku mengatakan hal tersebut.

“Huh?! Kenapa kami harus melakukan hal itu? Kami sudah repot-repot membantumu mencarinya, jadi kenapa kami harus pergi?”

Seorang gadis yang berpenampilan cukup terbuka memprotes perintahku.

“Itu karena Aku memiliki firasat yang sangat buruk... Aku yakin sesuatu yang berada di balik pintu ini bukanlah hal yang bagus untuk dilihat.”

Setelah mengatakan itu, Aku kembali memfokuskan diri pada pintu di depanku.

“Apa kau tak apa? Kau berkeringat.”

“Ya, Aku tak apa... Aku buka, ya.”

Lelaki berpakaian tentara di sampingku merasa khawatir saat melihat wajahku yang berkeringat. Aku mengatur napasku sejenak, sebelum membuka pintu.

Setelah Aku membuka pintu, bau yang sangat tidak menyenangkan menjadi sangat kuat. Kamar itu sangatlah gelap hingga membuatku tidak bisa melihat apa yang ada di dalam sana, tapi Aku sangat yakin bahwa kamar itu memiliki sesuatu yang disebut mayat di dalamnya.

Aku berjalan perlahan menyelusuri dinding untuk mencari tombol lampu. Aku merasakan bahwa ada seorang yang juga masuk ke kamar itu selain Aku, setelah memeriksanya Aku mengetahui bahwa dia adalah temanku, Bagas. Dia menyelusuri sisi dinding lainnya.

“Aku menemukan tombol lampu, apa kau siap?”

Aku bisa mendengar suara Bagas yang berada di sisi lain dinding. Aku meneguk ludahku, sebelum memberikan jawabanku.

“Aku siap, bagaimana yang lain?”

Butuh beberapa detik, sebelum kami mendapatkan jawaban dari mereka.

“Aku tak masalah, tapi para gadis sebaiknya kalian menuruti perkataan lelaki tadi! Aku juga merasa hal yang buruk.”

Aku bisa mendengar suara dari lelaki berbaju tentara yang berada di depan pintu. Setelah itu Aku bisa mendengar suara beberapa langkah kaki yang menjauh dari pintu masuk.

Tanpa menunggu aba-aba dari siapapun, Bagas tiba-tiba saja menghidupkan lampu di ruangan ini.

Hal selanjutnya yang kami lihat adalah pemandangan yang tak bisa dipercaya oleh mata kami. Kami memang benar-benar menemukan tubuh orang itu yang sudah tak bernyawa seperti yang sudah kami duga, tapi Aku sungguh tak menyangka keadaan tubuhnya saat ini.

Tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian, lalu potongan tubuh itu dipajang dinding dengan menggunakan paku yang sangat besar. Darah segar masih terus berjatuhan dari tubuh tak bernyawa itu.

“Yang benar saja... mana mungkin...”

Aku mendengar suara seseorang yang berkata dari pintu masuk. Aku tidak bisa memastikan siapa yang berbicara itu, karena kepalaku seakan membeku dan tak bisa mengalihkan pandanganku ke arah lainnya selain pemandangan tak menyenangkan itu.

Selain dia, Aku juga mendengar beberapa gumaman tak percaya yang datang dari yang lainnya. Aku juga mendengar suara seseorang yang seakan mau muntah.

Setelah beberapa puluh detik berdiam diri, pada akhirnya Aku memberanikan diri untuk mendekati mayat itu. Aku menutup hidungku saat mendekatinya, karena bau yang sangat menyengat dari mayat itu.

“Oi, apa kau benar-benar ingin menyentuh mayat itu?!”

Aku mendengar suara yang mencoba memanggilku, tapi Aku menghiraukannya. Aku fokus pada sekitar mayat itu untuk mencari beberapa petunjuk yang mungkin berguna.

Aku mendengar beberapa langkah kaki yang mendekatiku dari belakang. Saat Aku menengok ke belakang sebentar, Aku bisa melihat Bagas dan beberapa lelaki juga ikut mendekati mayat itu.

“Ini...”

Sesuatu menangkap mataku saat Aku berjalan mendekati mayat itu, Aku berjongkok untuk mengambil benda tersebut. Beberapa orang termasuk bagas menengok benda itu lewat bahuku.

“Itu... bukankah itu adalah tanda pengenalnya?!”

Ya, benar. Ini memang adalah tanda pengenalnya. Tanda pengenal yang sama dengan yang baru saja kami dapatkan. Wajah di tanda pengenal itu sama dengan wajah milik orang itu, jadi tak salah lagi bahwa ini adalah miliknya.

Tanda pengenal itu tertera nama ‘Kira’ di atasnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Kata Penutup

    pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Epilog : Desa Tanpa Nama

    Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Akhir Menara Tanpa Nama (Bagas)

    Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Percakapan terakhir

    Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Rencana terakhir

    Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 3

    Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status