Share

Awal permainan

Penulis: Ismail Fadillah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-23 22:10:08

Hari - 1

Perhatian kami terpusat pada seorang Kakek yang tengah duduk di tengah-tengah bagian depan aula. Aku bisa merasakan ketegangan meningkat di ruangan ini saat kami mendengar suaranya. Meskipun tanpa pengeras suara, tapi kami semua bisa mendengar suaranya yang menyeramkan dengan sangat jelas.

“Bisakah kau menjelaskan siapa dirimu?”

Seorang lelaki berkacamata bertanya pada Kakek itu sambil membenarkan letak kacamatanya.

“Oh, maafkan Aku, Aku belum memperkenalkan diriku... Aku adalah kepala desa dari Desa Tanpa nama, Aku adalah pemilik menara ini dan penguasa tertinggi di sini, kalian bisa memanggilku dengan sebutan Kepala Desa!”

Si Kakek yang menyebut dirinya sebagai Kepala Desa sepertinya tidak berniat menyebutkan nama aslinya pada kami. Karena sepertinya tak ada yang benar-benar ingin mengetahuinya, maka tidak ada yang mau menanyakan hal tersebut.

“Kedua gadis di sampingku adalah pelayan di menara ini, yang berambut Hitam adalah Haruka, sedangkan yang berambut pirang adalah Alice.”

“Haruka!”

“Alice!”

Si Kepala desa juga memperkenalkan kedua gadis yang berdiri di sampingnya, kedua gadis itu sedikit membungkuk saat mereka menyebutkan nama mereka untuk memberi hormat pada kami.

“Nah, bisakah kau menjelaskan alasan kenapa kau mengumpulkan kami di sini?”

Si lelaki berkacamata kembali bertanya.

“Tenanglah sebentar, Aku akan segera menjelaskannya.”

Si Kepala desa mengangkat tangannya untuk menenangkan si lelaki berkacamata yang nampak tak sabaran.

“Seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya, nama tempat ini adalah Menara Tanpa Nama, kalian harus tinggal di tempat ini selama 2 minggu, sebelum akhirnya kalian bisa pergi dan tinggal selamanya di Desa Tanpa Nama.”

Semua orang menampakkan wajah bertanya-tanya saat mendengar perkataan si Kepala desa.

“Anu... kenapa kami harus tinggal di sini selama 2 minggu?”

Aku memberanikan diri untuk bertanya. Aku sedikit mengangkat tanganku untuk mendapatkan perhatiannya.

“Kenapa katamu? Tentu saja itu karena kalian harus memainkan permainan bertahan hidup yang menentukan apakah kalian layak untuk tinggal di Desa Tanpa Nama atau tidak.”

Meskipun tak memeriksa wajah setiap orang, tapi Aku yakin banyak di antara kami yang menampilkan ekspresi terkejut saat ini.

“Apa maksudmu permainan bertahan hidup?! Kenapa kami harus melakukan hal seperti itu?”

Seorang gadis cantik bertanya dengan ekspresi tak senang di wajahnya.

“Seperti yang kukatakan sebelumnya, itu untuk mengetes apakah kalian layak untuk tinggal di Desa Tanpa Nama atau tidak!”

Mendengar balasan dari si Kakek, banyak dari kami mulai melancarkan protes.

“Yang benar saja!”

“Aku datang ke sini bukan untuk hal itu!”

“Apa maksudmu? Jelaskan!”

“Jangan bermain-main dengan kami, Kakek tua!”

“Aku ingin pulang!”

Meskipun banyak dari kami yang nampak marah, tapi si Kepala desa tetap saja tenang dan tak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya. Bahkan dia tak menampakkan tanda-tanda takut akan diserang oleh kami.

“Aku mengerti jika kalian kesal, karena tiba-tiba Aku mengatakan hal yang tak masuk akal, tapi kalian seharusnya sadar bahwa kalian datang ke sini, karena kalian merasa tak punya tempat di tempat asal kalian, kan? Kalian ingin memulai kehidupan baru di Desa kami, kan?”

Kami tak benar-benar bisa menyangkal hal tersebut.

Dengan senyuman, si Kepala desa melanjutkan ucapannya.

“Aku jamin pada kalian, kalian akan mendapatkan kehidupan yang kalian inginkan, begitu kalian keluar dari Menara ini, kehidupan yang selama ini kalian idam-idamkan, tapi sebelum itu Aku harus memastikan bahwa kalian tak akan membuat kehidupan di Desa kami menjadi kacau dengan kehadiran kalian, maka dari itu Aku membuat permaian bertahan hidup ini.”

Meskipun banyak di antara kami yang masih nampak tidak puas dengan penjelasannya, tapi mereka sudah mulai tenang.

“Kau berkata bertahan hidup, kan? Apa itu berarti akan ada yang mati di antara kami?”

Lelaki berkacamata kembali bertanya dengan tenang. Sepertinya perkataan si Kepala desa tak berarti banyak baginya.

“Ya, tentu saja... kami tak memerlukan orang yang tak dapat bertahan di sini, jadi tentu saja kami harus membuangnya.”

Ekspresi dan perkataan dari si Kepala desa membuat beberapa orang di antara kami menjadi ketakutan, beberapa ada yang marah dan ada yang tetap tak merubah wajah mereka (seperti temanku dan si lelaki berkacamata).

“Aku masih tidak begitu mengerti, sebetulnya apa yang harus kami lakukan? Kenapa bisa ada yang mati di antara kami?”

Seorang gadis yang nampak serius bertanya pada si Kepala desa. Badannya cukup besar untuk ukuran seorang gadis muda.

“Siapa yang peduli dengan itu! Kita hanya perlu menghajar kakek tua itu dan pergi dari sini!”

Sebelum si Kepala desa menjawab pertanyaan dari gadis itu, seorang lelaki berbadan paling besar di antara kami sudah melangkahkan kakinya menuju si Kakek dengan wajah yang terlihat sangat kesal.

Aku segera mengejar si lelaki itu untuk menghentikannya melakukan sesuatu yang berbahaya.

“Tunggu dulu!”

Aku mencengkram bahunya dengan kuat. Lelaki itu menghentikan langkah kakinya, lalu menatapku dengan tatapan yang sangat menakutkan.

“Jangan hentikan Aku!”

“Tenanglah! Kita saat ini hanya berjumlah 29 orang!”

“Hah!? Apa maksudmu?”

“Sebelumnya kita berjumlah 30 orang, tapi orang yang berkumpul di aula ini hanyalah 29 orang!”

Setelah Aku mengatakan itu, lelaki itu menampakkan wajah yang sangat terkejut. Bukan hanya dia, tapi orang-orang lainnya juga menampakkan ekspresi terkejut yang sama. Mereka melihat satu sama lain untuk memastikan jumlah semua orang yang berkumpul di dalam aula dan apakah yang kukatakan memang benar.

Aku bisa melihat wajah beberapa orang memucat saat menyadari bahwa apa yang kukatakan tadi memang benar apa adanya.

Kami kemudian mengalihkan perhatian kami ke arah si Kepala desa yang saat ini tengah menyeringai dengan menakutkan. Aku bisa merasakan hawa ketakutan yang berasal dari orang-orang yang berada di belakangku bahwa tanpa Aku berbalik untuk melihat mereka.

“Aku lupa mengatakannya, tapi permainan ini sudah dimulai!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Kata Penutup

    pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Epilog : Desa Tanpa Nama

    Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Akhir Menara Tanpa Nama (Bagas)

    Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Percakapan terakhir

    Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Rencana terakhir

    Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 3

    Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status