Share

5. Tanpa Kata

Di sebuah taman Saka menghabiskan akhir pekannya kali ini. Sesekali ia menatap beberapa anak kecil yang berlarian bermain bersama.

“Ini nomor siapa ya? tiba-tiba aja tanya kabar. Arunika. Enggak mungkin. Tapi kenapa tiba-tiba aku ingat dia.” Saka masih penasaran dengan nomor yang mengirim chat padanya. Ngapain Arun chat lagi? Dia kan udah pergi tanpa pamit.”

“Arun cuma nitip pesan sama Tante supaya kamu melupakan dia. Katanya dia mau fokus sama kerjaannya.”

“Tapi kenapa mendadak begini, kemarin waktu kita ketemu dia enggak ngebahas apapun.”

“Maafkan Tante, Ka. Untuk kali ini Tante enggak bisa bantu kamu. Sebelum dia berangkat Tante juga udah ngomong supaya nemuin kamu dulu, tapi katanya enggak usah.”

Saka terduduk lemas. Saat ini ia benar-benar tak bisa berpikir jernih. Separuh jiwanya pergi begitu saja. Hubungannya dengan Arunika selama ini ternyata sia-sia.

“Ini ada titipan dari Arun,” ucap Tante Sarah sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Saka.

“Buuuk.” Sebuah bola mengenai Saka tanpa sengaja, perlahan Saka mengambil bola itu. Seorang anak kecil melangkah ke arahnya, wajahnya nampa ketakutan.

“Maafin aku Om, tadi aku enggak sengaja,” ucapnya tanpa melihat ke arah Saka.

Saka pun mendekati anak itu dan mengelus rambutnya. “Ini bolanya, lain kali hati-hati ya,” uacpanya sambil tersenyum.

“Terima kasih, Om.” Anak itu pun lalu berlari meninggalkan Saka.

Saka pun meninggalkan taman tanpa disadarinya ada sepasang mata yang mengawasi gerak-geriknya sedari tadi.

Saka membuka sebuah album yang sudah tersimpan lama di laci mejanya. Lembar demi lembar perlahan ia buka. Sosok perempuan dengan wajah sangat cantik berambut pendek menghiasi isi album di tangan Saka. Bahkan ada beberapa foto yang sedang bersamanya. Sampai hari ini Saka masih belum tahu mengapa Arunika pergi meninggalkannya. Saka selalu mencari tahu apakah selama ini ada sikap atau pun perkataannya yang membuat Arunika pergi begitu saja. Namun ia tak kunjung menemukan jawaban yang ia cari selama ini. Bahkan sehari sebelum Arunika pergi mereka masih sempat jalan berdua bahkan sikap Arunika tak ada yang aneh. Pesan yang di terima Saka kemarin benar-benar membuatnya gelisah.

Saka meraih ponselnya, kembali ia buka pesan tanpa nama yang ia terima. Ia mencoba mengetik pada layar ponselnya namun di hapusnya lagi. Akhirnya karena pesan ini memang sangat mengganggu dirinya ia pun akhirnya memutuskan untuk membalasn pesan tersebut.

Maaf ini siapa, dari mana Anda tahu nomor saya

Saka pun menekan kirim pada pesan yang telah ditulis di layar ponselnya. Baru kali ini Saka penasaran dan gelisah menunggu jawaban pesan yang dikirimnya pada seseorang. Berkali-kali matanya kearah layar ponselnya. Saka pun akhirnya membiarkan ponselnya dan kembali melihat foto-foto yang terpampang di album yang masih di pegangnya. Tak lama ponselnya pun berbunyi.

[Kamu memang orang baik, Ka masih mau balas chat aku] balas nomor tanpa nama.

'Arunika? Aku yakin ini kamu. Kenapa kamu pergi begitu saja.'

Karena penasaran Saka pun menelepon Arunika. [Kenapa enggak di angkat teleponku] balas Saka.

Tak ada balasan lagi dari Arunika. Saka benar-benar tak paham akan sikap Arunika yang mudah berubah. Dulu dia pergi tanpa pesan hingga hari ini Saka tak tahu alasan Arunika meninggalkannya. Kini ketika Saka akan melupakannya ia kembali dengan sesuka hati. Di lubuk hati Saka yang terdalam Saka memang masih mencintai Arunika, dan ia juga sadar ia tak punya hak marah kepada Arunika.

Tiba-tiba perut Saka berbunyi. “Ach rupanya terlalu banyak berpikir membuat perutku lapar,” gumam Saka.

“Asih!” teriak Saka. Namun berkali-kali Saka memanggil Saka tak mendengar jawaban dari Asih. Karena perut Saka sangat lapat akhirnta saka keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Ternyata di dapur pun Saka tak menemukan Asih.Setelah beberapa kali Saka memanggil namun Asih tak juga muncul ia pun menuju dapur dimana biasanya Asih berada. Ternyata sama Saka tak menemukan yang di cari.

'Kemana Asih, tumben keluar rumah enggak ijin.'

“Bapak ngapain di dapur?” sapa Asih yang tiba-tiba muncul di belakang Saka.

“Kamu ini kebiasaan tiba-tiba muncul dari belakang. Dari mana saja kamu di panggil berkali-kali enggak jawab," ucap Saka dengan wajah yang masih terlihat terkejut karena melihat Asih yang tiba-tiba muncul.

“Dari depan Pak." jawab Asih.

“Buatkan saya mie sama teh panas ya,” ucap Saka.

“Baik, Pak.” Saka pun langsung meninggalkan dapur.

Sambil menunggu mie yang di buat Asih ia pun duduk di teras sambil membuka buku yang sudah lama di belinya. Namun bukannya di baca tapi Saka justru iseng melipat lembaran buku menjadi seperti tumpukan kue dengan lapisan cream.

“Ini Pak mie sama tehnya,” ucap Asih sambil meletakkan nampan di meja.

“Ngapain kamu masih berdiri di situ,” tanya Saka karena melihat Asih belum pergi setelah meletakkan mie nya.

“Nanti malam saya mau ijin keluar sebentar Pak mau main sama teman, tapi itu pun kalau Bapak kasih ijin, " ucap Asih tak berani menatap Saka.

“Iya, tapi jangan pulang malam-malam ya.”

“Baik, Pak kalau gitu saya kebelakang dulu.”

Saka mengaduk semangkuk mie buatan Asih dan menunggu agak dingin. Saka tak mengetahu kalau Asih ternyata tak langsung ke dapur tapi mengintip Saka dari balik tirai jendela ruang tamu.

'Semoga dia tertidur pulas sampai pagi.' gumamnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

***

Saka menggeliat dan matanya benar-benar terasa berat. 'Tumben aku ngantuk banget, mataku juga berat. Kenapa habis makan mie sama minum teh aku langsung ketiduran.' Sampai tak ingat apa-apa. Pikiran Saka berusaha mengingat kejadian sebelum dia merasakan ngantuk yang begitu hebat setelah menyantap mie buatan Asih. Seingatku tadi aku makan mie di teras. Ini kenapa bangun tidur aku sudah di kamarku. Saka menggeliatkan tubuhnya. Walau berat namun Saka berusaha untuk bangun, di tengoknya suasana di luar dari jendelanya. Ternyata hari sudah gelap.

'Asih jadi pergi enggak ya,kalau pun jadi seharusnya dia sudah pulang. Lebih baik aku lanjut tidur sajalah besok juga harus masuk kerja.' Saka merebahkan kembali tubuhnya dan memejamkan matanya.

***

Tanpa sepengetahuan siapa pun ternyata Asih menemui seseorang di rumah kosong yang terletak di ujung jalan perumahan. Rumah yang selama ini tak pernah di datangi siapapun karena peraturan yang berlaku. Sejak awal Asih datang Saka selalu berpikir positif . Bahkan Saka tak menanyakan pada Asih secara detail dari mana Asih tahu jika dirinya membutuhkan asisten rumah tangga. Saka tak pernah tahu jati diri Asih sebenarnta. Bagi Saka yang penting Asih jujur dan bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik.

“Gimana semua masih aman kan sesuai rencana?” tanya Pak Dirga yang berdiri tak jauh darinya.

“Pak Dirga percaya kan sama saya?” tanya Asih balik.

Pak Dirga hanya diam mendengar Asih bicara, tapi kamu jangan lengah, kita enggak pernah tahu dia punya rencana apa. Kamu tahu kan Senin dekat dengan dia. Tugas kamu tidak hanya mengawasi Saka tapi juga Senin.”

“Pak Dirga tenang aja, pokoknya semua beres. Tapi maaf Pak sebelumnya Pak Saka itu orang baru kenapa Bapak mesti menyuruh saya mengawasi dia?”

“Dari awal datang Saka itu udah berani mencoba mendekati rumah ini, sepertinya dia kurang setuju dengan peraturan yang ada di sini.”

“Tapi dia juga enggak akan berani masuk kesini. Lagian ini juga cuma rumah kosong.” Tanpa sengaja mata Asih tertuju pada sebuah foto yang terletak di sudut ruangan. Perlahan ia pun berjalan mendekati foto itu.

“Foto siapa ini, Pak?”

“Itu Mayla pemilik rumah ini. Memang kenapa?”

Asih terdiam mendengar jawaban Pak Dirga. Sepertinya ia sedang mengingat sesuatu. Pak Dirga memperhatikan tingkahnya yang sedang mengamati foto yang di pegang Asih.

“Kenapa kamu jadi diam.”

“Enggak, Pak saya cuma merasa pernah lihat wajah di foto itu," jawab Asih dan pandangannya masih terus tertuju pada foto di tangannya.

“Jangan mengada-ada kamu. Mayla itu jarang keluar rumah dia selalu pergi pagi pulang malam. Dia wanita karier jadi super sibuk," jelas Pak Dirga pada Asih.

“Sekarang dia enggak pernah kesini kenapa, Pak,” tanya Asih penasaeran pada sosok Mayla.

“Bukan urusanmu, kamu saya bayar buat mengawasi Saka. Bukan justru ingin tahu tentang Mayla," jawab Pak Dirga ketus yang sepertinya tak suka mendengar pertanyaan Asih

Wajah Asih langsung berubah ketakutan ketika Pak Dirga membentaknya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zalizah Kasih
membosankan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status