Malam itu, kota terhimpit kegelapan. Hujan deras membasahi jalan-jalan, menciptakan efek bayangan misterius di setiap sudut. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Angin kencang menggoyangkan pohon-pohon tinggi, menimbulkan suara gemuruh yang menakutkan.
Di tengah kegelapan tersebut, Detektif Alex, seorang pria muda dengan mata tajam dan pikiran cerdas, tiba di rumah tua Langley. Rumah tersebut terisolasi, dikelilingi pohon-pohon tinggi dan semak-semak lebat yang terlihat seperti penjaga rahasia. Saat keluar dari mobil, hujan membasahi wajah Alex, membuatnya merasa lebih segar. Dia mengangkat matanya, menatap rumah tua di depannya dengan rasa penasaran. Polisi setempat, Sheriff Jenkins, menyambutnya dengan ekspresi serius. "Apa yang terjadi disini?" tanya Alex sembari menggoyangkan air hujan dari bahu. "Ada sebuah pembunuhan, Detektif. Korban adalah Richard Langley," jawab Sheriff Jenkins dengan suara berat. "Pembunuhan ini terlihat seperti pekerjaan profesional." Ujarnya. Alex mengikuti Sheriff Jenkins memasuki rumah. Ruang tamu yang mewah terlihat kacau. Benda-benda berserakan, dan darah merah segar tercecer di lantai. Alex melihat mayat Richard Langley tergeletak di dekat piano, matanya terbuka lebar. Suasana menjadi tegang. "Kapan pembunuhan ini terjadi?" tanya Alex dengan nada serius. "Menurut laporan itu terjadi sekitar pukul 22.00 tadi," jawab Sheriff Jenkins. "Tetangga melaporkan karena mendengar suara tembakan." tambahnya. Alex memeriksa mayat tersebut. Tak sengaja Alex menemukan sebuah surat misterius di dekat tangan korban. Alex mengambilnya dan bergegas membacanya. Surat itu bertuliskan: "Kamu tidak akan pernah menemukan kebenaran, Karena kebenaran ada di balik bayangan." Alex tampak berpikir keras, benar-benar ada yang tidak beres, pikirnya. Dia bertekad akan menyelidiki kasus ini sampai ke akar-akarnya. Rumah tua Langley itu terlihat semakin menakutkan dalam kegelapan malam. Hujan deras membasahi jendela-jendela, menciptakan efek bayangan yang bergerak-gerak. Alex merasakan ada sesuatu yang sedang mengintai dari dalam bayangan tersebut. Alex memeriksa mayat Richard itu lagi, Alex melihat sebuah cincin emas melingkar di jari manisnya. Cincin tersebut memiliki inisial "RL" itu sudah pasti inisial namanya, dan apa ini? Sebuah simbol misterius? Dia menoleh kearah Sheriff Jenkins. "Apakah Anda tahu apa arti simbol ini?" tanya Alex kepada Sheriff Jenkins. "Simbol apa Detektif?" Sheriff Jenkins mendekat dan memperhatikan cincin yang ditunjukkan Detektif Alex kepadanya, kemudian dia menggelengkan kepalanya."Tidak, saya tidak tahu simbol apa itu." Ditengah penyelidikan tiba-tiba, seorang perempuan muda muncul dari kegelapan. Dia terlihat takut dengan tubuh yang gemetar. "Ma.. Maaf, saya menerobos masuk karena saya ingin mengatakan apa yang saya lihat. Apa kalian Polisi? Saya..., saya tadi melihat sesuatu dari sini," katanya dengan suara lembut namun terdengar begitu gugup. Alex mendekati perempuan tersebut. "Apa yang Anda lihat?" tanyanya Alex bijaksana, dia akan mendengarkan perempuan muda, karena bisa jadi dia adalah saksi mata. . Perempuan itu menarik napas dalam-dalam. "Saya melihat seseorang berlari keluar dari rumah ini sekitar pukul 22.00." "Ya, tapi sebelumnya saya ingin bertanya, nama anda siapa, dan tolong anda ceritakan dengan santai, rileks saja" Ucap Alex santai agar perempuan muda itu bisa menghilangkan kegugupannya. Perempuan muda memperkenalkan namanya, dia bernama Emily, dia benar-benar terlihat takut dan benar-benar gemetar saat menceritakan apa yang dia lihat. Dan ketika Alex mengatakannya untuk rileks, dia pun mencobanya dan mulai menjelaskan, "Saya sedang berjalan pulang dari rumah teman saya, saat melihat ke rumah ini seseorang berlari keluar dari rumah ini," katanya dengan suara yang sedikit gugup. "Dia mengenakan jaket hitam dan topi, sehingga saya tidak bisa melihat wajahnya." Tak lupa Alex mencatat detail keterangan Emily dalam buku catatannya. "Apakah Anda melihat kemana arah yang dia ambil, maksud saya arah dia pergi?" tanyanya. Emily mengangguk. "Dia berlari ke arah hutan di belakang rumah ini." "Baik terima kasih atas keterangannya." Ucap Alex. Alex menyerahkan tanggung jawab atas Emily kepada Sherif Jenkins. Tanpa membuang waktu Dia bergerak untuk menyelidiki dan menelusuri hutan belakang rumah. Dia mengikuti jejak kaki yang terlihat samar-samar di tanah basah. Jejak tersebut mengarah ke sebuah gudang tua yang terletak di pinggiran hutan. Saat memasuki gudang, Alex menemukan sebuah benda misterius: sebuah kunci dengan simbol yang sama dengan cincin Richard Langley. Alex mendapatkan firasat kalau itu ada hubungannya antara kunci tersebut dan pembunuhan. Alex memperhatikan dengan cermat gudang tua tersebut terlihat seperti labirin gelap, dengan bayangan-bayangan gelap di dinding. Alex memasuki gudang itu dengan hati-hati, mencari petunjuk lain. Udara di dalam gudang terasa lembap dan berbau debu. Alex melihat kiri kanan, matanya tertuju pada sebuah meja tua di sudut gudang, dengan sebuah lampu minyak yang masih menyala, "Hah! Lampu minyak itu menyala? Sepertinya ada seseorang di gudang ini baru-baru ini?" Pikirnya. Tak sengaja mata Alex melihat ke bawah meja tersebut, Alex melihat ada sebuah buku tergeletak. Dia mengambilnya dan dilihatnya dengan seksama itu adalah buku harian milik Richard Langley. Buku tersebut terlihat usang, dengan halaman-halaman yang terlipat. Alex membuka buku itu dan menemukan catatan-catatan yang misterius Richard. "Ada seseorang yang mengancamku," tulis Richard. "Saya tidak tahu siapa dia, tapi saya tahu dia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya." Mata Alex terbuka lebar membaca catatan itu, sejenak matanya langsung menatap tegas ke depan, dia melihat nyalang ke kiri dan ke kanan. Gudang itu begitu terlihat sepi. Alex berpikir ada sesuatu yang sangat penting dalam buku catatan Richard. Dia membawanya dan berusaha menyelidiki lebih lanjut menyangkut ancaman itu. Siapa yang mengancam Richard Langley? Apa motifnya? Gumam Alex. Kegelapan semakin tebal. Gudang tua itu terasa semakin menakutkan. Buku harian Richard sudah cukup menurut Alex, karena tidak menemukan seorang pun di dalam gudang tua itu, dia pun meninggalkan gudang dan kembali ke rumah Langley. Saat memasuki rumah, Alex melihat Evelyn Langley, istri Richard tengah berada di ruangan itu. Dia terlihat sedih dengan wajah yang takut. "Bagaimana ini bisa yang terjadi.. Dan kau dari mana Detektif, apa yang kau temukan itu?" tanyanya dengan suara serak efek dia yang menangis namun matanya tertuju pada buku yang dibawa Detektif Alex, dia gugup. Alex menjelaskan tentang penemuan buku harian dan ancaman yang dialami Richard dan bertanya kepada Evelyn tentang ancaman itu. Evelyn terlihat terkejut mendengar keterangan itu. "Sa.. Saya tidak tahu apa-apa tentang ancaman itu Detektif.." katanya gugup. Keraguan Alex pun muncul, ada yang aneh dengan jawaban Evelyn, pikirnya. Dia terlihat gugup dan dengan terlalu buru-buru menjawab. Evelyn pun masuk daftar Alex untuk diselidiki lebih lanjut, siapa Evelyn sebenarnya dan apa latar belakangnya. Apakah dia terlibat dalam pembunuhan suaminya? Alex siap-siap menginterogasinya. Evelyn Langley duduk di ruang tamu, matanya merah karena tangisannya. Alex memperhatikan gerak-geriknya, mencari tanda-tanda kecurigaan. "Ceritakan tentang malam ini," kata Alex tegas, dia ingin mencari kejujuran dari setiap kata yang diucapkan oleh istri dari Richard Langley. Evelyn mulai menjelaskan "Saya dan Richard sebelumnya bertengkar sekitar pukul 21.00. Tapi kemudian saya pergi ke kamar tidur karena saya tidak mau pertengkaran kami semakin panjang. Lalu saya tidak mendengar suara apa pun sampai saya mendengar suara tembakan itu." Evelyn semakin menangis tersedu-sedu. Alex mencatat detail, dan menyambung pertanyaan. "Apakah Anda tahu siapa yang bertengkar dengan Richard sebelumnya?" tanyanya. Evelyn terlihat ragu untuk menjawab, "Saya... saya tidak tahu." jawabannya pun menggantung. Evelyn Langley menunduk, rambut hitamnya jatuh menghalangi wajahnya. Suasana di ruang tamu semakin tegang. Alex semakin menatap curiga kearah Evelyn,, "Ceritakan tentang hubungan Anda dengan Richard selama ini," kata Alex dengan tenang, dia berusaha membangun kepercayaan. Evelyn menarik napas, "Kami menikah 5 tahun lalu. Awalnya semuanya berjalan baik, tapi beberapa bulan terakhir... kami sering bertengkar." Evelyn berhenti, mengelap air mata dan air dari hidungnya. "Apa penyebab pertengkaran kalian?" tanya Alex dengan serius. Evelyn menjawab, "Sejak Richard mendapatkan ancaman itu. Dia menjadi semakin paranoid dan curigaan terus." "Karena ancaman kalian bertengkar? Seharusnya bukankah kamu yang menjadi penenang bagi suamimu? Ancaman seperti apa yang bisa membuat kalian bertengkar?" tanya Alex dengan penasaran. Evelyn terlihat takut dan menjadi gugup lagi. "Saya... tidak tahu. Richard tidak mau berbicara tentang ancaman itu kepadaku." Dia tunduk menatap lantai, suaranya terdengar penuh dengan kesedihan. "Richard hanya selalu mengatakan bahwa ada seseorang yang mengawasinya, bahwa ada bahaya di sekitarnya." Dia berhenti, menahan napasnya yang sesak. "Saya pikir itu hanya paranoid, tapi sekarang... saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, Richard sudah tiadaa." lanjutnya, Evelyn semakin menangis pilu. Alex berdiri hendak meninggalkan ruangan, dia pikir sementara sudah cukup interogasinya kepada istri korban. Namun sebelum dia pergi ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah foto Richard Langley dengan seseorang yang tidak dikenal tertengger di dinding. Alex mendekati foto tersebut, matahari terbenam di latar belakangnya. Richard Langley tersenyum bersama seorang pria. Senyuman yang memiliki arti, pikirnya. "Oh ya, siapa pria yang bersama suami kamu ini?" tanya Alex kepada Evelyn. Evelyn kaget. "Saya... tidak tahu," "Bagaimana bisa kau tidak tau? Foto ini bahkan dipajang disini, sebagai istri kenapa kau tidak bertanya pada suami mu supaya kau tahu?" Tanya Alex merasa aneh dengan Evelyn. Evelyn terlalu cepat menyangkal. Apakah dia menyembunyikan sesuatu?, benak Alex. Alex memandang foto itu lebih dekat, dia melihat ada sebuah tanda tangan kecil di sudut foto: "J, selamanya." Dia memperhatikan huruf "J" yang ditulis dengan sangat rapi dan anggun. "Siapa orang ini? Apa hubungannya dengan Richard Langley?" Tanya Alex sekali lagi, kenapa Evelyn tidak tau, itu begitu aneh. Maka itu dia bertanya lagi. Evelyn terlihat semakin gelisah. "Saya benar-benar tidak tahu," ulangnya dengan suara yang mulai terdengar tidak sabar. Alex tidak yakin apakah Evelyn berbohong atau tidak, "Baiklah, kalau begitu ceritakan tentang hari terakhirmu bersama Richard," kata Alex lagi. Mau tidak mau Evelyn menjawab,"Kami bertengkar pagi itu. Richard keluar rumah sekitar pukul 8.00. Saya tidak melihatnya lagi sampai... sampai polisi datang." Ah jawabannya sudah berbeda atau memang pagi bertengkar dan malam juga bertengkar? Pikir Alex, dia menatap Evelyn yang tertunduk. "Apakah Richard menerima telepon atau pesan apa pun sebelum keluar rumah?" tanyanya dengan pertanyaan yang berbeda. Evelyn berpikir sejenak. "Ya, dia menerima telepon sekitar pukul 7.00. Dia terlihat sangat terkejut." Evelyn menunduk, bayangan lampu menyinari wajahnya yang penuh kesedihan. "Saya tidak tahu apa yang terjadi pada Richard," katanya lagi "Tapi saya tahu dia sangat takut." Evelyn terlihat gelisah. "Apa yang membuatnya takut?" tanya Alex dengan penasaran. Evelyn berhenti sejenak. "Dia menerima surat ancaman. Seseorang mengancam akan membunuhnya." "Siapa yang mengancamnya?" Tanya Alex tidak sabar. Evelyn menatap Alex dengan mata yang terisak. "Saya tidak tahu siapa yang mengancam Richard, tapi saya tahu dia sangat takut," katanya dengan suara yang bergetar. "Dia selalu membawa pistol dan mengawasi sekelilingnya." "Kapan surat ancaman itu diterima?" tanya Alex. Evelyn tampak berpikir. "Sekitar tiga hari sebelum pembunuhan. Dan itu yang membuat Richard menjadi semakin paranoid dan curiga." "Terlalu berbelit" Gumam Alex, Dia benar-benar merasakan suatu ketidak beresan pada setiap jawaban Evelyn. Evelyn terlalu banyak menyembunyikan sesuatu. Apakah dia terlibat dalam pembunuhan suaminya?"Ah tidak Detektif" Maya tampak salah tingkah. Detektif Alex menggelengkan kepalanya. "Baik, kita mulai," kata Detektif Alex, menatap Maya dan Viktor. "Saya dan Maya akan cari bukti-bukti yang lain tentang kegiatan-kegiatan The Shadow dan kita harus kumpulkan dengan rapi.""Dan saya akan memantau kegiatan-kegiatan mereka," tambah Viktor. "Saya akan memastikan bahwa kita memiliki informasi yang akurat tentang apa yang mereka lakukan."Mereka berpisah, masing-masing memulai tugas mereka. Detektif Alex dan Maya pergi ke lapangan untuk mengumpulkan bukti-bukti, sementara Viktor memantau kegiatan-kegiatan The Shadow dari jarak jauh.Sementara mereka bekerja dengan tugasnya masing-masing, mereka tidak menyadari bahwa The Shadow telah mengetahui tentang misi mereka. Seorang anggota The Shadow, yang bernama Rachel, telah memantau kegiatan-kegiatan Detektif Alex, Maya, dan Viktor.Rachel adalah seorang wanita yang cantik dan berbahaya. Dia memiliki mata yang tajam dan senyum yang manis, tapi
Malam itu hujan rintik-rintik menjadi bagian irama alam di luar ruang kantor, menyertai kesendirian Detektif Alex. Dia duduk sendirian di dalam ruangannya, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang yang bersarang di benaknya. "Seberapa bahaya The Shadow ini?" pikirnya. Dia mulai menjelajahi segala yang terkait dengan The Shadow, termasuk mempelajari ulang tentang struktur yang diberikan Viktor beberapa hari yang lalu. Jari jemarinya menari lincah diatas keyboard komputer yang ada didepannya. Dia tidak ingin gegabah dalam segala tindak tanduknya. Tidak boleh ada kesalahan menangkap seseorang jika belum terbukti bersalah, apalagi yang sedang diselidikinya kini organisasi yang sangat besar. Seperti keterangan yang dikatakan Viktor, The Shadow memiliki anggota-anggota yang berada di berbagai posisi penting dalam masyarakat, termasuk di dalam pemerintahan, polisi, dan bisnis."Ah ini dia" mata Detektif Alex menatap tajam ke layar komputer itu, dia menemukan penjelasan data yang dia ingink
Keputusan telah ditetapkan, Viktor bersekutu, dan bersedia membantu Detektif Alex dan Maya. Mereka bertiga mulai merencanakan strategi untuk menghancurkan The Shadow. Mereka tahu bahwa tugas ini tidak akan mudah, karena The Shadow adalah organisasi yang sangat rahasia bahkan berbahaya dan memiliki jaringan yang cukup luas."Kita harus berbagi tugas, agar lebih efektif" kata Detektif Alex memecahkan keheningan. Maya dan Viktor spontan menoleh kearah Detektif Alex dan hampir menjawab bersamaan "Ya itu bagus, Detektif" kata Viktor, "Ya itu lebih baik" Maya pun mengangguk setuju. "Saya akan menganalisis semua informasi" wajah Detektif Alex terlihat sangat serius. Detektif Alex, yang memiliki pengalaman dalam menyelidiki kasus-kasus yang kompleks, memulai dengan menganalisis informasi yang mereka miliki tentang The Shadow. Dia mencari pola-pola yang sesuai dengan kasus itu."Dan Anda Viktor, jelaskan semua pada Maya informasi yang Anda ketahui tentang organisasi itu" mata Detektif Alex
Dengan sangat gugup pria asing itu pun mengatakan yang sebenarnya, dan didengarkan dengan serius oleh Detektif Alex dan Maya hingga pria asing itu menyelesaikan semua ceritanya. Maka dengan informasi tersebut pria itu pun diperbolehkan meninggalkan kantor polisi dengan tidak lupa memberitahukan identitasnya, diketahui nama pria itu Zenad. Jadi bilamana diperlukan lagi maka Zsnas harus bersedia untuk hadir. Dari Zenad, mereka mengetahui ternyata pria misterius yang menyerang Detektif Alex dan Maya adalah seorang anggota organisasi rahasia "The Shadow" yang bernama Victor. Victor adalah seorang mantan tentara yang memiliki kemampuan tempur yang sangat tinggi dan telah dilatih untuk melakukan misi-misi rahasia.Victor telah bekerja untuk The Shadow selama beberapa tahun dan telah melakukan banyak misi untuk organisasi itu. Namun, Victor mulai merasa tidak puas dengan tujuan dan metode The Shadow beroperasi, yang awalnya baik-baik saja, namun kini dia mulai merasa bahwa organisasi itu me
Pagi pun menyingsing, Detektif Alex tersadar dari mimpinya. Cahaya mentari yang masuk ke kamarnya, yang menyelinap dari celah-celah ventilasi itu, membangunkannya. Seperti matahari itu, dia harus bangkit kembali dari kegelapan dan juga harus bisa menjadi cahaya untuk dirinya sendiri. Dia bergegas bangun siap menghadapi tantangan yang tengah menunggunya. Pagi itu, Detektif Alex kembali ke kantor polisi untuk melanjutkan penyelidikannya. Turun dari mobil, melangkah masuk melalui gerbang. Dia berpapasan dengan seorang pria asing saat hampir menyentuh bibir pintu kantor itu. Detektif Alex memasang raut wajah heran, dengan kedua alisnya yang bertaut. "Siapa dia?" gumamnya.Ternyata di dalam ruang kerjanya, Maya telah menunggu kedatangannya. "Pagi Detek..", tidak sempat Maya menyelesaikan sapaan paginya Detektif Alex memotongnya. "Siapa pria tadi? Dia begitu asing" tanya Detektif Alex diselimuti rasa penasaran yang besar. "Pria yang mana Detektif? Yang baru keluar dari kantor ini?" tanya
Rasa penasaran di benak Detektif Alex dan Maya memuncak. Siapa pria itu, dan apa motifnya menyerang mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepala mereka, seperti burung-burung kecil yang terbang mengelilingi sarangnya. Mereka menyaksikan pria misterius itu diborgol dan kini tengah duduk tergugu di atas lantai, dengan wajah yang murung dan mata yang merah. Dia telah diamankan dibawa ke kantor polisi terdekat. Polisi yang menangkap pria misterius itu menatap Detektif Alex dan Maya dengan sedikit senyum, "Detektif Alex, Detektif Maya.." Polisi itu menoleh kearah Detektif Alex dan Maya secara bergantian."Kami berhutang pada Anda, Pak. Tidak cukup rasanya hanya mengucapkan terima kasih." Detektif Alex berkata dengan rendah hati namun tidak menghilangkan kewibawaannya. "Kami tidak bisa melawannya karena kami tidak punya persiapan apapun sedangkan di tangannya telah tergenggam erat sebuah senjata api" Kata Detektif Alex dengan nada serius. "Sudah tugas kita, Detektif. Kebet