Home / Horor / Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan / Bab 3: Jejak Keluarga Wiratama

Share

Bab 3: Jejak Keluarga Wiratama

Author: tedi sugiri
last update Last Updated: 2024-08-31 12:18:51

Pagi itu, Rina terbangun dengan perasaan campur aduk. Mimpi buruk yang mengganggu tidurnya semalam masih jelas di benaknya. Meski demikian, ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk mencari jawaban. Dia tahu bahwa rahasia kelam dari rumah tua itu tidak akan berhenti menghantuinya sampai dia menemukan kebenaran.

Setelah membersihkan diri dan bersiap-siap, Rina keluar dari kamarnya dan disambut oleh aroma kopi segar dan roti panggang dari dapur penginapan. Bu Marni sudah menunggunya dengan secangkir kopi di tangan, matanya menatap Rina dengan penuh perhatian. "Bagaimana tidurmu, Nak?" tanyanya lembut.

Rina menghela napas panjang dan duduk di meja makan. "Tidak terlalu baik, Bu. Saya masih memikirkan tentang rumah tua itu dan apa yang saya alami semalam. Ada yang aneh dengan tempat itu."

Bu Marni mengangguk pelan. "Aku tahu. Banyak orang yang pernah mencoba mencari tahu tentang rumah itu, tapi kebanyakan mereka pergi dengan ketakutan. Desa ini memiliki banyak rahasia, dan rumah tua itu adalah salah satunya."

Rina menyesap kopi hangatnya dan merasa sedikit lebih baik. "Saya ingin tahu lebih banyak tentang keluarga Wiratama. Anda tahu di mana saya bisa mendapatkan lebih banyak informasi?"

Bu Marni tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Mungkin kau bisa bertanya pada Pak Darto. Dia adalah orang tertua di desa ini, dan dia tahu banyak tentang sejarah desa. Rumahnya tidak jauh dari sini, di ujung jalan."

Rina merasa sedikit lega mendengar itu. "Terima kasih, Bu. Saya akan segera ke sana."

Setelah sarapan, Rina bergegas menuju rumah Pak Darto. Jalan setapak menuju rumah itu dikelilingi oleh pepohonan rindang, menciptakan suasana tenang namun sedikit menyeramkan. Rina mencoba mengabaikan perasaan takut yang muncul dan melangkah lebih cepat.

Ketika tiba di depan rumah Pak Darto, dia melihat rumah kayu tua yang sederhana dengan pagar bambu di sekelilingnya. Dia mengetuk pintu perlahan, dan tidak lama kemudian seorang pria tua dengan rambut putih dan tubuh yang sedikit membungkuk membuka pintu.

"Selamat pagi, Pak Darto," sapa Rina dengan sopan. "Saya Rina, saya ingin tahu lebih banyak tentang sejarah desa ini, terutama tentang keluarga Wiratama dan rumah tua di sudut jalan."

Pak Darto mengangguk pelan, seolah sudah menduga kedatangan Rina. "Masuklah, Nak," katanya sambil membuka pintu lebih lebar. "Kita bisa bicara di dalam."

Rina memasuki rumah itu dan segera merasakan suasana hangat dan nyaman. Di dalam, banyak foto-foto hitam putih tergantung di dinding, menampilkan gambar-gambar desa pada masa lalu. Pak Darto duduk di kursi kayu tua dan mempersilakan Rina untuk duduk di seberangnya.

"Keluarga Wiratama," gumam Pak Darto sambil mengelus jenggot putihnya. "Mereka adalah keluarga terpandang di desa ini dulu. Kaya, berkuasa, tapi juga… penuh misteri."

Rina mendengarkan dengan seksama, merasa bahwa dia semakin dekat dengan jawaban yang dia cari. "Apa yang terjadi pada mereka? Mengapa mereka menghilang?"

Pak Darto menghela napas panjang, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi. "Keluarga itu terdiri dari Tuan Wiratama, istrinya, dan seorang putri kecil. Mereka tinggal di rumah itu lebih dari seratus tahun yang lalu. Tapi ada sesuatu yang aneh tentang mereka. Orang-orang desa sering mendengar suara-suara aneh dari dalam rumah, terutama di malam hari. Suara tangisan, suara anak kecil tertawa, dan terkadang suara-suara yang tidak bisa dijelaskan."

Rina merasa merinding mendengar cerita itu. "Lalu, bagaimana mereka menghilang?"

Pak Darto menggelengkan kepala. "Tidak ada yang tahu pasti. Suatu malam, semua lampu di rumah itu padam. Keesokan paginya, rumah itu kosong. Tidak ada jejak mereka. Sejak itu, rumah itu menjadi kosong dan ditinggalkan. Beberapa orang yang mencoba tinggal di sana setelahnya selalu pergi dengan ketakutan, mengatakan mereka melihat bayangan atau mendengar suara-suara yang sama."

Rina terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja dia dengar. "Apakah ada yang tahu tentang ruang bawah tanah di rumah itu?"

Mata Pak Darto menyipit, seolah teringat sesuatu. "Ruang bawah tanah? Ya, ada ruang bawah tanah di rumah itu. Dulu digunakan sebagai gudang, tapi setelah keluarga itu menghilang, banyak yang mengatakan ruang itu lebih dari sekadar gudang. Ada yang percaya bahwa ruang itu adalah tempat mereka melakukan sesuatu yang gelap… sesuatu yang jahat."

Rina merasa jantungnya berdebar lebih cepat. "Saya menemukan lingkaran dan simbol-simbol aneh di sana semalam. Sepertinya ada yang melakukan sesuatu yang menyeramkan di sana."

Pak Darto mengangguk pelan. "Ada banyak rumor, Nak. Beberapa orang mengatakan bahwa Tuan Wiratama terlibat dalam ilmu hitam, mencoba berkomunikasi dengan dunia lain. Yang lain percaya bahwa putrinya, yang tampaknya memiliki bakat spiritual, menjadi kunci dari semua misteri ini."

Rina merasa ada yang tidak beres. "Putrinya? Apa yang terjadi padanya?"

Pak Darto terdiam sejenak, wajahnya tampak muram. "Dia masih kecil, sekitar lima atau enam tahun saat mereka menghilang. Tapi orang-orang sering melihatnya berbicara sendiri, seolah-olah dia berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat. Ada yang mengatakan dia bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa. Beberapa percaya bahwa dia yang membuka jalan bagi sesuatu yang tidak seharusnya masuk ke dunia kita."

Rina merasa bulu kuduknya meremang lagi. "Apakah ada cara untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka? Atau mungkin mencoba berkomunikasi dengan… roh-roh itu?"

Pak Darto menatapnya dengan tatapan serius. "Nak, kau harus berhati-hati. Rumah itu bukan tempat untuk bermain-main. Banyak yang telah mencoba, dan mereka semua pergi dengan rasa takut yang tak pernah hilang. Tapi jika kau benar-benar ingin tahu, mungkin kau bisa bertemu dengan Nyai Murni, dukun tua yang tinggal di pinggiran desa. Dia mungkin tahu lebih banyak tentang dunia yang tak terlihat."

Rina merasa sedikit takut, tapi juga penasaran. "Baiklah, terima kasih atas bantuannya, Pak Darto. Saya akan mencoba berbicara dengan Nyai Murni."

Pak Darto mengangguk. "Hati-hati, Nak. Ada hal-hal di dunia ini yang lebih baik dibiarkan tersembunyi."

Setelah meninggalkan rumah Pak Darto, Rina merasa pikirannya penuh dengan informasi baru. Dia merasa semakin dekat dengan jawaban, tapi juga semakin dekat dengan bahaya yang mungkin mengintainya. Dia tahu bahwa langkah berikutnya adalah mencari Nyai Murni dan mencoba mendapatkan jawaban lebih lanjut tentang keluarga Wiratama dan rumah tua itu.

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Rina berjalan menuju pinggiran desa, tempat di mana Nyai Murni tinggal. Di sana, dia berharap bisa menemukan jawaban yang dia cari, dan mungkin, mengungkap misteri kelam yang mengintai di balik rumah tua di sudut jalan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 80: Akhir dari Misteri

    Setelah Rina, Siska, Ardi, dan Lisa berhasil menyelesaikan ritual pemutusan perjanjian roh bangsawan dengan iblis, mereka semua merasakan beban yang terangkat dari hati mereka. Ketenangan yang jarang mereka rasakan kini menyelimuti hati masing-masing. Pa Kiai mengucapkan selamat kepada mereka, memuji kekuatan dan kesabaran mereka dalam menghadapi ujian berat ini. "Kalian telah berhasil melawan kegelapan dengan cahaya iman. Semoga hidup kalian setelah ini penuh dengan keberkahan," ucap Pa Kiai dengan bijaksana. Mereka meninggalkan rumah Pa Kiai dan kembali ke penginapan untuk beristirahat. Rina dan ketiga temannya tidur dengan nyenyak malam itu, tanpa diganggu oleh mimpi buruk atau kehadiran roh-roh jahat. Setelah perjuangan yang panjang dan penuh tantangan, mereka akhirnya bisa merasa aman. Keesokan paginya, sinar matahari pagi yang hangat membangunkan mereka dari tidur. Setelah bersiap-siap, Rina, Siska, Ardi, dan Lisa memutuskan untuk pergi ke desa lama, tempat mereka pernah meng

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 79 Putusnya perjanjian

    Setelah berhasil keluar dari goa yang telah runtuh, Rina, Siska, Ardi, dan Lisa merasa kelegaan yang luar biasa. Meskipun mereka telah menghadapi berbagai rintangan dan gangguan roh bangsawan, mereka berhasil menyelesaikan tugas mengubur jengglot seperti yang diperintahkan oleh Pa Kiai. Namun, perjalanan mereka belum selesai. Mereka masih harus kembali ke rumah Pa Kiai untuk memastikan bahwa roh bangsawan tersebut benar-benar dihentikan. Dengan langkah yang mantap, meskipun rasa lelah mulai terasa, mereka berjalan kembali menuju rumah Pa Kiai. Jalan yang mereka lalui terasa lebih ringan dibanding sebelumnya, meskipun masih ada bayangan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Namun, dengan keyakinan bahwa mereka telah menjalankan perintah Pa Kiai dengan benar, mereka merasa optimis bahwa langkah-langkah terakhir ini akan berhasil. Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya mereka sampai di rumah Pa Kiai. Rumah itu tampak tenang, dengan cahaya remang-remang di teras depan.

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 78 Serangan di Goa Terlarang

    Di tengah perjalanan menuju mulut goa, Rina, Ardi, Siska, dan Lisa merasakan perubahan yang tidak biasa. Udara yang tadinya dingin berubah menjadi semakin pekat, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menekan mereka dari segala arah. Kemudian, tanpa peringatan, asap tebal mulai menyelimuti mereka. Asap itu berwarna kelabu gelap, menyelimuti lingkungan sekitar sehingga mereka tak bisa melihat apa-apa. "Asap ini... dari mana datangnya?" bisik Siska dengan panik, matanya bergerak liar mencari tanda-tanda bahaya. "Ayo, kita tetap fokus! Jangan berhenti berdzikir!" ujar Rina, memperingatkan teman-temannya. Dia bisa merasakan bahwa asap ini bukanlah sesuatu yang alami—ini adalah bentuk serangan gaib dari roh bangsawan yang ingin menghentikan mereka. Namun, sebelum Rina bisa mengatakan lebih banyak, mereka semua merasakan sesuatu yang aneh. Perlahan-lahan, asap itu tampak mengubah pemandangan di sekitar mereka. Hutan yang tadinya gelap dan menakutkan menghilang, digantikan oleh bayan

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 77: Persiapan Menuju Goa Terlarang

    Rina, Siska, Ardi, dan Lisa akhirnya tiba di rumah Pak Kiai setelah perjalanan yang panjang dan penuh ketegangan. Napas mereka masih terengah-engah, tapi mereka tahu ini bukan saatnya untuk beristirahat. Mereka berdiri di depan pintu rumah Pak Kiai, sebuah bangunan sederhana namun terasa penuh energi spiritual. Rina mengetuk pintu dengan gemetar, perasaan was-was masih menyelimuti hatinya. "Assalamualaikum," ucap Rina dengan suara yang bergetar. Tak lama setelah itu, pintu terbuka. Pak Kiai berdiri di sana, menatap mereka dengan tajam, seakan bisa melihat langsung ke dalam jiwa mereka. Matanya yang berkilau menunjukkan kebijaksanaan dan kewaspadaan. "Awas, jangan sampai putus dzikir kalian," ucapnya serius. "Jika kalian berhenti berdzikir, itu akan sangat berbahaya. Roh bangsawan itu terus memperhatikan kalian, siap menyerang kapan saja. Jangan pernah lengah." Mendengar itu, mereka semua langsung memperkuat dzikir dalam hati masing-masing. Tahu bahwa sedikit saja kelengahan bisa me

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 76: Teror Roh Bangsawan

    Rina, Siska, Ardi, dan Lisa bergegas meninggalkan desa lama, berusaha membawa jengglot yang baru saja mereka temukan di bawah tengkorak gadis yang dikorbankan. Tujuan mereka adalah kembali ke desa baru tempat Pak Kiai berada, untuk meminta petunjuk selanjutnya sebelum membawa jengglot ke gua terlarang. Namun, ketegangan semakin memuncak ketika mereka mendekati gerbang desa. "Semakin cepat kita keluar dari desa ini, semakin baik," kata Rina sambil mempercepat langkahnya. Di tangan kirinya, ia memegang tasbih pemberian Pak Kiai erat-erat, dzikir tidak lepas dari bibirnya. Udara di sekitar mereka semakin dingin, dan suasana desa yang hening membuat jantung mereka berdebar lebih keras. Tiba-tiba, suara angin kencang terdengar, membuat langkah mereka terhenti. Dari arah rumah tua di sudut jalan, sosok roh bangsawan melesat keluar dengan kecepatan mengerikan. Tubuhnya melayang, mengelilingi mereka dalam lingkaran besar, seperti badai yang terus-menerus mengelilingi mereka. "Ini buruk...

  • Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan   Bab 75: Pertarungan dengan Kekuatan Gaib

    Di tempat lain, di rumah Nyai Murni, suasana tegang menyelimuti. Nyai Murni sedang melakukan ritual penyerangan terhadap Rina dan ketiga temannya. Ruangan dipenuhi asap kemenyan, lilin-lilin menyala redup di sekitar meja ritual yang dipenuhi peralatan persembahan. Nyai Murni memejamkan matanya, merapal mantra-mantra kuno yang ia yakini akan menyerang Rina dan teman-temannya di dunia gaib. Ia menggenggam boneka kecil yang disimbolkan sebagai sosok Rina, menusukkan jarum dengan gerakan tajam, namun tiba-tiba, terjadi ledakan kecil. "Boom!" Peralatan yang ada di atas meja ritual meledak tanpa peringatan. Asap tebal mengepul memenuhi ruangan, lilin-lilin padam seketika. Bu Marni, yang duduk di dekatnya, terkejut dan melompat dari kursinya. "Apa yang terjadi lagi, Nyai?" tanya Bu Marni panik, suaranya gemetar ketakutan. Nyai Murni, yang masih berdiri terpaku di tempatnya, tampak goyah. Dari sudut bibirnya, sedikit darah kental mengalir perlahan. Ia menyeka darah itu dengan lengan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status