"Tuan hasilnya sudah keluar!" lapor Joshua saat Andre baru saja memasuki ruang kerjanya lagi.
Ia menyapu pandangannya ke seluruh ruang kerja itu untuk mencari sosok daddy Isaac, dan Joshua pun mengerti siapa yang tengah tuannya itu cari,
"Tuan Isaac langsung pulang ke rumah setelah melihat hasil tes itu, Tuan. Beliau ingin menyiapkan kamar anak untuk Nona Zee."
"Kamar anak? Jangan bilang kalau hasilnya benar-benar ... "
Bahkan untuk melanjutkan pertanyaannya sendiri saja Andre merasa ngeri. Ya, ia takut pada jawaban yang akan ia dapatkan itu. Namun sepertinya mau tidak mau Andre tetap harus mendengarnya, padahal Joshua sudah menjelaskan padanya di telepon tadi,
"Hasil DNA anda dengan Nona Zee cocok, Tuan. Hasil itu menegaskan kalau memang andalah ayah dari anak itu."
Dengan tidak sabar Andre merebut tab yang tengah Joshua pegang. Kedua matanya membola saat membaca hasil tes yang asisten pribadinya itu jelaskan tadi.
"Tidak, ini tidak mungkin," desahnya.
"Coba anda ingat-ingat lagi, Tuan. Kira-kira empat tahun yang lalu anda melakukannya dengan siapa?" tanya Joshua.
Sebenarnya ia enggan untuk menanyakan hal pribadi itu pada Andre, namun sebelum daddy Isaac pulang tadi, daddy Isaac menegaskan padanya untuk bertanya perihal itu pada Andre.
Bagaimana Joshua bisa menolak permintaan daddy dari tuannya itu. Lagipula, sejujurnya Joshua pun penasaran dengan asal-muasal anak perempuan yang sekarang masih tidur di kamar tersembunyi di ruang kerja ini.
Awalnya Joshua pun ragu kalau anak perempuan itu adalah putri Andre. Karena selama ia bekerja dengan Andre, tidak satu kalipun Joshua melihat Andre bersama dengan wanita selain Azalea.
Joshua malah menduga kalau kemungkinan besar Thomas lah yang ayah anak itu. Tapi nyatanya DNA Zee lebih cocok dengan Andre alih-alih Thomas.
Ya, tanpa sepengetahuan Andre, Joshua juga membawa sample DNA Thomas dari sisir pria itu yang tertinggal di meja kerja Andre. Dua pria itu lah yang dicurigai sebagai ayah dari cucunya.
Nada tinggi Andre membuat Joshua tersadar dari lamunannya,
"Bagaimana hasil dari rumah sakit lainnya?"
"Hasilnya pun sama, Tuan. Anda adalah ayah biologis Nona Zee."
"Tapi bagaimana mungkin?"
"Kalau anda saja yang menanam saham tidak tahu, apalagi saya Tuan. Itu makanya saya barusan bertanya, dengan siapa anda berhubungan empat tahun yang lalu?"
"Kau pun tahu sendiri kalau tidak ada satupun wanita yang dekat dengan saya selain Lea! Jadi bagaimana mungkin saya berhubungan begitu saja dengan wanita lain kalau dengan Lea saja saya masih bisa menahan diri?"
"Jadi, empat tahun lalu anda masih bersama dengan Nona Lea? Apa mungkin Nona Zee ... "
"Jaga bicaramu! Kalau Aaron mendengarnya bukan hanya dirimu yang akan pindah ke alam lain, saya juga! Saya tidak pernah melakukan hal gila itu pada Lea, cinta saya begitu besar padanya hingga tidak ingin bercinta dengannya tanpa ikatan pernikahan!" sangkal Andre.
"Kalau begitu siapa Mommynya Nona Zee?"
"Itu menjadi tugasmu untuk menyelidiki siapa Mommynya. Kau bisa memulainya dari pria yang menyerahkan Zee pada anak buah kita. Pelajari profile wajahnya dari rekaman CCTV, minta bantuan Mr. Gerrard untuk mencari tahu identitas pria itu, sekaligus mencari tahu tujuan pria itu setelah menyerahkan Zee melalui rekaman CCTV jalan!" perintah Andre.
Kepalanya sudah nyaris mau pecah karena Zee. Ia masih menolak kenyataan kalau Zee adalah putrinya.
Karena mau sekeras apapun ia mencoba mengingat-ingat wanita mana yang telah merenggut keperjakaannya, hasilnya tetap nihil, ia sama sekali tidak dapat mengingatnya.
"Baik, Tuan. Ada yang lainnya?"
"Untuk sementara itu dulu. Menemukan. identitas Mommynya pasti akan membantu saya mengingat pernah tidaknya saya berhubungan dengannya dan menghasilkan Zee."
"Baik, Tuan."
"Di mana Zee? Apa anak itu ikut dengan Daddy?" tanya Andre, ia enggan menanyakan Catherine, yang pastinya sedang bersama dengan Zee sekarang ini.
"Nona Zee dan Nona Cath masih berada di kamar, Tuan. Sepertinya Nona Zee tidur pulas, karena hingga saat ini saya tidak mendengar suara tangisannya," jawab Joshua.
"Bahkan mereka sudah mulai menguasai kamar saya!" sungut Andre.
Ia mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, lalu memutarnya untuk melihat gedung-gedung pencakar langit di sekitar kantornya itu.
Andre tidak senang berbagi selain dengan Azalea. Bahkan dengan Thomas pun ia enggan berbagi, apalagi dengan wanita murahan yang menjadi pengasuh putrinya itu.
Membayangkan wanita itu tidur di atas kasurnya membuat Andre berkeinginan besar untuk segera menyingkirkan tempat tidurnya itu.
"Jo! Segera pesankan tempat tidur baru!" perintah Andre dengan sedikit mual.
"Untuk Nona Zee, Tuan? Anda tidak perlu repot-repot melakukan itu, karena Tuan Isaac yang dengan senang hati menyiapkan semua kebutuhan Nona Zee."
Dengan dongkol Andre memutar kembali kursinya hingga ia dapat melihat asisten pribadinya itu,
"Bukan untuk Zee, tapi untuk mengganti tempat tidur saya yang di dalam sana dengan yang baru!" ralat Andre.
"Ah, saya mengerti. Baiklah Tuan, saya akan segera memesankan yang baru untuk anda."
Saat Joshua menghubungi toko mebel langganan Andre melalui pesawat telepon yang berada di atas meja kerjanya, Andre membuka dokumen yang tengah ia baca tadi.
Andre menutup dokumennya saat ia teringat kalau tugas sepele seperti menghubungi toko mebel bukanlah tugas asisten pribadinya itu, melainkan tugas sekretaris andre.
"Di mana Lydia?" tanyanya.
"Apa anda lupa kalau Lydia telah mengundurkan diri?"
Ah ya, Andre lupa kalau sekretarisnya yang handal itu sudah mengundurkan diri. Tapi kenapa mendadak mengundurkan diri?
"Jo, segera hubungi Lydia. Saya baru akan menerima pengunduran dirinya setelah wanita itu menjelaskan sendiri kepada saya alasan pengunduran dirinya yang sangat mendadak itu. Seperti yang kita semua ketahui kalau pengunduran diri baru bisa dilakukan satu bulan sebelum tanggal pengunduran dirinya. Jadi jelas sekali Lydia telah menyalahi aturan, dan ini bukanlah tipe Lydia sama sekali."
Selama bekerja dengannya, Lydia selalu memahami semua aturan kantor, baik yang tertulis maupun yang tidak. Bahkan cenderung mengingatkan Andre saat ia melupakan salah satu peraturan kantornya sendiri.
"Saya pun sedikit curiga, Tuan. Baiklah saya akan segera menghubungi Lydia. Tapi sebelumnya saya mohon izin keluar sebentar, ada masalah di bagian HRD yang memerlukan bantuan saya sebagai orang kepercayaan anda.""Ya sudah sana, dan segera kembali setelah selesai!"
"Baik, Tuan!"
Setelah Joshua menutup pintunya, perlahan Andre berdiri dan melangkah ragu ke arah pintu rahasia yang akan menuju kamarnya yang sedikit terbuka.
Ia mengira kalau Catherine ikut gtertidur di samping Zee, tapi ternyata kedua wanita beda generasi itu sedang bercanda di atas tempat tidurnya. Tawa melengking Zee terdengar saat Catherine menggelitiki pinggangnya,
"Geli ... Geli, Mimi!" pekik Zee.
Baik Catherine maupun Zee sama-sama tersentak kaget saat pintu kamar terbuka lebar,
"Tempat tidurku bukan arena bermain untuk kalian!" keluh Andre dengan dongkol.
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T