Share

Teman Baru

   Hari itu, ayahku pulang cepat karena para pekerja yang berada di rumah panik dengan keadaanku. Kapan terakhir ayah cepat pulang ya? ah itu saat ibu meninggal. Kali ini dia cepat pulang apakah aku juga akan menyusul ibuku ataukah ayahku akan berubah dan menanyai keadaanku dan mulai memperhatikan aku dengan penuh kasih layaknya keluarga yang normal?

"Brakk!!"

   Monolog dalam hatiku terhenti ketika mendengar pintu kamarku di buka dengan kasar. Di balik pintu itu tampak ayahku dengan muka masam becampur kesal. Ah tidak itu bisa saja ekspresi khawatirnya. Apa dia benar-benar khawatir dengan keadaanku sehingga terburu-buru menemuiku? Tanpa sadar ujung bibirku naik membayangkan hal tersebut. Padahal kukira selama ini aku tidak memerlukan keberadaan ayahku, tapi ternyata aku salah. Dengan langkah besar ayahku segera menghampiri kasur tempatku berbaring.

"plak"

   Aku memang tidak berharap ayahku akan memelukku, tapi aku berharap setidaknya dia akan menanyakan keadaanku. Namun, yang kudapati hanya tamparan darinya. Tapi rasa sakit karena tamparannya itu dapat dikalahkan dengan kata-kata menusuk yang keluar dari mulutnya.

"padahal aku sudah membesarkanmu selama ini! tapi kenapa kau tidak tahu terima kasih? kenapa kau membuat masalah kau benar-benar miri dengan ibumu!

 Apa ini. Apa ayahku benar-benar membenci ibuku. Kenapa dia terus berkata buruk tentang ibuku. Dengan susah payah kujaga agar air mataku tidak keluar. Rasa nyeri bekar tamparan tadi juga semakin terasa. Aku merasa sesak.

"kalau kau tumbuh sebagai pembuat onar seperti ini, pergilah menyusul ibumu!"

Tes...

   Air mata yang sedari tadi kutahan mengalir keluar dengan deras. Aku sudah tak kuat, dadaku rasanya ingin meledak. Ku dongakkan kepalaku untuk melihat wajah ayahku, anehya wajah yang selalu dingin itu sekarang dipenuhi dengan ekspresi terkejut.

   Kenapa dia terkejut? Apa karena melihatku menangis layaknya anak-anak lain atau karena dia sadar dengan kata-kata yang diucapkannya. Namun pertanyaan dalam hatiku ini tidak bisa terjawab karena ayahku tergesa-gesa keluar dari kamarku.

   Saat air mataku mengalir melewati sudut bibirku, rasa nyeri langsung menyerangku. Sudut bibirku ternyata berdarah. Bau anyir dari darah membuatku mual. Hidupku benar-benar kacau. apa tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengatasi ini semua?

"kenapa kau mencari orang lain padahal kau mempunyai kami?"

"itu benar padahal kami selalu berasa disisimu"

"kau benar-benar kejam tak mengamgap kami ada"

"sudahlah, hapus air matamu lalu basuh wajahmu"

"ya malam ini langsung tidur saja"

   Aku pun mengikuti perintah mereka. Kubasuh mukaku lalu pergi tidur. Malam itu aku bermimpi buruk. Kulihat sesosok wanita yang perlahan mendekatiku. Terdengar suara tangis dari wanita itu. Semakin dia mendekat suara tangisnya semakin besar. Kenapa dia menangis pikirku.

"Taevin, kamu seharusnya tidak ada. Kalau kamu tidak ada suamiku pasti bisa sedikit lebih menyayangiku" kata suara itu terisak.

   Ibu! ternyata wanita itu ibuku. Tapi kenapa ibuku menangis sambil berkata seperti itu? Ibu apa ada yang salah? kucoba menggerakkan tanganku untuk mengusap air matanya. Tapi tanganku tidak bisa kugerakkan.

Hap!

   Tangan ibuku meraih batang tenggorakanku. Tangan itu benar-benar terasa dingin. Ibuku mulai mengalirkan tenaga ke tangannya. Dia mencoba mencekikku!

"arg... i-ibu, t-tapi kenapa bu?", ucapku terbata-bata karena rasa sesak akibat cecikan itu.

"kamu seharusnya tidak terlahir", ucap ibuku sembari menangis dan meneteskan air mata.

"ah! berhenti!!" teriakku

   Aku pun terbangun dari mimpi aneh itu. Mimpi itu tidak mungkin nyata, tidak mungkin ibuku mencoba membunuhku. Walau selama ini ibuku memang tidak pernah bersikap hangat padaku, tapi setidaknya ibu tidak pernah mencoba menyakitiku. Saat aku sakit, beliau akan menemaniku sepanjang malam secara diam-diam. Ntah kenapa dia tidak pernah mau menunjukkan kasih sayangnya secara langsung.

"itu karena kaulah sumber masalah dalam hidupnya"

"kau pikir kalau ibumu bersikap baik kepadamu secara terang-terangan, ayahmu akan senang?"

"hai pilihan kata kalian sangat buruk. Bagaimana pun anak ini baru berumur dua belas tahun"

"apa maksud kalian?" ucapku tergesa-gesa menanggapi ucapak suara bisikian di kepalaku.

"Bukan apa-apa. Belum saatnya kau tau." Balas suara itu.

   Saat hendak membalas ucapan itu, kepalaku terasa nyeri. Rasanya kepalaku seperti akan meledak. aku pun berteriak memanggil pengasuhku. Hal terakhir yang kulihat sebelum akhirnya pingsan adalah para pekerja di rumahku yang berlari ke arahku dengan muka ketakutan.

.

.

.

   Perlahan kubuka mataku. Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit yang berwarna putih. Kuperhatikan sekitarku. Ini bukan di kamarku, tempat ini benar-benar asing. Nyeri di kepalaku tetap terasa walau sudah sedikit berkurang. Apa aku sudah mati dan menyusul ibuku?

"sudah kubilangkan, bocah ini memang benar-benar payah"

"bukan begitu, dia hanya lemah secara mental"

" Ayolah jangan begitu, dia masi terguncang. Hei nak kau masih hidup. Saat ini kau sedang di rumah sakit!"

   Rumah sakit? pantas saja dari tadi aku mencium bau obat-obatan. Pasti para pekerja yang membawaku ke sini. Mungkin sebentar lagi ayah akan muncul dan menamparku lagi seperti tadi malam. Memikirkannya saja sudah membuatku sakit kepala. Dadaku terasa kembali nyeri.

Krek.

  Terdengar suara pintu kamar terbuka lalu muncul seorang pria paruh baya dengan jas putih panjang. Ah itu pasti dokter.

"bagaimana keadaan anda? apa ada bagian tubuh anda yang sakit?", tanyanya kepadaku dengan nada yang ramah.

   Nada ramahnya membuatku muak, padahal aku meninginkan nada ramah dan rasa peduli dari ayahku bukan orang lain. Tapi kenapa begitu sulit. Melihatku yang hanya diam sembari mengeluarkan ekspresi kesal, dokter itu kembali berkata

"emosi anda benar-benar sedang tidak stabil. Tapi di usia 12 tahun memang kebanyakan anak akan mengalaminya. Jadi anda bisa memanfaakan sepuluh hari ini untuk menenangkan pikiran anda."

"sepuluh hari? kenapa dengan tiga hari?", ucapku kaget. Dokter itu pun membalas.

"saya sudah meminta pada ayah anda agar selama sepuluh hari ini anda dapat beristirahat disini sembari menenangkan pikiran anda, karena sepertinya belakangan banyak hal yang terjadi dalam diri anda. Ayah anda juga sudah setuju dan berkata akan memanfaatkan sepuluh hari tersebut untuk mengubah suasana tempat tinggal anda agar lebih tenang", jelasnya panjang.

   Ayah mau melakukan semua hal aneh itu? ha dia bukan tipe orang yang seperti itu. Kutebak pasti dia sedang merencanakan sesuatu untukku. Tapi kuharap itu bukan hal yang mengerikan karena sekarang aku tidak kuat dengan hal tersebut.

"tampaknya anda sudah paham. Kalau begitu saya permisi keluar. Setiap jam makan, akan ada perawat yang akan datang membawakan anda makan dan obat. Setiap pagi saya juga akan menengok keadaan anda. Saya harap anda dapat menikmati waktu anda dan lekas sembuh"

   Kuperhatikan langkah dokter tersebut hingga sosoknya benar-benar menghilang di balik pintu. Bukannya sikapnya terlalu formal untuk anak berusia dua belas tahun? ah aku tidak peduli. Lebih baik aku memikirkan apa yang harus kulakukan jika kembali ke rumah. Jujur aku sangat takut, sepertinya ayah tidak akan tinggal diam.

   Saat membaringkan badanku ke kasur, aku melihat gelang pasien di tanganku dan membaca tulisannya. Simoon Group. Ah pantas saja dokter tadi bersikap sangat baik dan ramah inikan rumah sakit milik anak perusahaan ayahku. Aku benar-benar terkecoh.

"apa yang kau harapkan? berharap ada manusia yang benar-benar peduli dengan keadaan manusia lainnya?"

"manusia itu mengerikan. jadi hati-hati"

"Berhenti, biarkan dia istirahat"

   Suara-suara mereka memang benar-benar mengganguku, tapi yang lebih menggangguku adalah mereka selalu saja ribut. Kalau diperhatikan mereka ini adalah tiga sosok berbeda. Yang pertama adalah sosok yang selalu mulai berbicara pertama, kata-katanya kasar dan nadanya pun seperti hendak mengajak bertengkar.

   Sosok kedua, suara terdengar cempreng. Sosok ini selalu setuju dengan pendapat sosok pertama. Dan kata-katanya hanya mengiyakan atau mempertegas maksud dari sosok pertama.

   Sosok ketiga, berbeda dengan sosok kedua yang sepenuhnya mendukung sosok pertama, sosok ketiga ini selalu menentang pendapat sosok pertama. Dari ketiganya, sosok terakhir ini adalah sosok yang paling "baik" menurutku. Dia sering menolongku ketika sosok pertama dan kedua terus mendesakku. Sosok ini juga yang paling memikirkan keadaanku.

  Tunggu kalau dia memang baik dia pasti tidak akan menggangguku, setidaknya saat sosok yang lain mulai berbicara dia bisa saja memarahi mereka agar aku tidak terganggu.

"apa kalian bersaudara?"

Hening, tak ada tanggapan apa-apa dari mereka

"hahaha"

   Tiba-tiba ketiganya tertawa kencang. Nada tawa mereka lama-lama terdengar seperti mengejek. Tidak bisakah kalian sedikit menghargai perasaanku. Lama kelamaan aku merasa jengkel, tawa mereka seakan tidak ada habisnya.

"sudah berhenti tertawanya. Kitakan perlu berbicara serius dengan anak ini"

"ah benar juga. Hampir saja aku lupa"

   Apa maksudnya? membuatku cemas saja. Apa pun itu mereka pastinya tidak bisa melukaiku kan? toh hubungan kami ibarat inang dengan parasitnya. Tanpa aku mereka juga akan menghilang sendirinya.

"Kau tidak akan bisa hidup tanpa kami karena kami bagian dari dirimu. Berusaha menyingkirkan kami juga tidak akan gunanya"

"ya selama di dimensi yang ini atau pun di dimensi lain kami akan selalu mengikutimu"

"hei jaga bicaramu"

   Ah mereka mulai bertengkar lagi. Lalu apa maksudnya dengan dimensi lain. Apa dimensi lain memang benar-benar ada? Saat hendak bertanya tiba-tiba aku dipotong.

"singkatnya kami hidup di jiwamu jadi kita akan terus bersama. Kuharap kau segera terbiasa hidup dengan kami" ucap sosok yang biasa kusebut dengan sosok ketiga.

"namaku David, aku sosok yang kuat, jadi saat memerlukan kekuatan fisik kau bisa meminjamnya dariku. Dan ini Airin istriku. Kami sama-sama hidup dalam jiwamu"

"halo nak, namaku Airin. David suamiku memiliki tempramen yang buruk. Aku harap kau bisa memakluminya"

   jadi sosok pertama yang bernama David menikah dengan sosok kedua yang bernama Airin. Pantas saja Airin selalu mendukung semua perkataan David. Ha, tunggu sebentar sosok kedua itu wanita? 

"tunggu maksudnya salah satu dari kalian adalah wanita? tapi kenapa aku tidak pernah menyadarinya?

"hahaha", suara tawa David terdengar sangat jelas

"tutup mulut mu!", ucap Airin marah. Mendengar suara marah Airin seketika aku ciut. Apa yang akan dilakukannya? kudengar ketika wanita marah, dia bisa melakukan apa saja.

"sudah-sudah jangan bertengkar", itu suara sosok ketiga. Mendengarnya saja aku bisa menebak bahwa dia sedang menahan tawa.

"perkenalkan namaku Dave. Aku adik sekaligus saudara kembar David"

   Tunggu jadi mereka bertiga adalah keluarga. Jadi kenapa keluarga ini hidup dalam jiwaku atau apa pun itu? kenapa mereka membuat tidak nyaman. Seketika air mukaku yang semula terlihat biasa saja berubah menjadi kesal. Dave menyadari hal ini.

"jangan terlalu membenci kami. Kami juga terpaksa berada di dalam keadaan ini. Percayalah kami juga sangat tersiksa"

"jadi bisakah kalian menjelaskan kenapa kalian bisa berada disini? dan apa maksudnya tentang dimensi lain"

"kalau itu kami akan menjelaskan saat waktunya tiba. Kau masi berumur dua belas tahun. Kau pasti akan kebingungan", ucap David.

"tapi tenang saja kami aku menjelaskannya secara perlahan. Satu demi satu", sambung Airin.

"sepertinya kau lelah, istirahatlah dulu", itu pasti suara Dave.

   Aku pun memutuskan untuk berbaring dan menutup mataku. Tapi mimpiku tadi malam sangat menggangguku. Jadi kuputuskan untuk bertanya.

"apa kalian tau atau pernah mendengar kalau ibuku pernah mencoba untuk membunuhku?"

   Hening. Tak terdengar jawaban dari mereka. Tiba-tiba Airin berkata.

"ibumu sangat menyayangimu. Tapi dia berada di kondisi tidak bisa menunjukkan hal itu"

   Mendengar hal itu sesuatu dalam hatiku terasa menghangat. Sudut mataku memanas dan air mataku perlahan keluar.

   Benarkah itu? dapatkah aku mempercayai hal itu? tanyaku dalam hati sembari menutup mata. Perlahan tapi pasti aku masuk ke dalam dunia mimpi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status