Kematian yang menjemput rupanya tak menghantarkan jiwa Misha ke tempat yang seharusnya, yaitu alam baka. Entah bagaimana jiwa gadis itu malah tersasar masuk ke dalam sebuah novel yang pernah diceritakan oleh temannya dahulu. Novel romantis klasik bertema kerajaan yang hanya Misha ketahui garis besarnya. Namun, ia memasuki raga seorang gadis bangsawan yang hanya disebutkan namanya tanpa peran sedikitpun. Misty Mahita, itulah namanya. Nama tokoh yang seharusnya telah mati bahkan sebelum cerita dimulai. Karena kehadiran jiwa Misha, raga Misty yang harusnya telah kosong pun terisi kembali.
View MoreThird POV
“Congratulations.”
“Mrs. Miles, you're pregnant with quadruplets, two boys and two girls. You ought to take an ante-natal check up more seriously.”
The doctor announced it to Estella. Despite being told to be carrying four babies, she jumped up so high in the air, squealing.
Then the tears came. She sniffled, trying to hold back tears of joy as she stared at the test result on the medical result sheet. A tear dropped on the paper which she gently dipped in her finger.
“Doctor, is this true?” She asked with a sniffle. “The doctors said I'll never be able to have a baby because of a rare genetic disorder. Oh my God! Cameron and I are having four babies!” She raised her voice as she spoke to the doctor, almost crying.
The doctor came closer and pulled her into a light hug. “I understand your plight but sometimes it's good to hang on,” she whispered into her ears.
It was quite uneasy for Estella to believe that such a beautiful thing could happen to her after all the sufferings and emotional turmoil she's been through.
It’s been five years since she became the wife of a famous billionaire capitalist. Being from a royal descent, she's expected to marry someone of noble status but Cameron isn't in any way noble in character.
Estella has had to endure a lot of insults and abuses from Cameron, still he never stopped to make sure she suffered. He called her a man as often as possible and regretted getting married to her because she couldn't give him a baby.
Even when Estella was tested and acclaimed barren for life, she didn't give up hope and her fertility treatment. In the end, it paid off much more than she expected.
She brushed the tear away with her free hand, smiling.
Today was her husband's birthday and she had for a long time thought of what to give him as a birthday present without arriving at any idea. This would be the most perfect of all birthday gifts. She clutched the file to her chest, then carefully placed it in a folder inside her bag.
She left the hospital, smiling so wide and walked to her car where her driver was already waiting for her.
“Ma'am, you're off work so early? Why did you call me so early to pick you up?” Her driver was quite puzzled. Working as an urologist and clinical massager in the same hospital, her work shift ends in the afternoon but this was just 10 AM.
“I have some important news to deliver to my husband,” she uttered, flinching her head over to the window to hide the smile on her lips.
While waiting for the traffic light to turn green on the road, an idea came to mind. She decided to G****e through her phone for the best surprise approaches to announce a pregnancy. She wished to surprise her husband.
“Who's at the door?” Cameron’s hoarse voice came through the moment he heard the visitor's alarm tone ring on the door. It was an automated one that could identify and speak out the name or description of the person on the door.
This wasn't at home but the hotel where he was lodging. It's been a long time since he slept at home. He goes from the hotel, one of his very own to his office, still at the hotel vicinity or outside, depending on which office he wanted to work from on a particular day.
“Estella is here to see you, Mr Miles,” the AI answered immediately with a steady voice.
“I don’t expect to see her.” He was indirectly telling the digitized door not to open for her.
After a few seconds, the voice spoke up again. “She says she has very critical news, you should let her in.”
Cameron sighed, but his eyes suddenly glanced at the documents just sent by the lawyer, and his tone changed “Let her in.”
The door opened and Estella walked in, sniffing in the nice scent of the room, as well as admiring the interiors of his apartment here.
“No wonder you don't like coming home. Home is where the heart is,” she shrugged her shoulders in a bit to emphasize her point.
“I don't know what home is with you,” she replied with a cold voice.
He frowned the more when he noticed her still smiling, he always loved to see her in pain. This angered him the more. He rose up with fury in his eyes but acting cool.
“Why are you here?” His voice came out really harsh, just like always.
Estella swallowed painfully. Her smile faded but she managed to gather some strength to say what was in her mind. “I just wish his mood will change after announcing this,” she muttered inside of her.
“Today’s your birthday and I thought I could give you a priceless gift that will make you happy. Don’t you think it’s time you smile right at me? I've been missing this for so long.”
“Huh?” She asked further when there was no response from him.
“Smile at you?”
Estella nodded, then took closer steps to the couch he sat on. She pulled out a fancy parcel from her bag, handing it over to him.
“What’s this?”
“Probably, you have to open it and go through it yourself,” she said, winding her eyes in amusement.
The parcel contained the medical result sheet from the hospital, she just decided to add a piece of suspense by putting it in a parcel.
Cameron didn’t open the parcel to see what was in there but rather tore it into two with all his strength. He threw the paper pieces at Estella.
Estella shrieked in horror, raising her brows in horror. This felt like a dream before her eyes.
“Did you just tear the priceless gift I gave you?”
“Aren't you too old to try to impress me with useless things? You know what I actually need and you can't give me. Why did I even marry you at all?”
Misty tidak menurunkan kewaspadaan setelah asap hitam mencurigakan itu berubah menjadi pria telanjang. Malahan, Misty makin mengeratkan genggaman pada pisau dapur kecil di tangan sebagai satu-satunya senjata terbaik untuk melindungi diri sebelum berteriak memanggil siapapun yang tengah menjaga dirinya dari luar kamar."Terima kasih telah melepaskanku dari kurungan ini. Mulai sekarang hidupku bergantung padamu, jantungku hanya milikmu. Perintahkan aku sesukamu, wahai Tuanku. Aku, Demir Diamante, adalah budakmu."Ada jeda keheningan yang melingkupi mereka berdua ketika pria berambut hitam panjang menyapu lantai itu mengangkat wajah dan membalas tatapan waspada Misty dengan mata yang tidak menampakkan gairah hidup sama sekali.Putus asa dan pasrah. Itulah yang dapat Misty tangkap dari kedua mata indah milik pria itu yang sinarnya seolah telah padam tak berjiwa, seolah kedua manik merah miliknya hanyalah sepasang batu ruby yang terpasang di rongga mata.Tatapan tanpa nyawa itu membuat Mis
Maxis menghempaskan punggungnya ke ranjang setelah menaruh kopernya di sudut ruangan. Ia menatap langit-langit kamar sesaat sebelum memejamkan mata, mengingat kembali kejadian beberapa saat yang lalu, di mana Misty bertingkah aneh dengan mengucapkan terimakasih kepada seorang budak, seolah ia bukan rakyat kekaisaran yang tidak tahu kebiasaan masyarakatnya.Mundur ke beberapa hari sebelumnya, sejak Maxis mendatangi mansion di desa sampai saat ini pun ia telah menyadari perubahan drastis sang kakak. Misty tak seceria dulu. Gadis yang suka tersenyum dan berbicara itu jauh lebih datar dan pendiam.Maxis tetap diam dan mencoba bersikap biasa karena menurut para pelayan dan prajurit, sejak bangun dari pingsan selama tiga hari, Misty telah membuat kehebohan. Berlarian ke sana kemari sambil tertawa-tawa layaknya anak kecil yang baru melihat dunia luar, tidak mengenali siapapun, dan melupakan tatakrama bangsawan sampai Magda harus mengajarinya lagi.Namun, lama-kelamaan sikapnya berubah lagi m
Tibalah giliran kereta kuda yang dinaiki Misty diperiksa. Dua prajurit bersenjata menyilangkan tombak mereka menghalangi jalan, sedangkan dua lainnya menghampiri dan meminta tanda pengenal.Rion yang bertugas sebagai kusir menyerahkan plat logam berlambang kepala naga yang merupakan lambang kekaisaran. Di baliknya terdapat lambang timbangan yang hanya dimiliki oleh anggota asosiasi pedagang.Prajurit itu mengangguk seraya menyerahkan plat itu kembali pada Rion. Namun, pemeriksaan tidak selesai sampai di sini."Buka pintunya."Maxis menurut. Dibukanya pintu kereta agar bagian dalamnya bisa dilihat. Tampak kedua prajurit itu melongokkan kepala ke dalam dengan wajah galak tetapi berubah kaku seketika begitu melihat Maxis mengangkat kalung berbandul sayap kupu-kupu yang ia sembunyikan di balik tunik. Lambang Keluarga Mahita. Perubahan itu hanya sekejap, karena ekspresi keduanya segera kembali seperti awal.Prajurit yang berpengalaman pastinya mengerti mengapa bangsawan melakukan ini. Meng
Kegelapan telah menyelimuti hutan, menyembunyikan segala misteri di dalamnya bersama rimbunan daun dari pohon besar dan kecil yang tumbuh subur. Suara-suara serangga serta burung hantu mulai mengalun sebagai musik khas sang malam. Angin berhembus pelan, bukan menyejukkan tapi dingin. Karena itu, semua orang duduk menghangatkan diri di depan api unggun yang berkobar besar, mengelilingi zat berbahaya itu selain sebagai penerangan."Oh, baunya enak sekali, sungguh!" ucap Den, prajurit yang khusus menjaga Maxis bersama Rion ketika pergi ke mansion tempat kakaknya tinggal. Ia memuji salah satu rekannya yang kini sedang membakar daging di perapian lain. Aroma daging itu sangat menggugah selera, membelai lubang hidung semua orang.Selain Den, nama para prajurit yang ikut perjalanan ini adalah Sardine, Ham, dan Butter. Saat mengetahui itu, Misty hanya bisa menahan tawa akan kenyataan kalau nama ketiganya merupakan nama makanan. Semula Misty mengira kalau itu hanya bentuk kerandoman penulis ya
Sementara Misty sarapan, beberapa pelayan lain sibuk menyiapkan air dan peralatan mandi di ruang samping yang salah satu pintunya terhubung ke kamar Misty, kamar mandi."Kimi. Katakan pada Naha untuk membuat telurnya setengah matang besok," ujar Misty setelah mengelap mulut, meletakkan serbet itu di troli makanan. Ia rindu nasi. Nasi dengan kuning telur setengah matang pasti sangat enak. Sayangnya makanan pokok di sini adalah gandum, bukan beras."Baik, Nona. Akan saya sampaikan nanti. Sekarang, saatnya Anda untuk mandi," jawab Kimi sopan sambil mundur satu langkah.Misty sudah paham, ia lantas bangkit, berjalan masuk ke rumah sebelah kamarnya yang di dalamnya sudah ada seorang pelayan lain yang sudah menunggu. Kimi yang mengekor di belakang menutup kembali pintu kamar mandi."Angkat tangan Anda, Nona."Misty menurut. Ia biarkan pelayan itu menarik gaun tidurnya ke atas sampai terlepas dari tubuh. Lepasnya gaun itu membuatnya bugil di depan dua pelayan lain yang juga berada di kamar m
Bergelung malas di dalam selimut hangat dan kasur yang empuk meski matahari sudah di atas kepala, makan saat waktunya makan, tidur saat ingin tidur sepuasnya, tidak perlu bekerja dan hanya menyuruh-nyuruh bahkan untuk hal remeh seperti mengambil air minum adalah kehidupan dambaan hampir semua orang.Membahagiakan bukan?Tidak. Semua itu tidak ada artinya tanpa alat komunikasi canggih yang disebut ponsel pintar atau laptop atau setidaknya televisi. Lalu yang paling penting dari semua itu adalah koneksi internet."Ah ... listrik, mie instan, komik, es krim. Aku rindu kalian. Hah ...." Sudah sepuluh kali gadis berambut biru yang masih berbaring telentang di kasurnya itu menghembuskan napas bosan sejak membuka mata setelah berpetualang di alam mimpi.Tangannya terulur ke atas, membayangkan di langit-langit kamar berwarna biru gelap yang dihiasi bintang emas itu memunculkan semua benda modern yang ia rindukan setelah menghabiskan waktu dua minggu di dunia lain ini, melayang di atas sana la
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments