Kring,kring,kring.
Suara alarm berbunyi.
“Astaga,aku harus segera mandi dan langsung ke kantor!Aku kan punya janji dengan Tuan Arogan itu!” wajah Rania panik. Ia segera bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
Gadis ini terlihat sangat buru-buru. Ia sampai lupa mengambil handuk.
Tubuhnya telah di guyur air. Setelah selesai mandi,Rania baru sadar jika ia tak membawa handuk.
“Dasar ceroboh!Lalu bagaimana aku keluar tanpa handuk?Benar-benar penglupa!” keluh Rania sambil menyalahkan diri.
Tanpa berfikir panjang,gadis ini terpaksa memakai baju tadi untuk menutupi tubuhnya.
“Sepertinya,aku harus memakainya lagi.” Raut wajahnya kesal. Rania langsung saja memakai baju itu.
Setelah itu,ia langsung mengganti pakaian seperti biasa dan apa adanya. Ia tahu,tak perlu memakai baju bagus ke kantor karena sang Direk
Rania mendapat banyak pekerjaan dari sang Direktur. Dia tak henti-hentinya di perintah oleh Raka.“Cepat buatkan aku segelas kopi!Ingat,jangan sampai salah!” Raka menatap tajam.Seketika tatapan Raka membuatnya tunduk. Tak berani membalas tatapan mematikan itu. Sungguh sangat mengerikan,'fikir Rania.'Gadis ini pun pergi ke dapur untuk membuatkan sang Direktur kopi.“Tatapan apa yang sedang dia tunjukan padaku?Aku seakan hilang kendali memikirkan pria aneh itu!” keluh Rania sambil mencari gula dan kopi.Dia terlihat sangat kesal karena tak henti-hentinya diberi pekerjaan oleh Raka.“Bagaimana dia bisa melakukan ini pada karyawan?Dia benar-benar tak punya hati!Jika saja tak menanda tangani perjanjian itu,aku pasti sudah bahagia diluar sana!Disini sangat membosankan!” Rania menyalahkan diri.Tanpa sadar,gadis ini memasukan garam di dalam kopi. Dia terlihat sangat kesal samp
Raka tak ingin mengatakan langsung apa yang dilihatnya kemarin malam. Dia berfikir jika Rania di jemput oleh pria hidung belang seperti sebelumnya. Sang Direktur tak tahu jika Rania memiliki supir pribadi. Ia hanya tahu,bahwa Rania adalah gadis kalangan bawah dan biasa-biasa saja. Penyamaran Rania benar-benar nyaris sempurna, dari busana dan gaya berpakaian yang terlihat sederhana bisa menipu orang lain yang melihatnya. Padahal gadis ini bukanlah orang sembarangan. Ia adalah Putri Tunggal pewaris group bisnis terbesar kedua se-Asia,PT.CNN IT yang berdiri dibidang Teknologi. “Mengapa masih berdiri disini?Cepat ambilkan laporan yang ada di ruangan Bara!” perintah Raka. “Tapi...anda belum menjawabku,Tuan Raka!” Rania dengan nada memohon. “Cepat keluar dari sini dan lakukan pekerjaanmu!Jangan membuatku mengulangi ucapanku!” Raka menolak untuk menjawab pertanyaan Rania. Dengan perasaan sedih, gadis ini berusaha untuk tetap kuat mengerjakan perintah sang At
Kedua mata saling menatap satu sama lain. Rania masih belum mendapat jawaban pasti atas pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Begitu pun Raka,ia tak tahu apa yang terjadi padanya. Semua terjadi diluar kendalinya. Pria ini terlihat sangat penuh belas kasih pada Rania. Raka merasa bersalah atas perbuatan kasarnya pada gadis ini. “Hei,mengapa menatapku seperti ini?” tanya Rania canggung. Sontak saja Raka kaget. Namun pria ini sama sekali tak marah atau punmembentak Rania. Raka sadar akan kesalahannya pada gadis ini. “Maafkan aku. Bagaimana dengan kepalamu?Apa masih terasa sakit?” tanya Raka perlahan. “Apa aku tak salah dengar?Si Arogan minta maaf padaku!Sepertinya aku sedang bermimpi sekarang!Mana mungkin pria angkuh sepertinya bisa mengatakan hal itu!Tidak...Rania, kamu pasti sedang bermimpi!” batin gadis ini seakan tak percaya. “Hei,mengapa melamun?” Raka menyapa. “Aku baik-baik saja,Tuan Raka.” Jawabnya singkat. “Bagusla
Setelah kejadian itu,sang Direktur selalu bersikap aneh. Ia tak berani menatap wajah Rania ketika bertemu.“Apa yang terjadi denganku?Mengapa aku terlihat sangat bodoh ketika bertemu wanita itu?Ah...ini benar-benar membuatku gila!Mata gadis itu,benar-benar menyihirku!Mungkin benar,dia memang penyihir para pria!” Raka semakin berfikir tak jelas.Tok,tok,tok.Ada seseorang yang mengetuk pintu.“Siapa itu?Jangan...jangan...gadis penyihir itu yang datang!” Raka seakan penuh curiga.Mengapa Raka selalu mengaitkan sesuatu hal yang terjadi berhubungan dengan Rania?Fikiran sang Direktur benar-benar kacau dan tak jelas.Walaupun dalam keadaan seperti itu. Namun,Raka tak ingin mudah terbaca gerak-geriknya oleh Rania.“Siapa?” tanya Raka.“Aku,Bara. Boleh aku masuk?” serunya yang masih ada di luar.“Masuk saja!” jawab Raka.Akhirnya,Bara langsung masuk ke ruan
Si Cowok Arogan tak ingin terlihat lemah di hadapan Rania.“Gadis itu benar-benar pandai bicara. Dia mempunyai semua jawaban atas setiap pertanyaanku. Bagaimana aku bisa membungkam gadis cerewet itu,ya?” tukas Raka sambil memikirkan cara.Tiba-tiba Galih datang dan menepuk pundak Raka.“Hei,Kak. Lagi ngapain sih?Aku selalu melihatmu menghayal akhir-akhir ini. Kakak kenapa sih?” tanya Galih menatap bingung.“Kamu ngagetin aja. Siapa bilang Kakak melamun. Kamu asal bicara aja. Lagian,kamu ngapain kesini?” pungkas Raka.“Kakak itu selalu nggak mau jujur. Tetap saja mengelak. Aku jadi heran!Aku kesini mau minta tanda tangan,Kak.” Jawab Galih menatap heran.“Sini berikan berkasnya. Kakak tanda tangan sekarang. Setelah itu, kau jangan muncul lagi ke ruangan Kakak. Mengerti!” Raka dengan nada peringatan.“Iya,Kak. Bawel deh. Galak amat sama adik sendiri,” jawab Galih ter
Hari ini Rania libur. Gadis ini bangun agak kesiangan. Dia masih saja berdiam diri di kamar. Sementara Ibu dan Ayahnya pun tak pergi ke kantor. Mereka baru selesai lari pagi.“Rania kita dimana,Pi?” tanya Aulia.“Rania masih di kamarnya,Mi. Biarkan saja dia istirahat di akhir pekan ini. Akhir-akhir ini dia jarang istirahat di rumah.” Jawab Marcel sembari mengambil segelas air putih.“Iya juga sih. Berikan Mami juga air putihnya. Tenggorokan Mami rasanya kering,” tukas Aulia meminta segelas air untuk melepas dahaga.Marcel pun segera memberikan air putih pada Aulia.“Ini,Mi. Mami minum banyak-banyak. Papi mau mandi dulu. Udah bau keringat.” Pungkas Marcel tersenyum ringan.“Ya udah,Pi. Jangan kelamaan mandinya,ya. Mami juga mau mandi. Rasanya gerah habis jogging!” seru Aulia.Aulia pun langsung ke kamar Rania sambil menunggu Marcel selesai mandi.Tok,tok,tok.&ld
Buk Aulia,Pak Marcel, dan juga keluarga Pak Hendra semakin merasa heran dengan sikap Rania. “Ada apa sayang?Kenapa wajahmu ditutupi seperti itu?” tukas Aulia bertambah heran. “Iya. Mami kamu benar. Nggak sopan kayak gitu,Nak. Ayo salaman!” ucap Marcel. Tanpa bicara,ia langsung saja menyalami pria yang ada di hadapannya dengan wajah yang masih tertutup. “Maafkan atas tingkah putri kami!Dia memang agak kekanakkan. Ini juga kali pertama aku mendandaninya.” Tukas Aulia dengan nada polosnya. “Aduh,Putrimu benar-benar sangat menggemaskan!Tak perlu minta maaf. Kadang kala,anak-anak selalu seperti itu. Kita sebagai orang tua harus lebih bijak lagi menghadapi mereka.” Jawab Denisa tersenyum ramah. “Iya,Pak Marcel. Tak perlu sungkan seperti itu. Wajar saja dia bertingkah seperti itu karena ini pertama kalinya dia merias diri.” Hendra menambahkan lagi. Ucapan Denisa dan Hendra membuat Aulia merasa lega. “Syukurlah kalau semuanya b
Rania terpaksa harus menunjukan wajah pada Raka. Semua orang telah mendesaknya. Tentu hal itu membuat Raka kaget. “Dia cantik sekali!Aku tak menyangka jika wajahnya seperti ini!” batin Raka memuji tanpa mengenali. Bagaimana tidak. Wajah Rania sangat berbeda jauh dari biasanya. Tentu saja Raka tak mengenalinya dengan baik. “Dia terlihat sangat berbeda jauh dari Rania si Gadis pembuat masalah itu!Jelas saja, Rania ini terlihat lebih cantik dan menggoda!” batin Raka tak hentinya memuji. Pria ini sampai lupa makan karena terpesona akan kecantikan Rania. Sementara Rania masih terlihat cemas dengan apa yang akan difikirkan oleh Raka. “Apa dia mengenaliku?Aku akan tamat hari ini!Ya Tuhan,tolong selamatkan aku!” keluhnya dalam hati. Melihat dua anak muda yang saling menatap membuat Denisa segera bertindak. Uhuk...,uhuk...,uhuk.... “Ayo dimakan!” tukas Denisa nampak sumringah. “Mengapa kalian termenung?Apa terjadi sesuat