“A- apa maksudmu?” Yunri memandang Ethan lekat-lekat. Ethan melegos, mengembuskan napas pelan.
“Karena aku sudah diterima kerja di sini, kamu harus jadi pacarku seperti yang aku bilang kemarin. Konsekuensi karena menertawakan seorang Ethan Darius.” Ethan menyeringai penuh kemenangan. Mendekatkan wajahnya ke wajah Yunri beberapa sentimeter saja.
“Apaan sih!” Yunri membuang muka lantas melenggang.
“Wah, gadis yang dingin.” Suara itu membuat Ethan terkejut. Saat dia menoleh, Om Clayton berdiri di belakangnya seraya tersenyum.
“Om Clayton.”
“Mendekati gadis seperti itu gak mudah.” Om Clayton berkomentar.
Sebenarnya, selain ingin bertemu Mario, ada tujuan lain yang mengantarkan Lee datang ke Absolute Beauty Chemical. Hari ini dia pura-pura menjadi investor yang tertarik dengan produk Absolute Beauty Chemical. Setelah mendapat izin dan berkeliling hingga ke produksi, acara terakhirnya adalah dengan Rosie setelah makan siang. Duduk di ruangan Rosie didampingi Mario. “Tidak saya sangka, setelah bertemu beberapa kali Tuan Lee datang ke sini dan tertarik dengan produk kami. Terima kasih atas antusiasnya.” Rosie menyambut. “Ah, itu tidak masalah. Saya sudah berniat untuk menaruh modal di perusahaan ini. Namun, saya juga ingin tahu bagaimana pemasarannya.” Rosie sedikitpun tidak curiga jika Lee adalah teman Mario. Dua pria itu sedang bersengkongkol untuk menjatuhkan dirinya tanpa dia ketahui. “Beberapa produk kami mungkin belum tembus pasar internasional, tapi ada satu produk perawatan wajah pria yang menduduki penjualan nomor 1 di Indonesia. Beberapa yang lainnya sedang kami kembangk
Rosie punya rencana lain, karena itu dia tidak bisa seharian di kantor seperti hari ini. Rosie sudah membuat janji bersama Bu Diar. Membuat janji dengan Dicky yang diduga sebagai tersangka terkait formula Youth Serum hingga diklaim perusahaan pesaing. “Saya tidak mengerti, kenapa Bu Rosie tidak melibatkan Pak Mario?” tanya Bu Diar penuh heran setelah masuk ke dalam mobil milik Rosie. Rosie hanya melengkungkan bibirnya ke bawah, tanpa menjawab apa-apa lalu menjalankan mobilnya. Keluar dari area parkir Absolute Beauty Chemical. “Lalu, kenapa mendadak begini padahal saya sudah bilang untuk tunggu kabar dari kaki tangan saya.” Bu Diar kembali memberi pertanyaan pada Rosie yang sedang fokus pada jalanan di depannya sembari mengatur laju kendaraan. “Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Rosie menjawab sekenanya. Tadi pagi setelah Bu Diar menemui Rosie dan melaporkan perkembangannya, Rosie tidak tahan untuk menyelesaikan masalah ini sendiri. Jadi, dia menghubungi Dicky dengan b
Ethan duduk di balik meja kerja barunya di hari pertama dia bekerja sebagai seorang dokter di Yayasan. Tentu saja, dia hanya sebagai freelancer meski yayasan itu milik pamannya. Bukan tanpa alasan dia memilih sebagai freelancer, hanya saja waktu sebagai freelancer lebih bebas. Jika bisa, Ethan mungkin akan membuka kliniknya sendiri.Kursi hidrolik yang dia duduki beberapa kali dia naik turunkan bak anak kecil yang sedang mencoba permainan barunya. Saat menyenangkan seperti itu, ketukan di pintu lantas membuat dia terburu-buru memakai jas warna putihnya.“Masuk!” sahut Ethan.Perlahan, pintu itu pun terbuka. Sosok Yunri pun datang bersama dengan seorang anak kecil bertubuh gendut yang waktu itu mengganggu Lee. Datang seraya meringis.
Mario duduk di bangku panjang, mengebulkan asap tipis dari dalam hidungnya. Menenangkan kepala dengan asupan nikotin. Itu cara dirinya menenangkan kepala. "Kalau melamun gini, pasti mikirin hal yang sama. Yang sebenarnya gak perlu kamu pikirin.” Entah dari mana Giesta datang, wanita itu sudah berdiri di depan Mario seraya melipat tangan di depan dada. “Kukira kamu sudah ke Amerika ternyata masih di sini.” Mario kembali mengisap rokoknya. Giesta duduk di samping Mario, melepas kacamatanya kemudian menyandarkan punggungnya. "Coba aja dari dulu kamu sadar kalau Rosie itu adalah wanita tidak baik. Pasti kamu sudah menggantikan ayahmu sekarang.” “Kalau datang hanya untuk mengungkit masalah itu lagi, aku gak ada waktu untuk membahasnya.” . "Yah, sebagai sepupu yang baik, aku kan hanya menasihati untuk kebaikanmu.” "Diam !" bentak Mario. “Wah, wah. Sabar dong, Minoru san!” Giesta menyunggingkan senyum seakan belum puas melihat sepupunya itu dalam amarah. Saat emosi Mari
Langit kota G sudah mulai menggelap. Titik bintang berpendar di langi pun mulai bermunculan. Ethan berjalan di bawah sana sambil memanggul tas selempangnya. Hari pertama bekerja tidak terlalu melelahkan baginya karena tidak ada pekerjaan lain selain stok opname obat dan menangani luka kecil pada anak-anak akibat hiperaktifnya. Sesaat kemudian, langkahnya terhenti lalu memandang ke langit cerah penuh bintang. Mengembuskan napasnya perlahan. Indah. Hanya itu kesan yang Ethan dapatkan melalui matanya pada benda langit itu. Puas dengan langit, Ethan lantas mengalihkan pandangannya ke depan. Terlihan mobil van yang dia kenal masih buka. Kebetulan sekali, perutnya lapar dan menurut permintaan bagian tubuhnya itu yang meminta untuk dipenuhi. Ethan mendekat ke van burger langganannya itu. Hanya ada Tirta di balik konter yang sedang melayani seorang pria berpakaian f
Padahal belum masuk musim penghujan, tapi langit Kota G diselimuti awan yang agak mendung. Sore yang seharusnya masih sedikit menyengat pun jadi teduh. Jalanan kota G yang agak ramai oleh sebagai besar pejalan kaki dengan tujuan kemanapun mereka ingin. Dari balik kaca cafe, Rosie sedang menunggu seseorang masih dengan pakaian formalnya. Manajer pemasaran Absolute Beauty Chemical itu dengan sabar menunggu Dicky sambil sesekali menyeruput cappucino panas yang sudah mulai dingin karena paparan udara di dalam ruangan itu. “Maaf menunggu lama,” sapa seorang pria yang tiba-tiba saja datang. “Ah, tidak. Saya juga belum lama. Silakan!” Rosie mempersilakan pria itu duduk di kursi yang berseberangan dengannya. “Mau pesan apa?” tawar Rosie. “Tidak usah repot-repot, Manajer Rosie.” Dicky menolak halus. “Baiklah kalau begitu. Langsung saja ke intinya. Ada apa ingin ketemu saya?” tanya Rosie. “Anu … tentang masalah Youth Serum.” Dicky menelan salivanya, mengambil jeda sesaat. “Apa P
Lampu ruangan privat di sebuah restoran keluarga sedikit remang. Restoran yang dipilih oleh Lee untuk mengadakan pertemuannya dengan Rosie malam itu setelah sempat tertunda karena berbenturan dengan jadwal Rosie. Hanya mereka berdua. Rosie menempatkan dirinya sebagai perwakilan Absolute Beauty Chemical sengaja tidak mengajak rekan lainnya. Bukan tanpa alasan Rosie melakukan itu, melainkan dia ingin membuktikan kecurigaannya pasca penuturan Dicky tempo hari. Apakah Lee benar-benar ingin menghancurkan dirinya atau benar akan menanam modal. “Senang bisa bertemu lagi, Manajer Rosie,” sapa Lee. Tangan pria itu menuangkan bir ke dalam gelas untuk Rosie. “Iya. Saya pun masih gak nyangka kalau kita akan bekerja sama dalam hubungan bisnis nantinya." Rosie tersenyum tipis. “Silakan!” Lee menyodorkan bir dalam gelas ke dekat Rosie. “Terima kasih. Seharusnya saya yang menuangkannya.” “Tidak masalah. Kedepannya kita akan bekerja sama, kan?” Lee mendekatkan gelas ke depan bibirnya.
Rosie langsung merebahkan tubuhnya di atas king size. Bukan hanya kepalanya yang terasa berat, tapi juga seluruh badannya pegal. Perlakuan Lee tadi masih tergambar segar di kepalanya itu.Tok! Tok! Tok!Ketukan di pintu membuyar dirinya dari lamunan.“Kak, aku masuk ya!” Suara Ethan terdengar dari luar pintu kamarnya.“Ini sudah jam malam. Kamu gak boleh masuk.” Rosie menyahut.“Ayolah, sekali saja Kak!” Ethan memaksa seraya terus mengetuk pintu.Rosie bangkit dengan malas melangkah ke pintu. Soso