Bab 10
Malam Pertama Pernikahanku
Setelah pertemuanku dengan Elena, aku banyak berpikir. Apakah benar ucapannya bahwa aku belum mengenal Reino dengan baik? Tapi selama ini, kami sudah berpacaran hingga 4 tahun. Kami jalani semuanya pelan-pelan, mulai dari pendekatan hingga jadian. Semua tidak seinstan itu seperti drama perjodohan.
Fatiya masuk kembali ke ruang mempelai wanita dengan beberapa camilan dan minuman. “Tadi aku papasan sama perempuan. Kayak baru dari sini?” tanya Fatiya. Ia pasti bertanya karena jalan menuju ruang mempelai wanita atau pria harus melewati satu lorong.
“Perempuan siapa?” balasku berbohong. “Ehm, mungkin salah jalan.”
Fatiya pun segera mengangguk, tidak mempertanyakan lebih jauh. Ia meletakkan piring camilan di atas meja di hadapan kami dan 2 gelas minuman yang ia bawa susah payah.
“Tadi aku p
Bab 11Menantu Idaman MamaSetelah sarapan yang terdiri dari nasi goreng ekstra telur, ayam goreng, serta tempe dan tahu goreng siap di atas meja makan, aku pun pergi ke kamar untuk bersiap mandi. Meskipun segan, kupanggil Reino yang sedang mengutak-atik ponsel pintarnya dengan serius. Dia pasti mengurusi karyawan restorannya, memberi intruksi tentang masa promo karena pernikahan kami. Aku mengetahui hal itu karena Reino pernah membahasnya denganku sebelum pernikahan kami digelar.“Rei, sarapan udah siap. Sarapan dulu sana.”Reino menatapku sebentar dan aku tidak mempedulikannya sama sekali. Aku mengambil baju ganti dan handuk yang akan kupakai nanti.“Aku juga belum mandi nih,” ujar Reino mengingat dirinya masih belum mandi meskipun sudah sholat shubuh.“Makan dulu aja, enggak apa-apa. Aku mau mandi duluan,” kataku tidak acuh. Kutinggalkan kembali Reino sendirian di kama
Bab 12Beberapa hari setelah menikah, yang kulakukan hanyalah termenung, main hape, dan bersikap kucing-kucingan dengan Reino. Aku masih marah dengan apa yang terjadi, apalagi dengan pengakuannya bahwa ia khilaf. Pertanyaannya, mengapa ia harus khilaf di hari pernikahan kami? Mengapa tidak kemarin saja sebelum kami menikah, biar sekalian aku patah hati dan memutuskan hubungan kami?Jantungku berdegup dengan kencang saat mendapati pesan dari nomer tak dikenal. Jika biasanya aku mendapat pesan Whatsapp tapi kini aku mendapat SMS biasa.[+62 852 4000 1xxx]Selamat siang, Tita. Gimana hubungan kamu dan Reino? Aku lagi ada di Joykarta, nemenin Rei. Restoran penuh banget sekarang. Kamu enggak peduli ya? Oh ya, ini aku Elena.Mendapat pesan dari wanita sundal itu, kepalaku rasanya mendidih. Apa maksudnya mengirim pesan begini? Mau membuatku cemburu?[+62 852 4000 1xxx]&nbs
Bab 13Laki-laki MisteriusAku masih berada di Restoran Joykarta sampai sore, meskipun berada di sana pikiranku terkadang melambung ke kafe di seberang jalan, Coffe Back Donna. Tempat yang akan menjadi tempat pertemuan keduaku dengan Elena Deviana setelah pertemuan pertama kami di pesta pernikahanku.“Liatin jam terus, kamu udah mau pulang?” tanya Julekha setelah selesai melayani pelanggan yang hendak memesan makanan untuk dibawa pulang. Pembayaran dilakukan di restoran ini memang ada dua, bisa melalui kasir, bisa juga langsung meminta pada pelayan.“Udah jam 4 ya?” kataku ambigu, masih ragu antara mau pergi atau tidak. “Reino mana ya? Daritadi enggak kelihatan.” Kepala kutengokkan ke kanan dan ke kiri. Mencari ke segala penjuru restoran.“Oh iya aku lupa ngasih tahu, tadi pas kamu ke musholah, Reino bilang mau pergi ke temp
Bab 14PertengkaranKami tidak saling menatap apalagi mengobrol sampai seorang pelayan memberikan air putih ke meja kami. Selepas kepergian pelayan itu, barulah aku dan Elena saling menatap satu sama lain.“Saya enggak ngerti, kenapa Reino bisa-bisanya nikah sama kamu.” Elena berbicara duluan. “Dia pernah janji mau nikahin saya.”Mendengar pengakuannya perasaanku jadi tidak enak. Bagaimana bisa Reino menjanjikan seorang wanita pernikahan, tapi malah mengingkarinya? Sepengetahuanku, Reino sosok yang bertanggungjawab. Dia juga sangat dewasa dalam beberapa aspek. Selama kami berpacaran, Reino sering mengalah jika aku merajuk. Bahkan saat meminta balikan, Reino selalu sabar menghadapiku.“Mungkin karena kamu cuma masa lalu untuk Reino,” jawabku sarkas.Elena menatapku tajam lalu memaksakan diri untuk tertawa
Bab 15Kamar ReinoSetelah kepergian Reino, aku pun ke luar rumah sambil membawa handuk dan baju ganti. Mama yang berada di luar kamar kelihatan sekali sedang menungguku.“Kamu sama Reino berantem?” tanya Mama langsung. “Tadi Reino pamit, katanya mau pulang ke rumah orangtuanya buat beberapa hari.”“Reino ngadu ke Mama?” balasku jengkel.Mama menggeleng. “Enggak, tapi Mama tahu ada yang enggak beres. Reino tuh kurang baik apa sih sama kamu sampai dimusuhin?”“Mama tuh enggak tahu apa-apa. Mama enggak akan paham.”“Ya karena Mama enggak tahu makanya Mama enggak paham. Heran Mama tuh sama kamu, punya suami sebaik Reino kerjaannya diajak berantem terus. Kamu tuh sama Reino masih pengantin baru. Baru mau dua minggu, Dek.”“Ma, aku mau mandi aja. Mama enggak usah ikut campur masalahku dan Reino. Ini kan rumah tangga kami.” Setelah mengatakan i
Happy Reading....***Bab 16Bulan MaduBukan hal mudah untuk memaafkan sebuah kesalahan fatal yang dilakukan oleh orang yang paling kita sayang. Ketika seseorang makin dekat dengan kita, bisa jadi orang tersebut adalah orang yang mampu menorehkan luka yang sangat pahit. Itu juga yang terjadi padaku. Mungkin kasusnya berbeda jika dibanding diselingkuhi atau dipoligami, tapi melihat sosok suami di hari pernikahan kami bercumbu dengan wanita lain, sungguh tidak termaafkan. Di mana letak penghargaan darinya untuk mempelai wanitanya? Di hari awal pernikahan saja, ia sudah berlaku demikian. Sungguh menyakitkan hati.Aku menginap di rumah orangtua Reino hanya semalam. Setelahnya, aku pamit pulang diantar Reino yang sekalian pergi ke restoran.Sesampainya di rumah, Mama menanyaiku tentang sikap keluarga Reino. Apakah orangtuanya bersikap baik atau tidak? Aku menjawab ala kadarny
***Happy Reading***Bab 17Permintaan Malam PertamaBulan maduku dengan Reino tergolong biasa, tiada hal yang manis. Semua berjalan tidak seperti bayangan di novel-novel romantis yang kubaca. Di mana kebanyakan pasangan yang berbulan madu saling bermanja, menikmati matahari terbit atau tenggelam bersama, atau yang paling sederhana saling tersenyum dan berbalas kata sayang. Semua itu tidak kurasakan. Yang ada hanya kecanggungan dan kekecewaanku pada Reino yang masih terus berlanjut.“Tit, sini dong!” ujar Reino malam itu. Ia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Jendela kamar terbuka, ia sudah duduk di lantai kayu yang berada di luar jendela kamar, sedangkan aku masih berada di dalam kamar.Aku terdiam sejenak, menimbang apakah harus bergabung dengan Reino atau tidak. Setelah memutuskan untuk menuruti Reino, aku pun berjalan, melewat
Happy Reading, Gaesss...***Bab 18Kado dari ElenaSetelah pengumuman kelulusan tes SKD di awal Maret, untuk tes selanjutnya masih simpang siur tanggal pelaksanaannya, apalagi berita tentang Covid19 sudah menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Beberapa penerbangan, perjalanan kereta, bahkan bus dihentikan untuk mengurangi dampak dari penyebaran virus korona di Indonesia.Beruntungnya aku sekarang berada di Cirebon, di daerah zona kuning-hijau. Jika aku berada di Jakarta, mungkin aku tidak bisa bergerak leluasa seperti saat ini.Tapi karena hal ini, Mama sangat mengkhawatirkanku yang sendirian di sini. Saking takutnya aku kenapa-napa, Mama menyuruhku untuk ke rumah saudaraku yang tinggal di Cirebon. Namun aku menolaknya karena mengikuti peraturan pemerintah untuk berada di rumah. Stay at home. Itulah tagline yang digembor-gemborkan oleh semua orang di masa pandemi seperti