Leona menatap ketakutan ke arah suaminya yang menatapnya dengan penuh selidik. Dia yang duduk bersandar ke Steven seketika berdiri dan memegang perutnya.
"Aduh aku lapar sekali, aku mau minta makanan dulu ya?" ujarnya segera berjalan menjauh dari suaminya. Tapi tangannya segera ditahan Steven sehingga dia tertarik jatuh kembali ke sofa.
"Apa yang kamu telah lakukan?" ulang Steven dengan kesabaran tingkat tinggi. Dia menggunakan nada yang dia biasa gunakan untuk menegur pasien anaknya yang nakal.
Istrinya segera menunduk, menghindari pandangan Steven.
"Leon?"
"Nggak mau cerita, nanti kamu marah," ucap Leona merajuk. Steven menghela napasnya, untung di hadapannya hanya Daniel yang sudah mengenal karakter Leona dari kecil.
"Leon?"
"Ish…, Kamu janji dulu, nggak akan marah jika aku cerita nanti?" rajuknya
Leona menatap wajah suaminya yang kecewa. Hatinya kini sangat takut, bagaimana jika dia digantikan? Bagaimana jika keriduannya pada Anna akan membuat Steven meninggalkannya lagi seperti Ethan.Wajah suaminya tadi yang kecewa tadi tak akan bisa berbohong. Leona tahu, suaminya masih merindukan Anna dan anaknya. Hatinya teriris, dia baru menyadari betapa dia mencintai Steven. Sejak kecil pria itu selalu ada untuknya, walau dia mengacuhkannya.Steven adalah pria pertama yang mengajak dia berdansa di malam kelulusan sekolah mereka, saat dia sangat mengharapkan Ethan untuk mengajaknya berdansa.Steve juga yang menemani Leona saat dia operasi usus buntu, walau berulang kali dia mengabarkan Ethan, dia akan operasi, pria itu tidak pernah datang, hanya Steven yang selalu a
Daniel menyetir dalam diam seperti sibuk dengan pikirannya sendiri sama seperti Anna yang duduk di bangku belakang. Bayi Jacob untungnya sudah tidur lelap, sehingga dia tenang saat dipindahkan tidurnya masuk ke dalam mobil.Dengan hati yang gusar, Anna terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa Ethan. Andai dia tidak egois dan memikirkan dirinya sendiri, Ethan pasti akan baik-baik saja. Andai dia dulu tidak terlalu terbakar api cemburu, Ethan pasti masih sehat. Atau jika saja dia tidak terlalu mudah percaya pada Leona, mereka pasti masih bahagia! "Dasar Anna bodoh, malah merusak segalanya!" makinya dalam hati.Ethan menatap dengan tatapan kosong ke langit-langit kamar tidur mereka. Lagi-lagi dia kesepian. Suasana tenang ini membuatnya gila. Seharusnya ada Anna yang cerewet di sampingnya.
“Baiklah, aku akan kembali ke kamarku di atas, ada bel terpasang di samping tempat tidur Ethan, kamu bisa memanggilku dengan menekan tombol itu.” Dia mulai berjalan menuju pintu.“Daniel...terima kasih atas segalanya, kamu bukan karyawan, namun kamu adalah keluarga Ethan sesungguhnya, kakak yang dia tak pernah punya.” Wajah pria itu dipenuhi emosi saat mendengar kata- kata Anna.“Terima kasih Anna, karena sudah kembali.” Dia lalu tersenyum sedih dan naik ke atas.Anna menghela napas, kembali menatap kekasih hatinya. “Aku akan mengembalikanmu seperti semula. Kau dengar Ethan, kamu pasti masih ada di dalam situ. Kamu harus kembali, kami membutuhkanmu,” ucapnya dengan lantang kepada pria yang sedang sibuk berbicara sendiri.&
Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.
Ethan tak dapat berpikir, untuk sementara dia hanya mengagumi kecantikan alami wanita di hadapannya. Dia bergerak otomatis mendekati wanita itu saat dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya. matanya membesar saat menyadari Ethan sudah ada dihadapannya."Mau apa kamu?" tanya Anna mundur. Tapi Ethan semakin mendekat, dan dia sudah menempel di dinding kaca boks mandi."Mengapa kamu sangat mengganggu?" Dia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Anna dengan lembut, wanita itu terperangah, merasakan sentuhan Ethan setelah beberapa lama, rasanya luar biasa. Mereka saling pandang yang terasa sangat intens dan ketika insting membawa Ethan untuk menunduk dan merasakan bibir wanita itu dia mundur. Kaget dengan apa yang ada di kepalanya."Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?" batin Ethan, bagaimana dia bisa mau mencium wanita lain selain Anna. Wanita itu menatapnya lalu segera meninggalkannya yang bingung di dalam kam
"Aku Anna, Anna Federica, istrimu, ibu dari Jacob anakmu. Aku berhak ke lantai tiga, atau kemanapun aku mau karena aku… ini… istri...mu!" pekiknya marah sambil memukul Ethan yang terlihat linglung. Anna marah dan kecewa, baru saja dia berpikir, Ethan sembuh dan mereka bisa kembali seperti sedia kala. Namun dalam sekejap semua harapannya pecah berkeping-keping.Dia terus memukuli Ethan sampai kedua tangannya dipegang Ethan dengan kuat sehingga dia tidak bisa memukulnya."Apa, kamu kamu apa?" teriak anna marah berusaha melepaskan diri yang percuma."Aku mau ini." Pria itu lalu menunduk mengecupnya lagi. Dia terus mendorongnya ke dinding, sambil terus menciumnya dengan panas. Anna menerima ciuman itu dengan bingung, namun gairahnya muncul dan kem
"Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk
"Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu