Leona terbangun ketika handphone-nya bergetar di meja samping tempat tidur. Tangan Steven yang berat berada di pinggangnya yang ramping, dia tersenyum mengingat percintaan mereka semalam yang dahsyat. Dia mencoba menggeser tangan Steven yang berat secara pelan-pelan, tapi pria itu malah mengeratkan pelukannya sambil mengerang lembut.
Mendengar suaranya membuat hati Leona memgembang dengan cinta, betapa dia mencintai suaminya ini. Dan semua itu baru disadari baru-baru ini. Dia menarik tangan suaminya dan mengecupnya.
"Masih mau bobo, bangunin nanti jam 8." Suara malas Steven terdengar walau matanya masih terpejam.
"Iya, ini ada telepon," jawab
Tengah malam Anna terbangun, dengan panik melihat Jacob yang tertidur lelap. Dia aman, dia masih aman. Namun hatinya tidak tenteram. Dia berdiri dan menatap jendela satu-satunya di kontrakannya yang mungil. Suasana sekeliling rumahnya sunyi senyap. Tidak ada suara apapun kecuali desah napas Jacob.Mungkin dia terlalu khawatir, sudah beberapa bulan Dokter Steven tidak muncul. Kadang dia merasa bersyukur pria itu tak ada, tapi kadang Anna merasa ketakutan memikirkan mulut istrinya. Bagaimana jika Leona menceritakan tentang dirinya ke Ethan, bagaimana jika Jacob direbut darinya?Bunyi petir menyambar mengagetkan Ethan yang tengah melamun. Dia sebenarnya tidak tertidur namun juga tidak sadar. Pikirannya ada dimana-mana walau tubuhnya terpaku di kamarnya. Kini dia membiarkan bayangan Anna mengikutinya, bahkan kadang dia mengaj
"Ethan, apakah kamu masih akan melakukan kerjasama untuk hotel di Bali dengan perusahaan Leona?” Daniel sebenarnya merasa percuma bicara dengan Ethan, pria itu duduk diam di kasurnya sambil mengelus baju pengantin Anna. Sepertinya Ethan harus di periksa ke dokter, keadaannya semakin parah. Daniel harus ingat nanti menjadwalkan dokter untuk datang ke rumah.Namun, ternyata Ethan cukup normal pagi ini. Dia menoleh dan tersenyum kepada Daniel.“Oke, Dani. berikan jadwal yang lain juga. Aku mau tahu bagaimana perkembangan perusahaan kita. Dan sebentar lagi masuk tutup buku, katakan pada bagian finance, berikan semua ke aku dulu baru boleh yang lain baca.“ Daniel terkejut. Ethan begitu normal, seakan tidak ada apa-apa, dia bahkan memanggilnya Dani?“Oh oke. Aku ak
Ethan merasa senang bertemu kedua temannya, bahkan Leona dan Steve bergandengan tangan berdua. Sepertinya mereka akur sekali. Dia melambai dengan semangat kepada mereka. Wajah mereka terkejut, mungkin dia dulu terlalu acuh pada mereka.Untung Anna kini sudah bersamanya, jadi tidak ada canggung lagi diantara mereka berempat. Anna tersenyum melihat kedatangan mereka. Wanita itu pengertian sekali. Ethan pasti akan merasa canggung jika bertemu Raka dan istrinya. Tapi tidakAnna, dia duduk dengan anggun meminun air madunya. Ethan sudah memesankan khusus buatnya, katanya air madu bagus buat ibu hamil.Pandangan Daniel dan Leona bertemu. Daniel seperti mengisyaratkan mereka perlu bicara, memang ada yang aneh disini. Ethan tidak seperti biasanya. Dia sangat aneh.
Ethan menatap istrinya yang terbaring di tempat tidur. Dia tertidur dengan lelapnya. Dia segera ikut masuk ke dalam selimut dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Anna memekik pelan tapi Ethan segera membungkamnya dengan ciumannya."Kamu baru pulang sayang?" Suara paraunya begitu seksi sehingga Ethan kembali jatuh hati dengan wanita cantik itu."Maaf aku tertidur, sepanjang siang aku ditendang bayi di perutku sehingga aku letih sekali." Ethan tertawa kecil lalu memutar tubuh istrinya."Bayi nakal." Ethan menundukan kepalanya lalu mengecup perut membuncit istrinya. Anna suka mengeluh tubuhnya tidak sebagus dulu, tangan dan kakinya membesar, padahal menurut Ethan itu tak penting karena yang dia cintai adalah diri Anna sendiri, bukan fisiknya.
Leona menatap ketakutan ke arah suaminya yang menatapnya dengan penuh selidik. Dia yang duduk bersandar ke Steven seketika berdiri dan memegang perutnya."Aduh aku lapar sekali, aku mau minta makanan dulu ya?" ujarnya segera berjalan menjauh dari suaminya. Tapi tangannya segera ditahan Steven sehingga dia tertarik jatuh kembali ke sofa."Apa yang kamu telah lakukan?" ulang Steven dengan kesabaran tingkat tinggi. Dia menggunakan nada yang dia biasa gunakan untuk menegur pasien anaknya yang nakal.Istrinya segera menunduk, menghindari pandangan Steven."Leon?""Nggak mau cerita, nanti kamu marah," ucap Leona merajuk. Steven menghela napasnya, untung di hadapannya hanya Daniel yang sudah mengenal karakter Leona dari kecil."Leon?""Ish…, Kamu janji dulu, nggak akan marah jika aku cerita nanti?" rajuknya
Leona menatap wajah suaminya yang kecewa. Hatinya kini sangat takut, bagaimana jika dia digantikan? Bagaimana jika keriduannya pada Anna akan membuat Steven meninggalkannya lagi seperti Ethan.Wajah suaminya tadi yang kecewa tadi tak akan bisa berbohong. Leona tahu, suaminya masih merindukan Anna dan anaknya. Hatinya teriris, dia baru menyadari betapa dia mencintai Steven. Sejak kecil pria itu selalu ada untuknya, walau dia mengacuhkannya.Steven adalah pria pertama yang mengajak dia berdansa di malam kelulusan sekolah mereka, saat dia sangat mengharapkan Ethan untuk mengajaknya berdansa.Steve juga yang menemani Leona saat dia operasi usus buntu, walau berulang kali dia mengabarkan Ethan, dia akan operasi, pria itu tidak pernah datang, hanya Steven yang selalu a
Daniel menyetir dalam diam seperti sibuk dengan pikirannya sendiri sama seperti Anna yang duduk di bangku belakang. Bayi Jacob untungnya sudah tidur lelap, sehingga dia tenang saat dipindahkan tidurnya masuk ke dalam mobil.Dengan hati yang gusar, Anna terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa Ethan. Andai dia tidak egois dan memikirkan dirinya sendiri, Ethan pasti akan baik-baik saja. Andai dia dulu tidak terlalu terbakar api cemburu, Ethan pasti masih sehat. Atau jika saja dia tidak terlalu mudah percaya pada Leona, mereka pasti masih bahagia! "Dasar Anna bodoh, malah merusak segalanya!" makinya dalam hati.Ethan menatap dengan tatapan kosong ke langit-langit kamar tidur mereka. Lagi-lagi dia kesepian. Suasana tenang ini membuatnya gila. Seharusnya ada Anna yang cerewet di sampingnya.
“Baiklah, aku akan kembali ke kamarku di atas, ada bel terpasang di samping tempat tidur Ethan, kamu bisa memanggilku dengan menekan tombol itu.” Dia mulai berjalan menuju pintu.“Daniel...terima kasih atas segalanya, kamu bukan karyawan, namun kamu adalah keluarga Ethan sesungguhnya, kakak yang dia tak pernah punya.” Wajah pria itu dipenuhi emosi saat mendengar kata- kata Anna.“Terima kasih Anna, karena sudah kembali.” Dia lalu tersenyum sedih dan naik ke atas.Anna menghela napas, kembali menatap kekasih hatinya. “Aku akan mengembalikanmu seperti semula. Kau dengar Ethan, kamu pasti masih ada di dalam situ. Kamu harus kembali, kami membutuhkanmu,” ucapnya dengan lantang kepada pria yang sedang sibuk berbicara sendiri.&