Share

Bab 5 : Berita Buruk Lagi

“Levi, kemarilah nak, sepertinya ini ada surat yang datang dari kampus tempat kamu mengajar nak. Coba kemarilah dan ambil suratnya, Bunda harus mengambil beberapa baju dulu untuk dijemur.”

“Surat dari kampus? Bentar Bunda, Levi kesana sekarang.”

“Ini dia suratnya nak, ambilah dan baca isinya disana. Bunda mau jemur baju anak-anak dulu yah.”

“Baik Bunda terima kasih, nanti abis buka isi surat ini saya akan kesana untuk membantu.”

Kepada yth

Bapak Levi Strikeheart

Di tempat

Dengan surat ini kami hendak menyatakan dengan resmi bahwa tertanggal 6 Mei 2021, Bapak Levi Strikeheart telah dikeluarkan dari segala bentuk kerjasama yang selama ini terbangun dengan pihak kampus.

“Apaaa!!!” raut muka Levi tiba-tiba berubah, dia tidak percaya dengan berita buruk yang baru saja dia terima.

Tapi bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hal seperti ini kepada saya? Saya tidak pernah melakukan hal yang buruk, saya bahkan memberikan sepenuh waktu dan kemampuan saya untuk mengajar disana.

Levi merasa kesal dan cukup kecewa dengan pemecatan secara sepihak yang dilakukan oleh pihak kampus kepadanya. Dia harus pergi kesana pikirnya, dia harus menanyakan secara langsung apa yang sebenarnya sudah terjadi hingga dia harus dikeluarkan seperti ini.

*****

“Pak tolong kasih saya waktu untuk menjelaskan hal ini.”

“Pak Levi, maaf tapi seperti yang telah saya katakan tadi, bapak sudah dikeluarkan dari kampus ini. Pihak rektorat sendiri yang langsung turun tangan mengurus hal ini.”

Saat ini Levi sedang berbicara dengan bagian ketenagakerjaan kampus.

“Iyah okay saya tahu itu, tapi Pak tolong pertimbangkan lagi baik-baik, masa saya dikeluarkan seperti ini, selama ini saya sudah bekerja dengan baik. Bapak juga ingat kan kalau saya sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai dosen pengajar terbaik di kampus ini?”

“Ya saya tahu Pak Levi, tapi semua itu tidak mengubah seluruh gangguan yang Pak Levi telah berikan pada pihak kampus. Masalah hutang yang Bapak miliki dengan pihak kreditor membuat kampus harus membuat keputusan seperti ini, mereka sudah terlalu sering membuat onar disini dan meresahkan para mahasiswa atas nama Bapak.”

“Tapi Pak itu kan bukan kesalahan saya, mereka sendiri yang datang kemari untuk membuat keonaran, saya tidak pernah mengijinkan atau membawa mereka untuk datang ke tempat ini.”

“Saya mengerti, tapi Pak Levi coba pikirkan lagi baik-baik, mereka itu datang karena Bapak belum membayar hutang kepada mereka. Jadi sebaiknya sekarang Pak Levi segera urus saja pembayaran hutang Bapak kepada mereka.”

“Tapi Pak tolonglah, bukan saya tidak mau membayar mereka. Tapi ada banyak hal yang terjadi Pak, s-saya harus bantu membayar beberapa biaya sewa, biaya berobat anak-anak yang sakit. Jadi ayo tolonglah saya Pak, tanpa pekerjaan ini bagaimana saya bisa membayar hutang-hutang saya dan bagaimana nasib anak-anak di tempat kami.”

“Itu semua adalah urusan Bapak sendiri. Kami pihak kampus tidak mau berurusan dengan itu. Beberapa hari lagi Pak Levi akan mendapatkan biaya pemutusan hubungan kerja dan setelah itu kami tidak ingin berurusan lagi dengan Bapak. Maaf saya sedang sibuk, ada banyak pekerjaan lain yang harus saya selesaikan, sebaiknya sekarang Bapak keluar dari tempat ini sebelum saya memanggil pihak keamanan.”

Levi sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa keluar dari ruang ketenagakerjaan dengan perasaan hampa tanpa sebuah harapan.

Apa yang akan terjadi setelah ini? Apa yang harus dia lakukan untuk bisa mendapatkan pekerjaan? Itu semua pertanyaan-pertanyaan yang mengalir di benak pikirannya saat ini.

Hari itu Levi berjalan pergi meninggalkan kampus dengan perasaan penuh kekecewaan. Dia tidak menyangka di hari kepulangannya dari rumah sakit, ada berita buruk lain yang menimpa hidupnya.

Tanpa pekerjaan bagaimana dia bisa membayar seluruh hutang-hutang yang dia miliki. Bahkan dengan pekerjaan yang ada saja itu sudah sangat sulit untuk membayarnya, terlebih lagi sekarang tanpa pekerjaan tetap masalah yang harus dia hadapi jadi bertambah berat.

*****

Di depan pelataran rumah yatim Levi melihat ada beberapa orang berpakaian preman yang mengganggu rumah mereka. Para preman itu sedang memaki-maki Bunda Reyha dan mengancam akan menyakiti dirinya seandainya dia tidak memberitahu dimana keberadaan Levi sekarang juga.

Bunda Reyha terlihat sangat ketakutan. Tapi dia juga tidak mau memberitahu apa yang mereka minta. Bunda Reyha tidak akan membiarkan hal buruk menimpa putranya, bahkan kalau itu berarti dia sendiri yang harus menerima perlakuan buruk dari para preman garang yang mengancam keselamatan jiwanya.

“Hentikaaan!” teriak Levi garang. “Jauhkan tangan kotor kalian dari Bunda Reyha.”

Salah satu preman yang sedang memegang kerah baju Bunda Reyha melirik ke arah Levi kemudian melepaskan genggamannya.

“Nah ini dia orang yang kita cari-cari dari kemarin hari. Kemana aja kamu hah? Sudah hampir satu minggu lebih kamu menipu kami. Mana janji kamu untuk membayar hutang minggu lalu, Bos kami sudah tidak sabar lagi dengan janji-janji manis yang dikeluarkan oleh cowok tidak tahu diri seperti kamu.”

Beberapa preman yang ada di sekitar mulai berjalan mengitari Levi seperti sekawanan serigala kelaparan yang menunggu perintah dari pemimpinnya untuk menyerang.

“Kemarin saya sudah bilang akan membayarnya dan itu memang akan saya lakukan seandainya saja saya tidak mengalami kecelakaan.”

“Allaaahhh dasar pembohong hah, kamu berniat untuk melarikan diri kan? Kami sudah sering bertemu dengan orang-orang tidak tahu diri seperti kamu, jadi jangan banyak alasan, bayar kami sekarang juga, dan jangan lupa kamu harus menambahkan biaya bunga untuk kami menunggu sebesar 20 juta.”

“20 jutaa? Ini benar-benar pemerasan, saya tidak pernah berjanji untuk membayar bunga sebesar itu.”

“Ya memang, tapi karena kamu membuat kami menunggu selama satu minggu lebih maka kami memberikan biaya keterlambatan sebesar 20 juta. Ayo cepat jangan banyak cincong lagi, bayar uangnya sekarang juga, tunai atau transfer, yang penting cepaatt.”

*****

Levi membawa uang dari dalam rumah yatim sebesar 75 juta.

“Ini, hanya segini uang yang saya punya saat ini, nanti saya akan bayarkan kekurangannya beberapa hari lagi.”

“Apaaa hanya segini, hutang kamu itu 200 juta, ini bahkan belum cukup untuk menutupi biaya bunganya.”

“200 juta? Tidak saya hanya berhutang sebanyak 100 juta.”

“Kamu pikir kami ini meminjamkan uang dengan gratis hah, kamu itu harus bayar biaya bunganya. Cepatttt serahkan atau jangan salahkan kami kalau bertindak lebih buruk kepada kalian semua.”

“Tidak, saya tidak pernah berjanji untuk hal ini, saya hanya akan membayar pinjaman saya sebesar 100 juta itu sesuai dengan jumlah pinjaman dan bunga normal yang harus saya bayarkan.”

Mendengarkan penolakan dari Levi, preman itu menjadi semakin geram, mereka sudah tidak sabar lagi untuk melumat mulutnya yang tidak tahu diri itu. Dia memberikan sebuah isyarat kepada teman-temannya yang lain untuk segera bergerak dan memberinya pelajaran.

“Leviiiii!!” teriak Bunda Reyha memperingatkan.

Salah satu preman yang ada di belakang tubuh Levi berupaya untuk menggapai tubuhnya.

Tubuh Levi terperangkap oleh rangkulan salah satu preman yang berbadan cukup besar, sedangkan teman-teman mereka yang lain sudah bergerak cepat datang mendekat untuk menghajar dirinya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wintersnow
Gak ada akhlak nih tukang tagih hutangnya.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status