Share

Bab 7 : Pertemuan Kedua (Bagian 1)

Levi memberanikan diri untuk mampir ke teras rumah Tuan Baron Lee. Sudah berjam-jam dia berpikir, tapi hanya ini satu-satunya cara yang bisa dia ambil. Tempat dimana dia bisa meminjam uang agar bisa membebaskan Bunda Reyha dari tangan para preman tersebut.

“Selamat siang Pak, apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang tenaga keamanan yang bertugas menjaga pintu gerbang rumah mewah itu.

“Saya ingin bertemu dengan Tuan Baron Lee,” jawab Levi kepadanya.

“Apakah Bapak sudah pernah membuat janji sebelumnya dengan Tuan Baron Lee?”

“Mmmh tidak, tapi Tuan Baron Lee pasti mengenal saya, saya pernah bertemu dengannya satu kali di rumah sakit. Tolong panggil beliau Pak dan katakan kalau saya Levi ingin bertemu secara pribadi dengannya.”

“Maaf Pak Levi, tapi kalau Bapak belum pernah membuat janji sebelumnya, Tuan Baron Lee pasti tidak akan mau menemui Bapak. Tuan Baron sangat sibuk, jadi saya minta Bapak sebaiknya kembali saja dan membuat janji temu terlebih dahulu.”

“Tapi Pak, tolong saya benar-benar membutuhkan bantuan Tuan Baron Lee hari ini juga, saya tidak punya waktu lagi untuk bertemu dengan beliau. Tolong beri tahu Tuan Baron Lee kalau saya benar-benar membutuhkan pertolongannya sekarang juga.”

“Aduh Pak Levi maaf, tapi saya juga bekerja disini, jadi jangan persulit saya lagi. Saya tidak bisa membantu Bapak.”

Saat Levi terlihat sedang berbicara dengan penjaga pintu gerbang, ada sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam meluncur mendekat ke arah pintu gerbang kediaman Tuan Baron Lee. Mobil itu dikendarai oleh seorang pria berbadan tegap berumur 50 tahunan.

Pria itu membuka kaca pintu mobilnya dan melihat ke arah Levi.

“Pak Levi? Apakah itu benar Bapak?” tanya pria itu kepada Levi dengan suara sedikit parau.

“Pak Carlos?” balasnya terkejut. Levi mengingat pernah bertemu dengan pria tua berbadan tegap ini. Dia adalah pengawal pribadi kepercayaan Tuan Baron Lee.

“Ya saya Carlos. Kita pernah bertemu di rumah sakit waktu itu, tapi apakah ada masalah sampai Pak Levi datang sendiri ke tempat ini?”

“Ya Pak Carlos, sebenarnya saya membutuhkan bantuan dari Tuan Baron Lee, saya ingin bertemu dengan beliau, tolong Pak bantu saya pertemukan dengannya.”

“Saya mengerti, tapi mengapa mendadak seperti ini? Saya rasa Tuan Baron tidak suka bertemu dengan orang yang belum membuat janji temu lebih dulu dengannya. Apakah ini benar-benar sangat penting? Apakah harus hari ini juga?”

“Ya Pak Carlos ini sangat penting, kalau tidak terpaksa, saya tidak akan datang memohon bantuan seperti ini. Saya benar-benar membutuhkan bantuan dari beliau, tolong saya Pak.”

“Baiklah saya akan bertemu lebih dahulu dengan Tuan Baron Lee, tapi saya tidak berjanji bisa membantu, saya hanya akan mencobanya, bagaimana?”

“Ya saya mohon Pak,” pinta Levi kepadanya.

*****

Sudah beberapa menit Levi menunggu di sebuah ruang tamu yang terlihat sangat mewah. Di sekitar ruangan itu, seluruh perabotannya dilapisi dengan emas murni.

Levi melihat ada sebuah patung singa yang tergeletak begitu saja di tengah meja tamu dengan ukuran sekitar 20 x 10 cm. Tidak percaya kalau seluruh bagian patung itu terbuat dari emas murni dia mencoba untuk memegangnya

Setelah mengangkat dan menelitinya lebih seksama Levi sadar kalau seluruh bagian dari patung singa itu memang terbuat dari emas murni. Berapa kira-kira nilai jual patung emas ini pikirnya. Patung ini pasti sanggup memberi makan anak-anak yatim untuk beberapa puluh tahun pikirnya.

Melihat rumah yang serba mewah ini Levi merasa dunia yang dinikmati oleh orang-orang yang sangat kaya raya tentu sangat berbeda jauh dengan dirinya yang tidak punya banyak uang.

Kemudian Levi melirik ke atas, ke arah jam dinding di ruangan itu. Sekarang jam disana sudah menunjukan pukul 2 siang. Apakah Tuan Baron Lee mau menemuinya? Apakah dia bisa mendapatkan pinjaman uang setelah sebelumnya pernah menolak dengan keras segala kebaikan yang telah ditawarkan?

Praaanggggg

Terdengar suara sebuah piring pecah di ruangan lain yang tak jauh dari tempat dimana dia sedang berada saat ini.

“Putri Gita tolong jangan seperti ini, piring-piring ini adalah peninggalan dari nenek moyang Putri Gita, kalau Tuan Baron Lee tahu nanti Tuan pasti akan marah besar,” ucap suara seorang Ibu berusia 50 tahunan memohon kepada gadis itu untuk tidak memecahkan lagi piring-piring yang ada di rak ruang makan keluarga.

“Biar saja, pokoknya kalau Kakek melarang saya keluar dari rumah ini, saya akan pecahkan semua barang yang ada di rumah ini. Minggir!!” teriak gadis muda berperangai keras kepala itu memberontak terhadap kebijakan yang sudah diterapkan kepadanya di rumah ini.

Gita? Bukankah itu adalah nama cucu dari Tuan Baron Lee?

Levi sedikit teringat dengan nama seorang gadis muda yang pernah menabraknya dulu, tapi sampai saat ini dia tidak pernah melihat secara langsung bagaimana rupa dan watak gadis itu dari dekat.

Mendengar nama itu, Levi segera beranjak pergi dari ruang tamu pribadi Tuan Baron Lee menuju ke arah suara dimana gadis itu berada.

*****

Sekarang Levi bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa dan watak dari Gita Indah Mutiara yang pernah menabraknya beberapa hari yang lalu dengan mobil sport putih kesayangannya.

Walau masih merasa sedikit kesal kepadanya, Levi mau tak mau harus mengakui kalau gadis ini memang terlihat sangat cantik. Tidak pernah dia melihat ada gadis yang memiliki penampilan fisik sesempurna ini dalam hidupnya.

Gita memang terkenal sangat cantik bahkan kecantikannya sudah melebihi beberapa artis papan atas yang ada di negara ini. Banyak pria muda menyukainya, bahkan pria-pria kaya dewasa ‘Om-Om’ yang merupakan teman bisnis dari Tuan Baron Lee sudah beberapa kali hendak melamarnya.

Bola matanya besar, bulu matanya lentik, rambutnya panjang sedikit bergelombang, kulitnya putih seperti salju, dan lekuk tubuhnya sintal seperti gitar spanyol.

Bagian paling menonjol dari Gita yang membuat banyak pria dewasa tergila-gila kepadanya adalah bagian pinggulnya yang bahenol dan bulatan padat berisi pada bagian dadanya yang berukuran cup D. Gita memang sangat rajin dalam urusan merawat diri, dia rutin berolah raga setiap hari di beberapa tempat kebugaran.

Tapi berbeda dengan beberapa pria dewasa pada umumnya, yang membuat Levi jatuh hati kepadanya adalah bibir manis Gita yang berwarna merah delima.

Melihat bibir Gita membuat Levi tak tahan ingin mencumbunya dengan mesra.

Hentikan lamunan ini pikirnya. Mengapa dia bisa berpikir buruk seperti itu, setan apa yang sudah membuatnya berani berlaku seperti ini. Apakah Gita menggunakan pelet hingga matanya tak bisa berhenti menelanjangi tubuhnya.

Gadis ini adalah cucu dari Tuan Baron Lee, orang yang ingin dia mintai pertolongan, bagaimana mungkin dia bisa punya niat seperti itu bahkan dengan gadis yang memiliki usia sangat jauh di bawahnya.

Selama ini Levi tidak pernah tertarik untuk menikah, tidak ada kata-kata seperti itu di dalam kamus hidupnya. Dia tidak punya banyak waktu untuk menikmati kemewahan dari sebuah pernikahan. Baginya yang terpenting adalah bisa melindungi Bunda Reyha bersama seluruh anak yatim yang sudah menjadi seperti keluarganya.

Sekarang di ruang makan keluarga, Levi melihat Gita sudah menjadi semakin tidak terkendali. Berbeda jauh dengan kecantikannya, watak gadis ini sangat buruk, dia sangat mudah marah, kasar, dan tidak ragu untuk menyakiti orang-orang yang ada di sekitarnya.

Dia sekarang terlihat melemparkan beberapa piring mewah peninggalan nenek moyangnya ke segala arah.

Prangg Prangg Pranggggg

Terdengar suara piring-piring pecah saat mengenai permukaan yang padat. Para pembantu yang berada di sekitarnya berteriak-teriak ketakutan.

Salah satu piring yang dilemparkan Gita bahkan terbang melayang ke arah salah satu pembantu yang masih berusia belia. Piring itu hendak mengenai mukanya.

“Awassss Bella,” teriak pembantu lain yang berusia lebih tua memperingatkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status