Share

Bab 8 : Pertemuan Kedua (Bagian 2)

“Kyaaaaaa,” teriak gadis itu ketakutan setelah milihat ada piring yang sedang terbang cepat ke arahnya.

Tapi dia tidak bisa melakukan apapun lagi, sekarang dia hanya bisa menutup kedua matanya dengan pasrah, berharap piring itu tidak melukai dirinya terlalu parah.

Sudah sejak tadi dia menutup mata, tapi tidak ada apapun yang terjadi kepadanya.

Dia tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Apakah piring itu tidak berhasil mengenai mukanya?

Sekarang dia mencoba untuk membuka matanya.

Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, mereka terkejut ketika melihat ada seorang pria berbadan tegap yang saat ini sudah memegangi piring itu dengan tangan kanannya.

Kegagahan dan ketampanan pria itu mempesona beberapa gadis yang ada di ruangan itu. Bahkan Bella yang sebelumnya hampir terkena pecahan piring tidak bisa menjauhkan pandangan matanya dari wajah sempurna pria ini.

Levi memang terlihat seperti seorang pangeran yang berasal dari keluarga kerajaan Inggris. Hidungnya mancung, pandangan matanya tajam dan rona bibirnya sangat menggairahkan. Banyak gadis yang ingin jatuh ke dalam pelukan tubuhnya yang kokoh.

Saat para gadis masih melamun melihat ketampanan pria itu, Gita malah melihatnya sebagai sebuah target baru yang akan menjadi tempat pelampiasan nafsunya.

Gita melemparkan piring-piring yang ada di dekatnya ke arah pria asing itu tanpa ragu.

Tapi kali ini juga tidak ada apapun yang terjadi.

Setiap kali Gita melemparkan piring-piring mewah, Levi dengan cekatan menangkap seluruh piring yang berterbangan ke arahnya dengan sempurna.

Tidak berdiam diri saja, Levi juga bergerak maju ke arah si gadis berwatak buruk itu dengan cepat.

Dia mendekatinya dan memegang dengan erat tangan kanan Gita yang hingga kini masih berniat melempari dirinya lagi dengan piring lain yang tersisa.

“Hentikan,” perintah Levi tegas.

Untuk beberapa saat gadis itu terlihat kaget, tapi bukan Gita Indah Mutiara namanya kalau dia mau mengikuti begitu saja perkataan pria asing yang sudah mengganggu dirinya.

“Minggirrrr!! Siapa kamu berani-beraninya masuk ke rumah ini tanpa ijin hah. Lepaskan tangan saya, jangan coba-coba memegang tangan saya dasar laki-laki busuk. Cuihhhh.” Sambil memaki, Gita melemparkan cairan ludahnya ke arah muka Levi.

Beruntung Levi bisa bereaksi cepat, kali ini dia memegangi tangan kiri Gita, membawanya ke depan dan mendesak tubuhnya pada dinding hingga tidak berdaya.

Kedua tangan Gita sekarang sudah terangkat ke atas ditahan oleh kedua tangan Levi. Tubuhnya dan tubuh Levi saling mendesak meminta jatah dengan rapat. Posisinya saat ini jadi terlihat sedikit sensual, Levi seperti sedang berniat untuk memperkosanya. Para gadis yang berada di sekitar tak sadar sudah menahan nafas selama beberapa detik saat melihat pria tampan itu sekarang sedang berjuang mengendalikan tubuh Gita.

Rona muka Gita berubah menjadi merah padam. Tidak pernah dalam hidupnya ada seorang pria yang berani bertindak kurang ajar seperti ini kepadanya.

Gita melirik ke atas melihat wajah dari pria jangkung ini dengan tajam, degap jantung Gita mendadak berdetak cepat setiap kali dia memperhatikan dengan seksama guratan wajah sempurna yang dimiliki oleh pria dewasa ini. Mata pria ini terlihat tajam tapi juga terlihat penuh kelembutan.

Hembusan nafas pria itu sudah beberapa kali menggelitik bagian telinga dan lehernya setiap kali pria itu mengerahkan tenaga untuk menahan rontaan tubuhnya. Semakin dia memberontak, semakin erat juga Levi menggesekan bagian tubuhnya.

Gita merasakan gairah pada seluruh bagian tubuhnya, kelembapan pada daerah intimnya menjadi semakin basah.

Hasrat pada tubuhnya semakin tidak terkendali, tidak pernah dia merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Sangat menegangkan, jantungnya tidak bisa berhenti berdetak dengan kencang.

*****

“Apa yang sedang kalian lakukan di tempat ini?” bentak suara seorang pria lanjut usia menggema di sekitar ruangan seluas 20 kali 10 meter.

“Tuan Baron Lee,” ucap para pembantu yang ada di ruangan itu, menunduk terpaku.

Mendengar suara itu, Levi juga segera melepaskan kedua tangannya dan membebaskan Gita dari cengkraman tubuhnya.

“Tuan Baron Lee ma-maaf se-sebenarnya saya tidak bermaksud seperti ini, sa-saya hanya …”

“Aaaagghhhhhhh.”

Tak melewatkan kesempatan, Gita sudah menendang batang kenikmatan pria kurang ajar itu tanpa keraguan, Levi dibuat tak mampu berkata-kata, dia menunduk lemas tak berdaya.

“Gita,” tegur Tuan Baron Lee kepadanya.

“Huhhh jangan salahkan saya berlaku seperti ini, itu adalah salahnya sendiri karena sudah berani menyentuh saya.”

Setelah itu tanpa mau mendengarkan ocehan dari Tuan Baron Lee kepadanya, dengan angkuh Gita segera pergi meninggalkan ruang makan keluarga, kembali menuju ke arah kamar tidurnya yang berada di lantai atas.

Dia berjalan dengan cepat sambil menjaga degap jantungnya tetap terkendali, rasanya sangat menegangkan, tidak pernah dia merasakan setegang itu setelah berhadapan dengan seorang pria.

Memang sampai saat ini belum pernah ada satupun pria yang berani menjamah tubuhnya sampai sedekat itu. Tapi Levi tanpa melihat status sudah berani berlaku kasar kepadanya.

Sambil berjalan dia melirik ke arah belakang untuk melihat kembali ke arah pria itu berada.

Melihat pria itu sekarang sedang menunduk lemas kesakitan Gita tersenyum, dia menyukainya, dia suka melihat pria yang terlihat kuat itu menderita karena ulahnya.

“Rasakan,” katanya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status