Share

Mencari Restu Mertua

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-03-26 08:26:10

Alan menghela napas. Dirinya merasa tegang, karena harus mengunjungi orang tuanya. Bukan untuk meminta restu, tapi untuk memberitahu soal pernikahannya yang sudah terjadi.

"Bisa berhenti menghela napas? Jangan bawa sial." Gita menggerutu kesal dengan Alan yang sudah berulang kali menghela napas. Membuat sang suami hanya bisa minta maaf, karena merasa mengganggu.

Hari ini, seperti biasanya Alan menyopiri Gita. Bedanya, sekarang dia menggunakan mobil pribadi dan bukan mobil mewah yang biasa digunakan sang atasan. Semua ini atas permintaan mama mertuanya. Gita yang tidak pernah bisa membantah Julie mau tidak mau harus menurut.

Honda brio silver Alan berbelok masuk ke perumahan sedehana di daerah Bogor. Maybach milik Alex menyusul dibelakangnya. Untungnya Gill memilih menumpang di mobil ayahnya dan membiarkan Bentley kesayangannya di rumah, jika tidak iring-iringan kendaraan mereka akan terlihat timpang.

"Ini rumah orang tuamu?" Gita bertanya begitu keluar dari mobil, sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

Rumah satu lantai bercat cerah itu, terlihat sederhana. Tentu berbeda jauh dengan rumah Gita. Rumah yang dicicil Alan saja masih sedikit lebih luas. Padahal Alan sudah meminta orang tuanya untuk pindah ke rumah yang baru, tapi mereka menolak.

"Ya, ini memang rumah orang tua saya. Maaf kalau terlalu sederhana buat anda."

Gita melirik mobil ayahnya yang terparkir di belakang mobil suaminya. Ibunya sudah keluar dan berdiri di samping mobil, menunggu sang suami mematikan mesin mobil. Adik-adiknya berdiri di bagian belakang mobil, mengambil beberapa buah tangan untuk mertuanya. Itu membuat Gita merapat ke arah Alan agar ucapannya tidak didengar orang lain. Julie yang kebetulan melihat itu tersenyum senang karena dua orang itu akur.

“Perhatikan cara bicaramu. Ada keluargaku di belakang dan kita akan bertemu orang tuamu, akan aneh kalau kau terlalu formal,” desis Gita dengan kesal.

Alan mengangguk mengerti. "Akan sa ... Aku usahakan."

"Good. Untuk rumahnya memang kecil, tapi bagus kok. Adem." Gita tak segan memuji.

Alan melirik Gita dengan tatapan tidak percaya. Seorang Gita Bramantara memuji rumah kecil seperti punya orang tuanya. Itu luar biasa baginya.

"Kok malah berdiri saja sih di situ? Gak mau masuk emang?" Julie menegur putri dan menantunya.

"Iya, Bu ini mau masuk." Alan yang menjawab.

"Kok Bu sih Al? Kalau gak mau panggil Mom, panggil Mama dong." Julie kembali bersuara untuk melayangkan protes.

“Iya, Ma,” jawab Alan dengan canggung.

Baru juga Alan mau beranjak dari tempatnya untuk mengetuk pintu, pintu rumah yang dimaksud terbuka. Dari dalam, muncul seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih tua dari Julie dengan menggunakan daster.

"Bu." Alan berjalan mendekati wanita itu dan langsung mengecup pelan pipinya.

"Loh, Alan? Kok kamu pulang gak bilang-bilang sih?"

"Em, iya Bu. Memang agak sedikit tiba-tiba, soalnya ada yang mau saya kenalin ke Ibu."

Fika yang adalh ibu dari Alan, mengangkat kedua alisnya dengan bingung. Sang putra kemudian berbalik ke belakang dan menemukan Gita sudah berdiri di belakangnya dengan senyuman manis. Sangat manis dan cantik, bahkan dia sempat tidak berkedip.

"Perkenalkan Bu, nama saya Gita." Gita mengulurkan tangan sambil membungkuk sedikit dengan sopan. "Dan saya juga datang bersama keluarga saya." Gita memperkenalkan keluarganya secara singkat.

"Siapa anak cantik ini Al?" tanya Fika dengan tatapan penasaran. Apalagi Gita datang membawa keluarganya, pasti bukan gadis sembarangan untuk anaknya.

"Kita bicara di dalam saja ya Bu. Gak enak kan ngobrol diluar."

Fika yang baru menyadari itu, terburu-buru mengarahkan tamunya masuk ke rumah. Begitu masuk, langsung terlihat rak sepatu di sisi dekat pintu.

Sekitar lima langkah dari rak sepatu, ada ruang tamu merangkap ruang nonton. Terlihat seorang pria dengan kaos kutang dan celana pendek duduk menonton sambil mengipasi dirinya.

"Aduh Pak. Kok gayanya gitu sih? Buruan ganti baju." Perempuan paruh baya tadi memukul suaminya.

"Apa sih Bu? Orang lagi san ...." Kata-kata pria berkaos kutang itu, terhenti begitu melihat barisan tamu di belakang anaknya. “Kalau ada tamu bilang-bilang dong.,” lanjutnya dalam gerutuan, tapi langsung melangkahkan kaki ke kamar.

Setelah itu, barulah Gita menatap ke sekeliling. Jika dilihat sepintas, rumah itu memiliki tiga kamar tidur dengan desain minimalis. Ruang makan dan dapur menyatu di sisi kiri ruang tamu, dibatasi oleh counter pantry.

Tidak semewah rumah keluarga mereka, tapi Gita menyukai rumah itu. Terasa hangat dan nyaman, terasa sama seperti rumahnya sendiri.

"Duduk saja dulu ya. Biar saya siapin minuman dulu, sekalian ganti baju." Fika membuat Gita tersadar dari lamunannya.

"Gak usah repot-repot Mbak. Kami gak apa-apa kok." Julie yang bersuara, karena tidak ingin merepotkan besannya itu.

"Sudah sewajarnya kalau tamu datang disuguhi minuman. Sebentar saja kok."

Setelah berdebat sebentar, Julie akhirnya membiarkan Fika pergi ganti baju dan menyiapkan teh. Disaat bersamaan lelaki berkutang tadi keluar dari kamar dengan gaya lebih rapi dan memperkenalkan diri sebagai Anton. Gita dan keluarga pun berdiri dari duduknya, kala Alan memperkenalkan mereka dengan ayahnya.

"Kamu pulang-pulang bawa tamu kok gak bilang-bilang sih Al? Setidaknya Bapak bisa lebih rapi."

"Maaf Pak, soalnya ini sedikit diluar rencana." Anton hanya mengangguk pelan dan mencondongkan badan gempalnya ke arah Alan.

"Siapa? Pacarmu? Yang tempo hari kamu bawa bukan yang ini," Anton berbisik tepat di telinga Alan.

"Nanti saja Pak ya dijelasinnya, tunggu Ibu dulu."

"Yang mana calonmu? Yang galak rambut sebahu atau yang rambutnya lebih pendek disebelahnya?" Alan nyaris saja tertawa ketika mendengar ayahnya menyebut Gita galak, untungnya ibunya datang tepat waktu.

"Kebetulan saya tadi baru menyeduh teh." Fika berucap seraya berjongkok, agar lebih mudah membagikan cangkir. Dengan sigap Gita berdiri dan membantu mertuanya itu membagikan cangkir teh.

"Aduh, kok malah dibantuin. Kamu duduk saja Nak, kan kamu tamunya."

"Gak apa-apa kok Bu. Sudah sewajarnya." Gita memberikan senyuman terbaiknya dan tetap membantu sampai semua orang mendapatkan secangkir teh hangat.

Julie tersenyum melihat anaknya yang pengertian dan cekatan itu, sementara Alan terlihat sedikit terkejut. Dia baru pertama kali melihat sisi Gita yang perhatian seperti ini. Sungguh pemandangan yang langka.

"Jadi begini Bu, Pak. Kami semua datang ke sini untuk memperkenalkan diri, terutama pada anda berdua." Julie memulai acara ramah tamah dadakan ini.

"Mungkin ini sedikit terlambat, tapi biar kami memperkenalkan diri sekali lagi." Julie menyebut satu persatu nama anggota keluarganya, sengaja menyisakan Gita untuk yang terakhir.

"Dan ini anak sulung saya, namanya Gita. Sejak kemarin sudah sah menjadi istri Alan." Julie berbicara dengan sangat hati-hati, berusaha agar dua orang di depannya itu tidak merasa tersinggung.

"Maksudnya pacar?" tanya Fika.

"Atau tunangan mungkin?" Anton menambahkan mengingat anak muda zaman sekarang, langsung main lamar anak orang.

"Tidak Bu, Pak. Saya istrinya Alan." Gita menjawab dengan penuh keyakinan. Tak lupa ditambah dengan senyum mempesona yang sejak tadi ditunjukkannya.

Raut wajah Anton terlihat tidak senang. Di tatapnya anak sulungnya dengan tatapan bertanya, bahkan menuduh. Sekarang nyali Alan jadi sedikit menciut dihadapan ayahnya.

"Maaf Alan baru ngomong sekarang, tapi Gita memang istri Alan."

Tiba-tiba saja Anton berdiri dan menampar anaknya dengan keras. Membuat semua orang, bahkan Gita tersentak kaget.

"Sejak kapan Bapak pernah mengajari kamu jadi orang brengsek seperti ini?" Suara Anton terdengar seperti petir di siang bolong.

***To be continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
sabar pak, ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter 2

    “Siapa yang punya ide bodoh, untuk mengumpulkan anak-anak ini di sini?” Gita hanya bisa menghela napas, ketika mendengar adiknya mengeluh. Bagaimana tidak, sekarang rumah orang tua mereka tiba-tiba saja berubah menjadi taman bermain anak-anak. Bukan hanya ada anak-anak Gita dan saudara perempuannya, tapi ada juga anak-anak Eza di sana. Total, ada sembilan anak kecil yang sedang berteriak dan berlari di ruang tengah rumah besar itu. “Maaf.” Pada akhirnya, Gita yang mengatakan hal itu. “Aku tidak benar-benar berpikir kalau Eza akan benar-benar membawa semua anak-anaknya.” “Hei, kau mengundang semua anakku,” hardik Eza terlihat agak kesal. “Memangnya apa yang akan kau dapatkan, ketika mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak?” Gita kembali menghela napas karena mendengar pembelaan diri yang sangat benar itu. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuat acara besar untuk ulang tahun pertama putra keduanya. Rencananya hanya makan-makan bersama dengan keluarga besar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   Special Chapter

    “Wah, kau benar-benar luar biasa.” Eza baru membuka pintu rumahnya, dan sudah langsung disambut kalimat bernada ejekan dari sang sahabat. Gita Bramantara, baru saja tiba di depan pintu rumahnya. “Berhenti menatapku dengan pandangan mencemooh seperti itu sialan,” desis Eza merasa sangat kesal. “Tunggu saja giliranmu nanti, Ta.” “Maaf, tapi aku tidak ingin punya banyak anak.” Gita mengangkat kedua tangannya. “Lagi pula, akan sulit kalau aku tidak benar-benar berusaha.” Eza menghela napas mendengar apa yang dikatakan sahabatnya barusan. Dia sebenarnya masih ingin memprotes, tapi merasa tidak tega juga. Biar bagaimana, Gita memang agak kesulitan mendapat anak. “Bagaimana keadaan Teddy?” Pada akhirnya, Eza mengalihkan pembicaraan saja. Tentu setelah mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. “Dari pada menanyakan keadaan anakku yang sedang tertidur pulas, bagaimana kalau aku yang menanyakan keadaanmu saja? Apa kau baik-baik saja?” Eza meringis mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Titipan

    “Akhirnya kau bangun juga?” Dina mengembuskan napas lega begitu melihat Eza terbangun. Eza mengerjap beberpa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi. Syukurnya bahkan setelah Eza mengucek matanya, Dina masih terlihat. Ini bukan ilusi, tapi apakah ini mimpi lagi? “Dina? Apa yang kau lakukan di rumahku?” Eza bertanya dengan nada bingung. Eza makin terlihat bingung ketika menyadari Dina berada di kamar tidurnya dan Danny tidak terlihat dimana pun. Bagaimana Dina bisa tahu tentang rumah barunya? “Tenang saja, suamimu ada di lantai bawah. Dia tidak lari kok dan pernikahan kalian kemarin itu nyata.” Dina tersenyum melihat kebingungan di wajah saudara kembarnya itu. Eza yang tadinya masih berbaring, kini sudah duduk di pinggir ranjang dan meminta Dina duduk di sebelahnya. “Kenapa kemarin kau tidak hadir? Aku menunggumu loh.” Eza memprotes Dina yang tidak terlihat dimana-mana saat acaranya kemarin. “Kata siapa? Aku datang kok, kau saja yang tidak melihatku.” “Benar

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Satu Garis

    "Mary? Kok cemberut sih?" Danny sedang mencoba melihat wajah tunangannya itu. Sudah sejak kemarin malam Mary-nya cemberut. Dia selalu memalingkan wajah saat berbicara dengan Dann,dan hal itu membuat Danny jadi frustasi. Bahkan saat sedang berdua di dalam mobil seperti ini pun, Mary tetap memalingkan muka. Membuat Danny meminggirkan mobilnya. Sebenarnya Danny sudah bisa menebak apa yang membuat kekasihnya itu cemberut. Dia pastinya kecewa dengan keputusan semalam. Semua orang memaksanya untuk menikah dalam bulan ini juga. Alasan Attha memang cukup masuk akal dan Xavier juga sudah setuju dengan hal itu. Apalagi Danny yang sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan Mary sesuka hatinya. Tapi sepertinya Mary tidak terlalu setuju dengan hal itu. "Apa segitu tidak cintanya kau padaku sampai tidak mau cepat-cepat menikah denganku?" Danny mengeluh frustasi. Takut jika Mary meninggalkannya. Mendengar pertanyaan tunangannya, Eza refleks berbalik ke arah Danny. Keningnya berkerut, ti

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Persiapan Nikah

    Eza bersenandung riang di depan cermin. Dia sudah mengenakan bajunya dan makeup-nya juga sudah terasa sangat sempurna. Sekarang hanya tinggal menungggu anak-anak siap dan mereka akan berangkat ke acara peluncuran produk baru Mar. “Sudah siap, Za?” Fika muncul dari balik pintu. “Anak-anak sudah siap?” Eza balik bertanya. “Udah.” “Kalo gitu ayo pergi,” seru Eza tidak sabar. Eza tiba sedikit lebih awal dari waktu yang direncanankan. Kru Eza juga sudah lebih dulu sampai untuk menyiapkan beberapa hal. Dan tentu saja mereka semua disambut dengan baik. Apalagi karena Eza sudah dikenal oleh semua karyawan Mar. Pada awalanya semua berjalan norma saja. Tidak ada hal yang aneh dan kata-kata Gita kemarin malam tentang ‘lamaran’ juga tidak mempengaruhi Eza sama sekali. Eza sibuk berkeliling tempat acara untuk melakukan live. Tidak terlalu lama karena dia tidak mau meninggalkan anak-anak terlalu lama. Dia yang belum mau memperlihatkan wajah anak-anaknya di depan kamera, juga mendapat

  • My Boss, My Wife (Dari Atasan Jadi Istri)   S2-Will You Marry Me?

    “Bisa gak sih, jangan menghela napas terus? Bikin sial tahu gak,” Ian berseru kesal. Bagaimana tidak? Entah sudah berapa kali Danny bolak balik seperti setrikaan rusak sambil mendesah atau menghela napas. Itu benar-benar membuat Ian pusing. “Aku gugup.” Danny mengaku pada sahabatnya itu. “Lalu apa dengan kau menjadi gugup seperti ini masalahmu akan selesai?” Ian bertanya dengan gemas. “Tidak akan, Dan. Jadi berhentilah mondar-mandir seperti itu.” Danny akhirnya menuruti kata-kata Ian. Dia duduk di kursi kosong di sebelah Ian, tapi jelas masih merasa gugup. Danny makin gugup ketika pihak dari EO mengatakan acaranya sudah bisa dimulai. Intinya acara berjalan sesuai rencana. Pertama-tama Danny dan Ian menyapa beberapa tamu dan influencer, sebelum masuk ke acara utama. Termasuk Eza yang sedang live. Eza hari ini memilih memakai halter dress berwarna hijau zamrud dengan bahan brokat dan hanya menutupi setengah pahanya. Pilihan pakaian Eza jelas membuatnya terlihat makin cantik dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status