Happy reading ;)
-----------------------
Suasana malam yang begitu sunyi tak menyurutkan tawa diantara mereka. Setelah mengganti luka perban, Vin meminta Tara menemaninya saat senggang. Pria bersurai chestnut blonde itu tampak lebih santai dari sebelumnya. Tara bahkan lebih nyaman saat duduk berdua diatas bed berbagi cerita masa kuliah yang menyulitkan hidupnya."Aku bahkan sangat putus asa saat menjalani coass di rumah sakit, pada kenyataannya.. sekolah kedokteran seakan menjadikan ku siswa abadi," Tawa Tara menyeruak merdu di lorong pendengaran Vin. Tawa itu teramat indah hingga menampakkan lesung pipi yang menambah kesan manis pada wajah mungil yang wanita ini miliki. Vin tak menyadari jika Tara memiliki lesung pipi yang sempurna.
"Namun kau tahu, saat aku memberikan pertolongan pada pasien dan itu berhasil, aku bahkan seperti berubah menjadi Iron Man," Tara menepuk dada dan melebarkan kedua tangan berusaha memperlihatkan otot lengan dibalik jas putih ya
Happy reading ;)-------------------------Tara menggeleng tak percaya, ia bahkan melangkah perlahan hingga saat ini tengah berhadapan dengan pria yang tampak kalut oleh sesuatu yang sulit ia tebak.Tangan itu merangkak dengan getaran hebat untuk menemui jemari kokoh yang terus menutupi wajahnya, bersamaan dengan kakinya yang berlutut demi menatap manik cokelat Vin."Maafkan aku," bisik Tara lembut serupa gumaman yang menjerat lorong pendengarannya, kini jemari itu meregang oleh genggaman hangat yang wanita itu hantarkan.Sebisa mungkin Vin mengatur nafas yang terus menderu dan perlahan berangsur baik, rambatan hangat pada jemarinya mampu meruntuhkan ingatan keji itu, terlebih saat Tara berkata maaf atas kesalahan yang tak ia perbuat.Manik legam Tara seakan membawanya dari kelamnya ruangan yang selama bertahun-tahun ia tempati. Tidak, bahkan jeratan itu terlampau nyata untuk sekedar menolong tetapi ada rasa indah terselip disana.Wanita itu
Happy reading :)------------------"Aku merasa kacau saat kau menghindariku," manik Vin terus menjerat seakan tak ada lagi alasan bagi wanita itu untuk sekedar berpaling."Apa..itu sudah cukup membuktikan?" Kali ini rona merah di pipi Tara begitu menggemaskan."Membuktikan apa?" Manik itu mengerjap cepat, ia tak tahan akan letupan indah dalam dadanya."Mungkin...cinta?" Jawab Vin ragu dan berhasil membuat wanita itu mendelik sinis."Mungkin? Memang kau tak pernah jatuh cinta sebelumnya? Mustahil!" Tara segera beranjak merapikan rambut hingga pakaian yang ia kenakan. Bagaimana bisa pria itu tidak tahu perasaannya sendiri, menjengkelkan!"Kau merajuk?" Tanya Vin serupa ejekan."Tidak!" Sentaknya meninggi. Vin tak dapat menahan senyum, ini kali pertama ia mendapat rajukan kekesalan dari seorang wanita terlebih wanita itulah yang membuatnya tersiksa selama berminggu-minggu.Vin menarik lengan Tara secara paksa hingga wanita itu kemb
Happy reading ;)----------------"Mengapa mereka pergi?" Tara membawa peralatan medis ke arahnya lalu meraih kursi dan duduk didepan Vin."Lunch, maybe," Vin kemudian memposisikan diri dengan nyaman. Wanita itu membuka theater blouse hingga dada. Sial! Mengapa pria ini begitu sempurna.Tara menelan saliva kelat, ia merutuki diri dengan berbaik hati akan melepas drain itu sendiri hingga kembali dihadapkan dengan bagian tubuh pria itu yang menggetarkan sekaligus memberikan rambatan hangat dalam dirinya.Namun, disisi lain ia tak ingin berbagi keindahan ini dengan siapapun."Kau tak ingin membuka semua?" Tanya Vin dengan seringai."Yeah," jawabnya spontan. Walnut itu kian melebar saat Vin terkekeh geli."M-maksudku tidak!" Manik itu mengerjap menahan rasa malu. Sial! Mengapa hati pikiran dan mulutnya tak berkompromi."Kau bahkan belum mengatakan peristiwa ini," Tara mencoba mengalihkan perhatian, ia mengenakan handschoon dan meraih
Happy reading :)--------------Vin mengusap bibir bawah Tara dengan ibu jari. Seakan mengecam seluruh kalimat yang wanita itu utarakan hanya untuk dirinya. Dan ia telah membuka ruang terdalam untuk dimasuki wanita mungil itu, ia berjanji tak akan melepaskan Tara sedikitpun. Wanita ini telah menjadi miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya.Debaran halus kembali mengisi rongga dada, belaian lembut pada bibirnya membuat rasa panas menerpa wajah Tara dan ia yakin kini rona merah telah mewarnai pipinya. Usapan halus itu seakan membius dan mengambil seluruh raganya hingga tak bersisa.Ia bahkan tak menyangka akan hadir kembali dalam hidup seseorang setelah sekian lama kesakitan atas penghianatan Nick selalu menghantui langkahnya. Ia begitu takut dan pengecut kala langkahnya menggapai keindahan itu.Namun sekarang, langkah ini begitu cepat untuk melambung bersama bahagia didepan sana. Walaupun ia ragu, tetapi hatinya telah mantap mengisi kembali ruang terd
Happy reading ;) --------------- Walnut Tara pun ikut menajam saat pria yang tak lain adalah Nick Scotti berada didepan kamar Vin. "Tara, aku butuh bantuanmu!" Nick berjalan cepat menghampiri wanita itu yang mendelik sebal. "I'm so sorry, aku tak akan mencarimu jika tak terdesak. This is about my patient!" Nick meraih jemari Tara, namun Vin menariknya cepat hingga genggaman itu terlepas spontan. "Jangan menyentuhnya, jika kau tak ingin kehilangan tanganmu." Nick menghela nafas merentangkan kedua tangan. "Aku segera kembali," Tara tersenyum hangat meraih rahang prianya yang mengeras, dan menanamkan kecupan singkat di bibir Vin lalu berjalan mengikuti Nick. Matt terkekeh geli, Vin benar benar seperti anak remaja jatuh cinta. Pria itu benar benar tak waras. Sedangkan Fyodor tercengang untuk ke sekian kalinya, bagaimana bisa boss Mafia kejam itu berlagak seperti Romeo. "Sepertinya kau benar-benar mencintainya.
Happy reading ;)--------------------Satu minggu berlalu, keadaan Vin telah membaik. Sejujurnya ia sudah merasa baikan dari empat hari yang lalu, namun Tara ingin memastikan semuanya telah kembali pulih, wanita itu yakin sepulang dari perawatan nanti, prianya akan kembali bergelut dengan aktivitas berat.Terkadang Vin merasa geli saat ia tak dapat menyangkal apapun yang Tara ucapkan bahkan ia menuruti kemauan wanitanya daripada harus meluluhkan rajukan manja yang sulit reda.Wanita itu tak segan segan mengekspresikan perasaannya pada Vin seakan pria itu adalah tempatnya untuk pulang dan mencurah. Vin justru bahagia melihat sikap asli wanitanya yang menggemaskan. Ia masih merasa mimpi saat hidupnya berwarna oleh hadirnya wanita riang dan lembut seperti Tara."Kau ingat, kau harus istirahat hingga benar-benar pulih." Mungkin ini adalah kalimat ke seribu yang Vin dengar, keseribu pula Vin menjawabnya dengan kekehan kecil.Wanita itu membantu Vin men
Happy reading ;)------------------"Wanita itu ada di markas." Fyodor membuka pintu mobil Audi R8 hitam untuk sang boss.Sepulang dari perawatan, Vin memutuskan mendatangi markas besar di New York, ia tahu jika wanita itu mendatangi markas, ada masalah besar yang mengganggunya.Ia telah mengetahui banyak pergerakan wanita itu selama di New York, yang ia tak tahu adalah rencana Loginova dengan mengirimnya untuk mengawal CEO besar Citi Group yang terkenal brengsek. (Ada di novel My Wife is Bodyguard).Dan tak mungkin Loginova tidak mengetahui keberadaan keluarga Cloves di negara ini. Lalu dengan segala kemampuan yang wanita itu miliki, mustahil rasanya jika ia tak becus mengurus keluarga tikus seperti Cloves. Lalu, apa yang membuatnya mendatangi markas?Vin menghela nafas kasar kemudian meraih iPad untuk memantau perkembangan perusahaan Lukoil di Republik Ceko. Pasalnya ia telah membuat pusat layanan bersama di Republik Ceko untuk memberikan
Happy reading ;)-----------------Walnut itu kembali terpejam, ia pikir kedatangan Vin secara tiba-tiba seperti ini hanyalah sebuah mimpi. Bukankah pria itu akan menghubunginya, tidak mungkin tiba-tiba datang menjemput mengingat kesibukan yang pria itu hadapi.Kening Vin mengerut dalam, benarkah wanita itu tertidur lagi? Senyum pria itu mengembang sebelum akhirnya duduk menghadap Tara. Vin melipat kedua tangan di dada, memperhatikan walnut legam itu terpejam damai, ada rasa kelegaan bercampur kebahagiaan dengan hanya menatap seperti ini.Namun, akan ada waktu dimana wanita itu mengetahui segala bisnis underground yang ia lakukan hingga sekarang. Lalu apa yang akan ia terima nanti? Mungkin akan lebih baik jika tamparan keras atau semacam pukulan yang Tara berikan padanya daripada harus tersiksa dengan kehilangan wanita itu.Vin mengulurkan jemari hingga membelai surai lembut Tara yang memanjakan telapak tangannya, seolah menyuarakan maaf dari apa