Share

Chapter 14: Post-op

Happy reading ;)

-------------------

"Ada yang mengetahui tentang misi kita Sir," Fyodor akhirnya mendatangi Vin di rumah sakit, setelah menemukan seluruh bukti mengenai dua orang penghianat yang bersekutu dengan mafia Checnya.

"Apa kau telah membunuhnya sesuai dengan yang ku inginkan?"

"Ya, gospodin."

Vin menyandarkan punggung pada head bed, jemari kokoh itu terus menggulir cursor laptop yang berada dalam pangkuannya. Rasa sakit pada luka post operasi tak menghalangi ia untuk menyaksikan dua orang penghianat tengah disiksa secara brutal oleh anak buahnya. Disamping itu, ia membagi konsentrasi pada beberapa dokumen perkembangan penjualan uranium pekan lalu.

"Ketua CCJ Cameco Corp, Mr Arnoldus. Menyewa anggota Mafia Checnya untuk membunuhmu, Gospodin," pria bersurai Cinnamon Brown itu berdiri disamping Vin. Kulit putih yang ia milik sangat kontras dengan baju ungu yang tampak santai. Pasalnya Vin menyuruh Fyodor untuk mengganti gaya casual selama berada di Los Angeles. Ia tak ingin siapapun tahu mengenai status mereka yang sebenarnya.

"But, aku menyukai penampilan mu yang seperti ini, Fyodor." Matt tertawa geli dan mengangkat kaos purple pria itu hingga dada. Karena dimatanya, Fyodor tampak seperti boyband Korea Selatan.

'Shit!' Kesal Fyodor yang hanya dapat menggerutu dalam hati.

"Kau jangan kaku seperti ini, kau akan dicurigai." Matt menatap serius kali ini dan tersenyum kearah Vin yang hanya melirik sesaat.

"Ya benar, bersantailah." Vin membenarkan perkataan Matt, namun manik cokelat itu terus menajam pada video CCTV yang telah diretas sempurna oleh Fyodor, dalam video itu terlihat jelas saat ketua CCJ Cameco Corp mendatangi boss Mafia Checnya, Ramzan Kadyrov dan memberikan dua koper berisikan uang sebagai upah untuk meminta beberapa anggota mereka dalam menjalankan misinya, yaitu membunuh Vin di Los Angeles. Jemari kokoh itu terkepal erat hingga buku buku tersebut kian memutih seiring deru nafas memburu ditengah emosi yang berusaha ia redam.

"Siapa yang menyuruhmu memilih warna purple?" Vin melirik dan benar-benar memindai penampilan Fyodor dari ujung rambut hingga kaki. Ia mengalihkan perhatian agar melupakan kekesalan itu walau sesaat.

"Em.. this is my choice Sir," Fyodor menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Matt tertawa lebih keras dan mencoba menggoda Fyodor dengan sesekali mencubit pipinya yang putih alami.

"Astaga! Kau begitu menggemaskan," Matt terus tertawa dan tak berhenti menggoda hingga memeluk Fyodor dari arah belakang. Namun, seketika tawa itu terhenti saat pintu kamar Vin terbuka dan menampilkan dua wanita dengan pakaian jas dokter, ia tampak membawa sebuah trolly berisikan satu set peralatan luka dan kassa steril yang terpisah.

"Opss.. apa, aku mengganggu.. kemesraan kalian?" Tara melirik Gabriella sesaat, tak enak hati ketika menemukan dua pria tengah berpelukan.

"Ini tak seperti yang kalian pikirkan nona," Matt melepas pelukannya dari Fyodor dan menghela nafas panjang, mengusap jas silver tersebut dengan perlahan. Sedangkan Vin melipat bibirnya ke dalam menahan tawa.

"Sepertinya kau akan melakukan sesuatu Tara, aku dan Fyodor akan pergi ke caffe." Matt merangkul Fyodor membawa nya keluar. Namun pria bersurai Cinnamon Brown itu menahan Matt lalu menunduk hormat pada Vin. Kedua pria itu melirik Fyodor bersamaan dengan segudang cacian yang telah siap mereka keluarkan. Sayangnya Fyodor baru mengerti arti dari tatapan mereka, ia segera berhambur memeluk dan berakhir merangkul Vin.

"Kami akan pergi dahulu, kau ingin sesuatu? Katakanlah.." senyum Fyodor terlihat riang ditengah kebingungan dan kegugupan karena telah berani bersikap seperti ini pada bossnya.

Vin membalas rangkulan pria berkulit putih itu dan meremas keras bahu tersebut.

"Aku harap ini terakhir kali kau berbuat kurang ajar padaku." bisik Vin tersenyum dan menatapnya tajam sebelum melepas remasan keras itu pada bahu Fyodor.

"Baik, aku akan memesankannya untukmu..ada lagi?" Fyodor berusaha tetap tenang dengan memamerkan senyum lebar menjalankan drama yang ia tahu akan berakibat fatal untuk dirinya sendiri.

"Kau akan tahu setelah kembali ke ruangan ini," bisik Vin kemudian. Fyodor tersenyum lebih lebar menutupi ketakutan terhadap ancaman yang diberikan Vin. Sedangkan Matt terkekeh pelan melempar pandangan kearah kaca jendela kiri lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan.

"Ah baiklah, jika begitu aku akan pergi dengan si brengsek Matt untuk memesan makanan yang kau sukai" pria itu merangkul Matt berjalan kearah luar melewati Tara dan Gabriella yang tampak bingung dengan situasi aneh saat ini.

"Apa ini termasuk drama yang kau mainkan?" Matt menatap lekat pria disampingnya.

"Ya, anggap saja seperti itu.. maafkan aku," Matt menggeleng pelan dan melepas rangkulan tersebut saat sudah jauh dari ruangan Vin.

"Tara, maafkan aku.. aku harus menjemput ibuku.. siang ini ada jadwal treadmill." Tara mengangguk dan beralih menatap Vin dengan ragu. Ia membawa trolly tersebut mendekat agar memudahkan ia dalam melakukan tindakan. Vin menutup laptopnya perlahan lalu memposisikan dirinya se relax mungkin.

"Sebaiknya kau beristirahat dengan cukup, urusan pekerjaan kau alihkan sementara pada sekretarismu," Tara meraih lembaran demi lembaran kertas yang tercecer diatas bed. Vin tersenyum lembut mendengar perhatian kecil dari wanita bersurai hitam ini.

"Apa kau sudah relax?" Tara duduk di kursi menghadap Vin tepat pada bagian abdomen (perut).

"Ya," Vin membuka theater blues yang ia kenakan, Tara menelan saliva kelat saat manik legam itu tertuju pada perut sixpack yang menawan dari seorang Vin. Ia bahkan dapat merasakan bagaimana keras dan kokoh nya otot itu hanya dengan melihat seperti ini. Bahkan saat lengan theater blues itu jatuh dari tubuh Vin ia seakan melihat gerakan slow motion dengan gaya yang cool sekaligus mendebarkan. Vin tersenyum simpul menatap manik legam Tara yang tak berkedip sedikit pun padanya.

Tara menggeleng cepat dan meraih balutan perban yang melilit luka pada tubuhnya.

"Ini akan sedikit sakit, kau dapat menghilangkan nya dengan melakukan take a deep breath,"

"Aku bisa menahannya, tak perlu khawatir."

Tara membuang perban itu pada tempat sampah infeksius, ia mulai menuangkan natrium klorida pada kom kecil dan betadine pada kom satunya lagi.

"Bagaimana bisa kau terkena tembakan seperti ini?" Tara membuka alat luka steril dan menaruh kasa didalamnya.

"Hanya kesalah pahaman biasa," Vin menatap jemari lentik Tara yang mulai membuka kassa pada area luka post operasi.

"Kau bahkan menggunakan anti peluru ditubuhmu, bagaimana bisa dikatakan kesalah pahaman?" Tara membuang kasa tersebut dan meraih kassa steril yang telah direndam oleh natrium klorida menggunakan pinset anatomis dan pinset sirugis.

"Ssshh aww," Vin merasakan perih saat kassa tersebut mulai membersihkan area sisi luka dan berganti ke area dalam luka.

"Maafkan aku," Tara meregangkan kassa itu sesaat memberi waktu pada Vin untuk mengurangi rasa perih.

"Oke tak apa," Vin menggigit bibirnya berusaha menahan rasa perih yang tercipta pada luka jahitannya. Tara terkekeh pelan melihat wajah pria bermanik cokelat itu tampak berusaha tegar ditengah rasa sakit pada setiap sentuhan kassa yang ia torehkan.

"Kau tertawa?" Manik cokelat itu melirik sinis.

"Tidak," Namun, Tara justru tak dapat menahan tawa nya yang kian melebar memperlihatkan gigi putihnya yang rapi.

"Maafkan aku, ku pikir kau mampu menahannya." Tara kembali membersihkan luka itu lalu mengoleskan betadine sebelum menutup nya dengan kassa. Vin hanya tersenyum menanggapi perkataan Tara yang terang terangan mengejeknya. Ia merutuki kebodohan dan kelemahan saat berhadapan dengan wanita bermanik legam ini.

"Berhentilah menertawakan ku," kali ini Vin tampak malu hingga membuang wajah ke arah lain.

"Kau malu?"

"Tidak"

"Kau malu!"

"Akuu bilang tidak." Tara melipat bibirnya lalu meraih michropore untuk merekatkan kassa pada kulit perut agar luka tidak terbuka.

"Done," ia merapikan alat alat tersebut lalu menaruhnya diatas trolly dan  mencuci tangan dengan alkohol sebelum membantu Vin mengenakan theater blousenya.

***

-To Be Continued-

Hallo readers :)

Thank you udah baca sampai chapter ini ;)

Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard {On Going}

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elsa Slim
wow sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status