Selly kembali tertegun ketika dengan gesit Anggara membukakan pintu mobil untuknya selepas ia menaikkan Felicia ke mobil bagian belakang. Mata mereka kembali bertemu, membuat Selly kembali merasa sedikit kikuk dan aneh. Ada apa dengan suaminya ini? Namun, Selly tidak sempat bertanya-tanya lagi karena ia buru-buru naik sebelum Anggara menyadari Selly tengah memperhatikannya.
Anggara menutup pintu mobilnya, lalu bergegas melangkah ke sisi lain mobil, meninggalkan Selly yang masih tertegun dengan jantung berdegub kencang itu. Ia kemudian masuk dan duduk di balik kemudi, mengenakan seat belt-nya dan bergegas menghidupkan mesin mobil.
“Pa, minggu depan jalan-jalan yuk, papa libur kan?” tanya Felicia penuh semangat, kebahagiaan itu belum luntur dari wajah cantik Felicia.
“Nggak janji ya, memang Felis mau kemana?” Anggara melirik sekilas dari spion mobil, kemudian kembali fokus dengan jalanan yang ada di depannya.
“Ke Omah Kelinci, seru kata teman Felis tadi
Anggara tersenyum ketika mendapati sang isteri sudah terlelap, ia menyudahi aktivitas memijit pelipis Selly, mengelus lembut pipi itu dan mengecup bibir itu perlahan dan cepat. Melihat betapa damai Selly terlelap membuat hati Anggara begitu bahagia.Anggara membetulkan letak selimut Selly, kemudian bangkit dan melangkah ke kamar mandi. Ia malah belum membersihkan dirinya sendiri sepulang dari jalan-jalan tadi, bukan? Jadi saatnya Anggara membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan piyama.Melihat baju Selly yang teronggok di keranjang pakaian kotor membuat bayangan tadi kembali berkelebat dalam benak Anggara. Saat dimana Selly melucuti pakaiannya sendiri di hadapannya dan pasrah ketika Anggara menyentuh inci tiap inci tubuh itu.Benar-benar moment yang begitu indah dan manis untuk Anggara hari ini. Gelayar itu kembali Anggara rasakan, ingin rasanya ia memulai kembali mengulang momen tadi. Menyatukan tubuhnya dengan Selly dan mendaki kenikmatan demi kenikma
Anggara bahkan belum turun dari mobilnya, belum mematikan mesin mobilnya dan gadis itu sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang begitu gembira. Anggara tersenyum, tentu Felicia sangat antusias, hari ini Selly sudah ada janji hendak bertemu dengan Dokter Anton, dan Felicia ingin ikut, bukan?Setelah beres parkir, Anggara bergegas turun disambut dengan celotehan gadis kecilnya itu yang nampak sangat sudah tidak sabar lagi."Papa kenapa baru pulang, ayo katanya mau ngintip adiknya Felis!""Kan memang biasanya pulang jam segini, Sayang. Sudah nggak sabar ya?" Anggara tersenyum begitu manis, ia begitu bahagia melihat raut wajah bahagia putri sulungnya itu."Felis pengen cepet-cepet lihat adik, Pa!" guman gadis itu sambil terus mengikuti langkah Anggara masuk ke dalam rumah."Oke, papa mandi dulu dan kita segera berangkat!" Anggara mengacungkan jempolnya, lantas mengedarkan pandangan ke sekeliling, "Mana mama?""Di ruang makan, mama lagi mak
"Mampir jalan-jalan dulu, mau?" tawar Anggara ketika ia sudah menghidupkan mesin mobil dan hendak membawa mobil itu pergi dari depan klinik dokter Anton."Boleh, ayo nge-mall lagi, Pa!" ajak Felicia penuh semangat."Ngemall terus, papa mau ajak kalian makan malam di luar nih," Anggara melirik gemas ke arah gadis kecilnya itu, ada sebuah resto yang cukup asik untuk makan malam keluarga, dan Anggara ingin membawa mereka kesana."Kan bisa di mall," guman Felicia mencoba nego."Tapi lebih seru kalau makan di gubuk yang bawahnya ada banyak ikannya, betul nggak, Ma?" Anggara melirik Selly sekilas, hanya sekilas karena ia harus kembali fokus pada jalanan di depannya.Ma?Ah ... Panggilan itu sontak membuat wajah Selly memerah, kenapa manis sekali kalau Anggara yang memanggilnya dengan sebutan itu? Selly menoleh, menatap Anggara yang begitu tenang di balik kemudinya, wajah yang begitu tenang dan mengusik hati Selly."Ah ... Iya, kita kesana s
CUPAnggara mendaratkan kecupan itu di kening Selly. Sudah beberapa hari ini ritual wajib itu selalu Anggara lakukan setiap ia hendak pergi bekerja. Tidak ada protes, penolakan maupun larangan yang keluar dari mulut Selly, bahkan ia hanya tersenyum simpul kemudian melambaikan tangan ketika Anggara dan Felicia masuk ke dalam mobil.Ya ... semua kerja keras Anggara tampaknya sudah menampakkan hasil, meskipun ia masih harus tidur di ruang tidur untuk tamu, tetapi Selly sudah tidak lagi membatasi diri. Mereka sudah lebih dekat, saran Kevin untuk sering memuka percakapan dan obrolan dari hati ke hati dengan sosok itu memberi banyak sekali perubahan signifikan dalam hubungan pernikahan mereka.“Pa, mama itu ulang tahun tanggal berapa sih?” tanya Felicia ketika Anggara mulai membawa mobilnya membelah jalanan yang padat itu.SKAKMATAnggara sontak garuk-garuk kepala, kapan ya isterinya itu ulang tahun? Suami macam apa dia ini? Ia kemudian hanya
Selly memekik keras ketika Anggara pagi itu berhasil membawanya terbang tinggi di puncak kenikmatan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar hebat, ia bahkan bisa merasakan cairan hangat itu keluar dari area sensitifnya. Belum beres Selly menormalkan nafasnya, kembali Anggara memacu tubuhnya yang bersimbah peluh dengan sedikit cepat.Anggara sedang berusaha menggapai puncaknya sendiri, desahannya terdengar begitu indah di telinga Selly, membuat Selly kemudian ikut mendesah karena kembali nikmat luar biasa itu ia rasakan.Anggara mencengkeram rambutnya yang terurai di atas bantal, mencengkeram kuat-kuat rambut Selly sambil mengerang dan memejamkan mata, cengkeraman itu begitu kuat, tapi anehnya Selly sama sekali tidak merasakan sakit. Bahkan ia ikut mengerang ketika Anggara makin mempercepat ritmenya. Ia sudah hampir sampai! Tubuhnya bergetar hebat, desahan itu berubah menjadi erangan nikmat dan beberapa detik kemudian, erangan itu berubah menjadi pekikan panjang.&ldq
“APA?”Selly terkejut setengah mati, papanya sudah menunggu di ruang tamu? Dia ada di ruang tamu mereka? Jadi ....Anggara dan Selly saling pandang sejenak, kemudian Anggara bergegas menyambar setelan scrub dan segala macam pritilannya. Selly sontak meraih karet rambut, mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi dan segera memakai kembali bajunya. Astaga, kenapa papanya itu bisa tiba-tiba muncul di rumah mereka sih? Lantas apa yang nanti akan Selly dan Anggara katakan?Anggara sudah lebih dulu berpakaian, meraih kunci mobil, handphone dan dompetnya yang tadi tertinggal, sebelum keluar ia masih sempat-sempatnya mengecup kening sang isteri, sebuah tindakan yang sontak mendapat gebukan gemas di punggungnya.Selly mencebik kesal, ia masih merapikan diri sementara sang suami sudah lebih dulu melesat keluar. Kini ia sudah kembali berpakaian, meskipun wajahnya masih tampak acak-acakan, ia kemudian menyusul Anggara menemui sang papa. Mau bagaimana lagi?
Selly masih bersandar manja di bahu sang papa ketika kemudian Bambang kembali nyeletuk mengerjai anak gadis satu-satunya itu. "Cucu papa baik-baik saja kan?" tanya Bambang sambil mengulum senyum. "Baik kok, Pa. Kan Papa bisa lihat sendiri semua baik-baik saja," jawab Selly yang belum berniat bangun dari pelukan sang papa. "Ya takutnya tadi bapaknya bablas main kasar, kan kalau udah keenakan gitu kadang lupa," senyum jahil mengembang di wajah Bambang, ia memang sangat suka menggoda anak perempuannya ini. "Papa!" Selly mencebik, melepaskan diri dari pelukan Bambang sambil mengerucutkan bibirnya, wajah Selly kembali merah padam. Tawa Bambang sontak pecah, dapat ia lihat wajah itu begitu menggemaskan. Ia kembali menarik dan menjatuhkan Selly dalam pelukannya. Tangannya mengelus lembut kepala Selly, rasanya begitu bahagia melihat sang putri dalam kondisi baik-baik saja. "Eh ...," guman Bambang yang sontak mendapat ide menjahili sang Puteri
"Scalpel, please!"Ini adalah operasi pertama hari ini dan Anggara begitu menikmatinya. Hatinya tengah berbunga-bunga bahagia, membuat beberapa perawat OK, koas dan residen yang ikut dalam operasi ini saling pandang karena heran dengan dokter satu itu.Kemana garangnya? Judes bin jutek yang biasa tukang bedah itu tampakkan? Kenapa hari ini dia begitu lain? Ada apa dengan dirinya? Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada dokter bedah itu, tapi jujur itu sangat menyenangkan untuk mereka.Operasi yang biasanya horor dan mencekam, jadi begitu santai dan menyenangkan. Ah ... itu seperti berkah tersendiri bagi mereka penghuni OK.Meskipun tertutup masker, namun para perawat bisa tahu bahwa dari sorot mata itu, sosok dokter bedah itu sedang dalam suasana hati yang sangat baik. Sorot mata yang biasanya tajam dan begitu dingin nampak lembut dan berbinar cerah."Hold!"Titah sosok itu tegas dan mantab, tanpa nada jutek dan dingin.Dengan seger