CUP
Anggara mendaratkan kecupan itu di kening Selly. Sudah beberapa hari ini ritual wajib itu selalu Anggara lakukan setiap ia hendak pergi bekerja. Tidak ada protes, penolakan maupun larangan yang keluar dari mulut Selly, bahkan ia hanya tersenyum simpul kemudian melambaikan tangan ketika Anggara dan Felicia masuk ke dalam mobil.
Ya ... semua kerja keras Anggara tampaknya sudah menampakkan hasil, meskipun ia masih harus tidur di ruang tidur untuk tamu, tetapi Selly sudah tidak lagi membatasi diri. Mereka sudah lebih dekat, saran Kevin untuk sering memuka percakapan dan obrolan dari hati ke hati dengan sosok itu memberi banyak sekali perubahan signifikan dalam hubungan pernikahan mereka.
“Pa, mama itu ulang tahun tanggal berapa sih?” tanya Felicia ketika Anggara mulai membawa mobilnya membelah jalanan yang padat itu.
SKAKMAT
Anggara sontak garuk-garuk kepala, kapan ya isterinya itu ulang tahun? Suami macam apa dia ini? Ia kemudian hanya
Selly memekik keras ketika Anggara pagi itu berhasil membawanya terbang tinggi di puncak kenikmatan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar hebat, ia bahkan bisa merasakan cairan hangat itu keluar dari area sensitifnya. Belum beres Selly menormalkan nafasnya, kembali Anggara memacu tubuhnya yang bersimbah peluh dengan sedikit cepat.Anggara sedang berusaha menggapai puncaknya sendiri, desahannya terdengar begitu indah di telinga Selly, membuat Selly kemudian ikut mendesah karena kembali nikmat luar biasa itu ia rasakan.Anggara mencengkeram rambutnya yang terurai di atas bantal, mencengkeram kuat-kuat rambut Selly sambil mengerang dan memejamkan mata, cengkeraman itu begitu kuat, tapi anehnya Selly sama sekali tidak merasakan sakit. Bahkan ia ikut mengerang ketika Anggara makin mempercepat ritmenya. Ia sudah hampir sampai! Tubuhnya bergetar hebat, desahan itu berubah menjadi erangan nikmat dan beberapa detik kemudian, erangan itu berubah menjadi pekikan panjang.&ldq
“APA?”Selly terkejut setengah mati, papanya sudah menunggu di ruang tamu? Dia ada di ruang tamu mereka? Jadi ....Anggara dan Selly saling pandang sejenak, kemudian Anggara bergegas menyambar setelan scrub dan segala macam pritilannya. Selly sontak meraih karet rambut, mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi dan segera memakai kembali bajunya. Astaga, kenapa papanya itu bisa tiba-tiba muncul di rumah mereka sih? Lantas apa yang nanti akan Selly dan Anggara katakan?Anggara sudah lebih dulu berpakaian, meraih kunci mobil, handphone dan dompetnya yang tadi tertinggal, sebelum keluar ia masih sempat-sempatnya mengecup kening sang isteri, sebuah tindakan yang sontak mendapat gebukan gemas di punggungnya.Selly mencebik kesal, ia masih merapikan diri sementara sang suami sudah lebih dulu melesat keluar. Kini ia sudah kembali berpakaian, meskipun wajahnya masih tampak acak-acakan, ia kemudian menyusul Anggara menemui sang papa. Mau bagaimana lagi?
Selly masih bersandar manja di bahu sang papa ketika kemudian Bambang kembali nyeletuk mengerjai anak gadis satu-satunya itu. "Cucu papa baik-baik saja kan?" tanya Bambang sambil mengulum senyum. "Baik kok, Pa. Kan Papa bisa lihat sendiri semua baik-baik saja," jawab Selly yang belum berniat bangun dari pelukan sang papa. "Ya takutnya tadi bapaknya bablas main kasar, kan kalau udah keenakan gitu kadang lupa," senyum jahil mengembang di wajah Bambang, ia memang sangat suka menggoda anak perempuannya ini. "Papa!" Selly mencebik, melepaskan diri dari pelukan Bambang sambil mengerucutkan bibirnya, wajah Selly kembali merah padam. Tawa Bambang sontak pecah, dapat ia lihat wajah itu begitu menggemaskan. Ia kembali menarik dan menjatuhkan Selly dalam pelukannya. Tangannya mengelus lembut kepala Selly, rasanya begitu bahagia melihat sang putri dalam kondisi baik-baik saja. "Eh ...," guman Bambang yang sontak mendapat ide menjahili sang Puteri
"Scalpel, please!"Ini adalah operasi pertama hari ini dan Anggara begitu menikmatinya. Hatinya tengah berbunga-bunga bahagia, membuat beberapa perawat OK, koas dan residen yang ikut dalam operasi ini saling pandang karena heran dengan dokter satu itu.Kemana garangnya? Judes bin jutek yang biasa tukang bedah itu tampakkan? Kenapa hari ini dia begitu lain? Ada apa dengan dirinya? Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada dokter bedah itu, tapi jujur itu sangat menyenangkan untuk mereka.Operasi yang biasanya horor dan mencekam, jadi begitu santai dan menyenangkan. Ah ... itu seperti berkah tersendiri bagi mereka penghuni OK.Meskipun tertutup masker, namun para perawat bisa tahu bahwa dari sorot mata itu, sosok dokter bedah itu sedang dalam suasana hati yang sangat baik. Sorot mata yang biasanya tajam dan begitu dingin nampak lembut dan berbinar cerah."Hold!"Titah sosok itu tegas dan mantab, tanpa nada jutek dan dingin.Dengan seger
Anggara tersenyum, ia meletakkan ponselnya dan sedikit flashback membayangkan betapa indah dan manis pagi harinya tadi. Sungguh rasanya Anggara ingin cepat-cepat pulang. Kembali memeluk sosok itu dan kalau bisa ...."Ang!"Anggara tersentak, ia menoleh dan mendapati Alfred sudah duduk di sebelahnya."Yang lain mana? Kenapa cuma kamu yang datang?" Anggara tampak mengedarkan pandangan mencari siapa-siapa saja yang tadi bergabung dengan dirinya di meja operasi."Baru beberes mereka, lagian ada acara apaan sih? Tumben?" Alfred masih berusaha mengorek informasi perihal apa yang membuat sejawatnya ini tampak begitu lain hari ini."Ya nggak apa-apa sih, pengen traktir anak-anak aja," Anggara tersenyum, cukup dia dan Selly yang tahu tentang betapa indah dan panas pagi mereka tadi. Eh ... bukan hanya mereka doang, sih. Papa mertua Anggara juga tahu kok, apes!"Bini udah isi? Jadi syukuran gitu ceritanya?" kejar Alfred yang tidak semudah itu percaya d
Anggara melongo melihat betapa panjang antrian itu. Ini serius orang segini banyak antri mau beli The BTS Meal? Pantas koasnya tadi tampak terburu-buru, jadi karena ini? Anggara memutuskan bersandar sejenak di joknya. Ia lebih memilih untuk drive thru saja daripada harus turun dan berdesak-desakan.Ia tersenyum kecut melihat membludaknya antrian itu. Sungguh antuasiasme dan fanatisme warga Indonesia itu benar-benar luar biasa. Mau berapa jam nanti Anggara stand by menunggu di sini? Rasanya satu jam dua jam tidak kah cukup!Semua demi Selly, Anggara lakukan ini semua demi sang isteri tercinta. Kalau tidak, mana mau dia berdesakan dengan entah berapa ratus orang yang memadati restoran cepat saji itu. Ah ... berapa ribu sih itu fans boyband satu itu? Ribuan pasti ya? Ahh ... kepala Anggara mendadak pusing!Tidak!Tapi dia harus tetap di sini, pulang dengan membawa 'The BTS Meal' untuk isteri tercinta. Siapa tau nanti dia dapat jatah lagi, bukan? Seketika sak
"Nih, dijual di ecommers seharga 43 USD bungkus makanan ini." Anggara menyodorkan ponselnya, memperlihatkan postingan seseorang yang mencapture penawaran di salah satu ecommers yang menjual bungkus makanan spesial, yang sukses diburu para Army hari ini. Selly yang tengah menikmati chicken nugget dengan saus capjun itu sontak melonggok dan menatap postingan yang Anggara perlihatkan. Matanya terbelalak kaget, semahal itu bungkus makanan ini dijual? Bukan main! "Astaga, ini ada yang beli?" tanya Selly tidak percaya. "Noh, udah 37 pieces sukses terjual." Selly menelan nugget yang memenuhi mulutnya dengan susah payah, ia memang suka drakor, boyband Korea, tetapi dia tidak sefanatik dan segila itu terlalu ngefans dengan sesuatu, semua biasa saja, tidak terlalu berlebihan. Dan membeli bungkus kosong makanan seharga itu? Bagi Selly sih terlalu berlebihan, tapi entah untuk yang lain. Anggara tersenyum, ia begitu menikmati malam ini. Duduk di so
Anggara menggeliat, ia sedikit terkejut dengan sosok yang masih meringkuk dalam pelukannya itu. Ia baru ingat bahwa mulai kemarin malam, Selly sudah merubuhkan sekat di antara mereka bedua. Tidak ada lagi tidur terpisah, mereka sudah tidur satu kamar dan itu membuat pagi Anggara jadi benar-benar berwarna. Anggara tersenyum, dielusnya lembut pipi putih nan kenyal milik Selly, kenapa dia begitu menggemaskan sekali ketika tertidur seperti ini? Selly menipuk tangan Anggara tanpa membuka matanya, matanya masih sangat lengket dan Anggara sudah begitu rese mengganggu tidurnya. Ah ... tidur berbagi kamar dan kasur itu memang terkadang menyebalkan. Contohnya seperti ini, ia sedang enak-enak tidur ada saja tangan usil yang menganggunya. Anggara terkekeh, ia melirik jam. Ah ... masih ada banyak waktu untuknya sekedar bermain-main dengan sang isteri pagi ini. Entah mengapa, pagi bagi Anggara merupakan waktu yang begitu tepat dan pas untuknya meneguk kenikmatan itu. Ya walaupun k