Cheryl sengaja langsung menemui Dave setelah menyuruh pengacaranya menyelidiki sampai di mana kasus Dave dan ditahan di mana. Di kantor tahanan sementara, Cheryl menemui Dave seorang diri karena tak ingin pembicaraannya didengar oleh siapa pun, bahkan oleh pengacaranya sendiri sekalipun.Saat Dave digiring ke ruangan khusus untuk menemui pengunjung, mata pria itu membola, terkejut melihat siapa sosok yang menjadi tamunya itu.“Nona Cheryl Andrews? Benar ini Anda?” tanyanya tak percaya.Bagaimana tidak, bahkan Pak Gery yang adalah mantan bosnya saja kesulitan menemui Cheryl, tapi gadis fenomenal itu malah datang mencarinya sampai ke tahanan. Apa yang terjadi kiranya? Dave sungguh penasaran.“Halo, Dave. Dulu aku sering bertemu denganmu dalam posisi berdiri di belakang Gery. Tapi kenapa sekarang kau malah di sini atas tuntutan dari Gery sendiri?” Tanpa mau repot-repot menjawab pertanyaan Dave tadi, Cheryl langsung menuju pokok permasalahan yang menjadi tujuannya datang ke situ.Cukup m
“Bukankah aku mengundangmu untuk datang, Eve? Apa kamu sesibuk itu sampai tidak mau memenuhi undanganku?” tanya Nyonya Daphne di telepon.“Oh, maaaf, Nyonya. Tapi saya baik-baik saja. Sudah saya bilang saya tdak kenapa-kenapa, berkat bantuan Pak Gery. Karena itu saya pikir Nyonya tdak perlu sampai harus bertemu saya untuk mengetahui kondisi saya,” jawab Eve cepat-cepat, takut sang pemilik perusahaan tersinggung.“Ya tapi tetap saja seharusnya kau mengabariku dengan datang langsung. Aku ini mengkhawatirkanmu,” protes Nyonya Daphne lagi.“Sudahlah, pokoknya nanti malam kamu harus datang ke rumah. Gery juga akan kupastikan kali ini dia ada di rumah. Kita akan makam malam bersama. Kalau ada yang sampai tidak hadir, maka kuanggap kalian tidak ada yang menghormatiku lagi!” Nyonya Daphne melanjutkan ucapannya tanpa berniat mendengarkan jawaban dari Eve lebih dulu. Telepon langsung terputus.“Huuuuft ....” Eve menghela napas panjang.“Ada apa, Eve?” tanya ibunya kala melihat sang putri keluar
Jadi ini semua sebenarnya tentang apa sih, Oma?” tanya Gery dengan nada tak sabar lagi. Daripada terus membuang waktu dengan berbelit-belit, Gery lebih suka segera membahas hal pentingnya dan memutuskannya sekarang juga.Nyonya Daphne yang akhirnya juga terpancing emosi pun berkata lugas,“Karena itulah Oma sekarang maunya kamu itu dekat dengan Eve, mencoba menjalin hubungan berdua. Oma kira kalian berdua ini bisa jadi pasangan yang serasi dan—““Oma!” sergahan keras dari Gery akhirnya membuat suasana mendadak hening.Eve yang juga tadinya tengah menyuapkan makanan pembuka sampai tersedak dan sedikit terbatuk karena terkejut mendengar perkataan Nyonya Daphne yang terang-terangan itu. Tentu saja ia jadi malu karena dirinya seolah langsung disodorkan kepada Gery seperti itu. Terlebih setelah mendengar tentang protes keras Gery. Memalukan sekali!“Uhuk! Tolong, apakah di sini ada yang ingin meminta pendapatku dulu?” Akhirnya Eve tak bisa tidak menginterupsi perdebatan yang sedang berlang
Sofia menatap deretan nomor itu. Dia menekan salah satu nomor yang tidak lain adalah nomor Dr. Dean yang merupakan dokter pribadi keluarga Foster. Dia menunggu beberapa lama sampai dokter itu mengangkat telepon dari seberang sana. Terdengar suara yang tidak terlalu jelas, namun dia membuka percakapan lebih dahulu."Halo, aku ingin menawarkan kerjasama," ucap Sofia tanpa basa-basi sama sekali karena merasa tidak mau membuang banyak waktu."Kerjasama?" tanya Dr. Dean, mau tidak mau merasa tertarik dan juga merasa penasaran.Sofia duduk di kursinya, dia berpikir sejenak bagaimana merangkai kalimat untuk menjelaskan semua ini agar Dean bisa memahaminya secepat mungkin. Dia duduk di kursi dan menengadahkan kepala."Ya, ini perintah langsung dari Nyonya Daphne. Saya berpikir bahwa saya ingin menggunakan keadaannya untuk mengelabui Pak Gery." Sofia berbicara dengan suara yang pelan, namun tetap saja terdengar keras di ruangan itu.Dr. Dean mengerutkan kening dan merasa tidak mengerti. Dia me
“Semua sudah beres, Nyonya. Anda kalau sudah siap juga bisa langsung berangkat ke rumah sakit. Semua telah disiapkan oleh Dr. Dean di sana dan pelayan di rumah ini pun sudah saya koordinir semua,” lapor Sofia sambil menyeduhkan teh hangat aromaterapi di cangkir sang Nyonya. “Kalau begitu kita bisa berangkat sebentar lagi usai sarapan, ya.” Nyonya Daphne tersenyum. “Astaga, aku jadi harus akting setelah ini, semoga saja naluri main dramaku masih bisa diandalkan, Sofia,” lanjut Nyonya Daphne yang dibalas senyuman oleh Sofia. “Saya yakin sekali Nyonya akan bisa mengatasi semuanya.” Sofia kemudian beranjak untuk menyuruh salah satu pelayan mengemasi beberapa pakaian untuk menginap di rumah sakit bagi Nyonya Daphne selama tiga hari beserta juga perlengkapan pribadi beliau sementara Nyonya Daphne pergi ke bawah untuk menikmati sarapannya. Usai sarapan barulah mereka berangkat ke rumah sakit St. Pedro di mana Dr. Dean berpraktek. Dr. Dean di sana telah meminta izin kepada pihak rumah ska
Eve tak bisa konsentrasi bekerja selepas meeting tadi. Ia kepikiran oleh kondisi Nyonya Daphne. Wanita tua nan baik hati itu sudah banyak berjasa untuknya dan ia merasa cukup dekat dengan beliau hingga kecemasan juga menghinggapi hatinya.Ingin menelepon Gery dan bertanya kabar terbaru Nyonya Daphne pun ia segan. Untunglah pada jam makan siang Gery sendiri yang menelepon dan menanyakan perkembangan di kantor. Kesempatan itu ia pakai untuk menanyakan kondisi Nyonya Daphne.“Dokter bilang tekanan dan tingkat stres yang dialami Oma membuatnya daya tahannya menurun. Tekanan darah dan jantungnya melemah hingga harus dipantau dulu selama beberapa waktu. Dia juga bilang Oma tidak boleh banyak pikiran agar cepat pulih,” jawab Gery dengan nada sangat sedih. Belum pernah Eve mendengar suara Gery sesendu itu sebelumnya. Pria yang biasanya kasar dan kaku terhadapnya itu kini tengah diliputi kecemasan dan muram akan kondisi nenek kesayangannya.Hati Eve bergetar mendengarnya. Seketika rasa simpati
Kaki Eve bergerak-gerak gelisah selagi menyelesaikan pekerjaan di depan layar komputer. Berkali-kali matanya melirik ke arah arloji yang melingkar di tangannya dengan jantung berdebar-debar.Entah apa yang membuatnya gugup sampai seperti itu, Eve menggeleng berkali-kali untuk memfokuskan pikirannya pada layar komputer. Setelah pekerjaan selesai, tanpa menunggu apapun lagi Eve langsung mematikan layar komputer dan merapikan mejanya.Tergesa-gesa, Eve memasukkan barang-barang secara sembarangan ke dalam tas. Ia harus sampai ke rumah sakit secepat mungkin. Eve tak ingin membuat Gary menunggu terlalu lama.Namun sebelum benar-benar beranjak dari kursi, Eve membuka tasnya lagi dan merogoh sebuah benda persegi berwarna hitam mengkilap, dengan cermin di sisi atas dan sebuah palet berwarna peach di sisi satunya. Eve menyapu pipinya dengan brush agar wajahnya tak tampak pucat setelah seharian bekerja.“Apa aku harus menambah perona bibirku?” batin Eve seraya menatap bayangannya di cermin. Tung
Lidah Eve sudah tidak sepahit beberapa jam yang lalu. Jadi bekal makan siangnya bisa habis tanpa perlu khawatir ibunya akan marah. Mungkin karena Eve sudah melihat kondisi Nyonya Daphne yang baik-baik saja setelah dirawat, meski ia belum tahu betul keadaannya. Akan tetapi melihat wajah Nyonya Daphne yang damai tertidur membuat hati Eve sedikit lega.Eve merapikan kotak bekal dan melesakkannya kembali ke dalam wadah. Gery dan Nyonya Daphne masih terlelap sampai Eve kembali dari luar membeli minuman dingin.Apa Gery tidak pegal tertidur dengan posisi seperti itu? pikir Eve sambil melirik ke arah kelopak mata Gery yang masih terpejam. Haruskah ia bangunkan agar lehernya tidak terasa kaku? Tapi bagaimana jika itu juga membangunkan Nyonya Daphne?Eve menggeleng cepat dengan gagasan konyolnya barusan. Biarkan saja mereka terlelap, bosnya pasti juga lelah setelah mengurus Nyonya Daphne yang terbaring lemah di rumah sakit.Tepat ketika Eve mengatur suhu pendingin ruangan agar Gery maupun Nyon