Di sudut jendela rumah sakit berdiri seorang wanita muda, tatapannya begitu kosong saat menatap rintik hujan yang turun membasahi bumi. Di kaca jendela ia menempelkan telapak tangannya di sana. Bayangan ini dan itu memenuhi kepalanya. Kenangan manis semakin tergambar jelas dalam ingatannya.
Momen saat Yo Han pertama kali pura-pura berkencan dengannya itu adalah kenangan yang sangat indah baginya.
Flashback
“Apa kau sudah gila? Mengapa kau bilang jika kita pernah tidur bersama?”
“Sudah Kukatakan bahwa kita ini berkencan. Bukannya tidur bersama!” Nari setengah berteriak di dalam bar tempat mereka minum. Nari meneguk kembali bir yang ada di tangannya, kemudian ia menggebrak meja lagi di hadapan Yo Han.
“Ya! Apa kau sungguh mengatakan bahwa kita ini berkencan?” Nari menatap Yo Han dengan tajam. Sedangkan Yo Han hanya terdiam di tempatnya.
“Siap! Karena di kalangan militer semuanya menganggap berkencan itu setara dengan tidur b
Nari menatap Yo Han dengan tatapan yang sangat dalam. Sorot matanya memancarkan kesedihan dan juga kesepian. Nari menggenggam erat tangan Yo Han mencoba untuk mengajaknya bicara. Nari setengah berbisik di sebelah telinga milik Yo Han. “Hai tampan, bagaimana kabarmu?” “Aku sangat kesepian tanpamu, tak bisakah kau bangun sebentar? Aku sangat merindukanmu!” namun, tak ada reaksi dari Yo Han. “Aku mohon bangunlah, jangan biarkan aku sendirian di dunia ini. Aku sangat membutuhkanmu, aku tidak ingin kau pergi meninggalkanku.” Nari mengecup punggung tangan Yo Han yang masih saja tidak sadarkan diri. Suara monitor gelembung oksigen, tetesan infus yang mengalir ke dalam tubuh Yo Han semakin memberi kesan yang mencekam. Deraian air mata terus memenuhi wajah pucat Nari. Matanya sembab karena terus menerus menangis tanpa henti. “Yo Han, jika kau meninggalkanku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Sungguh!” “Hei! Apa kau masih ingat saa
Christian dan Diora bermain bersama, mereka juga menikmati hidangan yang di sajikan oleh pihak restoran di meja yang sama. Sementara para orang tua berada di meja yang terpisah. Christian begitu menikmati waktu bersama dengan Diora. Begitu pula dengan sebaliknya, Diora sangat bersemangat saat berbincang dengan Christian. Clarisa tidak menyangka bahwa Putranya dapat cepat akrab dengan Diora yang notabenenya baru saja bertemu. Tak terasa hari telah menjelang sore, Christian sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Diora. Tetapi Neneknya menjamin jika nanti ia akan di pertemukan lagi dengan Diora di acara selanjutnya. “Christian, sampai jumpa!” Diora yang berada di dalam mobil melambai pada Christian yang masih menunggu supir untuk menjemput mereka. Christian hanya tersenyum hingga bayangan mobil yang di kendarai oleh Diora hilang berbaur dengan mobil yang memadati jalanan. Clarisa menyadari sikap Christian, dia tahu bahwa Putranya t
Di sebuah ladang ranjau yang telah diamankan. Yo Han terbangun langit telah berganti. Cahaya matahari di sore hari membuat Langit berwarna Merah. Seorang wanita tengah berdiri di antara cahaya yang menutupinya. Yo Han merasakan silau di kedua matanya, ia mencoba bangkit dari tidurnya. Yo Han duduk memandangi wanita yang tersenyum hangat sembari membawa setangkai bunga liar. “Lihatlah indah bukan?” Nari memperlihatkan bunga yang sedang dia genggam pada Yo Han. “Eng, ini sama indahnya denganmu!” Yo Han bangkit. Ia memeluk Nari dari belakang. Keduanya memandangi langit yang semakin Merah. Ia mencium pipinya sesekali. “Di mataku kaulah yang terindah. Aku bahkan tidak bisa berpaling darimu. Saat yang selalu di rindukan oleh keduanya adalah menghabiskan waktu bersama. Satu tangannya menyentuh lengan Yo Han. Sedang yang satunya lagi tetap memegang setangkai bunga liar. Nari tampak menikmati waktu saat melihat matahari terbenam. Perlahan cahaya i
Di rumah sakit. Yo Han telah dipindahkan ke bangsal VVIP. Walau masih lemah tetapi Yo Han masih terus mencari-cari wanitanya. Yo Han mengedarkan pandangannya yang bisa dia temukan hanyalah Gerald dan juga Marvel. Ia menghela napasnya. “Apa dia tidak datang?” Marvel dan Gerald tidak bicara sepatah kata pun. Yo Han kembali menghela napasnya dengan berat. Ia memejamkan matanya berharap jika wanitanya datang menghampirinya. Namun, kenyataannya tidak seperti yang di harapkan. Nari tidak pernah datang lagi menemui Yo Han. “Apa kau ingin makan sesuatu?” Gerald bertanya pada Yo Han yang memalingkan wajah darinya. Yo Han hanya menggelengkan kepalanya. Dia tak ingin bicara dengan siapa pun. Yo Han hanya menatap ke arah jendela. “Jika saja tubuhku masih bisa berdiri aku akan berlari menemuinya.” Yo Han mendengus. Sedangkan Gerald dan Marvel hanya diam. “Kau bahkan tidak bisa bangun dari tempatmu! Jangan berlagak sok kuat!” tiba-tiba suara Lukas terdengar
Hari telah menjelang sore, panasnya matahari kini telah berganti dengan indahnya senja di sore hari. Clarisa tengah menatap Christian yang sedang bermain dengan Athes. Gelak tawanya terdengar begitu renyah di telinganya. Buuaaarrr... “Ibu, Aaaahhh!” Christian berteriak kesakitan saat dirinya tidak sengaja tercebur ke dalam sungai kecil yang ada di halaman belakang. Clarisa yang kaget langsung berlari menghampiri Christian yan sudah basah kuyup. Athes yang ada di sisi lain juga berlari dengan cepat saat mendengar teriakan Christian. “Tuan muda, apa Anda tidak apa-apa?” Athes bertanya sembari mengangkat Christian dari air. “Aaaaa, ini sangat menyakitkan!” Christian sedikit berteriak saat Athes memindahkannya. “Bagian mana yang sakit?” Clarisa bertanya dengan cemas saat putranya tengah mengaduh kesakitan. “Kakiku,” Christian berkata dengan lirih. Athes menurunkannya. Ia mencoba memeriksa pergelangan kaki Christian dan benar saja. Ma
Di apartemen Nari tengah terbaring . demamnya sudah reda. Nari tak bisa berbuat apa pun. Dia hanya tertidur seharian. Tetapi mulut dan hatinya tidak. Yang di sebut hanyalah Yo Han dan Yo Han. Hingga membuat Seo Joon geram sendiri. Seo Joon menggosok wajahnya dengan kasar. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia sendiri bahkan sudah kewalahan karena tekanan ayahnya yang tak lain adalah ayah Nari juga. Setelah seharian dia tertidur, Nari terbangung dengan pikiran linglung yang dia tanyakan hanya Yo Han dan Yo Han. “Kakak, bagaimana dengan Yo Han? Apakah dia baik-baik saja?” sorot matanya menunjukan pengharapan yang tiada akhir. Walau dia tahu akhirnya dirinya juga yang akan terluka. “Nari, jika kau masih mencintainya mengapa kau tidak kembali padanya?” “Jika dia mencintaimu tanpa pamrih dan juga tulus. Dia akan menerimamu dalam keadaan seperti apa pun.” Seo Joon tak kuasa saat melihat adiknya kembali terluka. “Kakak tidak tahu bagaim
Seo Joon menatap Nari dengan ratapan kesedihan. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu kamar Nari. Di tempat tidur Nari terlihat damai dan tenang. Seo Joon menghela napasnya lalu meninggalkan Nari yang terlelap.Seo Joon membuat segelas kopi untuk menemaninya, aromanya memberi ketenangan pada dirinya. Perlahan ia berjalan menuju jendela kaca yang besar terpasang di ruang tamu apertemennya. Ia menatap langit begitu mendung seakan hujan akan turun dengan deras. Seo Joon menyesap kopinya, ia begitu menikmati setiap kali kopi melewati lidah dan tenggorokan.Di sisi lain Marvel tengah berada di kafetaria rumah sakit. Pikirannya dipenuhi dengan awan mendung yang gelap. Marvel menyesap kopinya hujan pun turun membasahi bumi tiba-tiba buliran air mata berjatuhan tanpa terkendali.“Ah, kenapa ini?” Marvel mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Ia menatap kaca, di sana ada bayangan wajahnya. Seketika Marvel menutup wajahnya dengan satu tangannya
Di ruang dokter Lukas senantiasa mendengarkan apa yang tengah dijelaskan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan penjelasan dari dokter tentang kondisi kaki Christian Lukas dapat bernapas dengan lega karena cedera yang didapat tidak terlalu parah.“Christian hanya perlu menggunakan gips di kakinya, dan jangan terlalu banyak membebani kakinya. Selebihnya semua baik-baik saja.” Perkataannya tegas, jelas, singkat dan padat. Sehingga Lukas dapat mengerti dengan cepat.“Sudah kukatakan, semuanya akan baik-baik saja.” Dokter Anand menepuk pelan bahu Lukas. Tiba-tiba ponsel Dokter Anand berdering. Ia melirik layar pnselnya.“Bangsal IGD?” Dokter Anand menjawab panggilan.“Dokter Anand. Conan Jiang jatuh pingsan.” Ia membelalakan kedua matanya, lalu melirik ke arah Lukas yang kebetulan menatap dirinya.“Baik, aku akan segera ke sana!” ujarnya sembari menutup teleponnya.“Ada apa?&rdq