Pagi hari yang begitu cerah membuat sang matahari menyeruak masuk ke dalam kamar Jonathan dan Natasha. Keduanya masih terlelap dalam keadaan naked. Setelah melakukan pertempuran sepanjang malam.
Natasha terlihat kelelahan walau dia tertidur dengan wajah berseri. Jonathan memperhatikan kecantikan yang terpancar dari wajah istrinya. Begitu menyejukkan hatinya.
Dia beranjak dari ranjang dan memakai celana panjangnya. Dia berniat untuk membuatkan sarapan untuk Natasha. Walau dia yakin, maid yang bekerja di sana sudah menyiapkan sarapan di meja makannya. Namun setidaknya dia ingin memanjakan istrinya dengan membawakan sarapan tersebut ke kamar lalu menyuapi Natasha dengan sedikit bercerita dan bergurau.
Kegiatan yang sangat dia rindukan dan dia yakin Natasha juga akan senang melakukannya.
Jonathan keluar dari kamarnya menuju dapur.
Dia berhenti melangkah saat melihat Bastian sedang bergelut di dapur dengan beberapa masak
Jonathan dan Natasha keluar dari kamar setelah mereka selesai mandi dan memakai baju santai. Mereka kelaparan karena melewatkan sarapan mereka begitu saja.Jonathan turun lebih dulu untuk membangunkan Richard, lalu ke ruang makan. Sementara Natasha berjalan menuju kamar Odelia. Dia berniat mengajak Odelia dan Bastian untuk ikut makan siang di waktu yang masih tanggung antara pagi menjelang siang."Odel,Tian... Apa kalian sudah selesai? Jika sudah. Kami menunggu kalian di meja makan," ujar Natasha di balik pintu.Odelia membuka pintu kamarnya. "Kami sudah siap, Nath," jawab Odelia. Dan Bastian hanya tersenyum di belakang Odelia."Ayo... Aku ingin Bastian dan Nathan berdamai," ajak Natasha.Odelia mengangguk dan menggenggam tangan Bastian. Membawanya turun dan menemui Jonathan.-Di ruang makan... Jonathan dan Richard sudah duduk dengan tenang menunggu kedatangan Natasha, Odelia dan Bastian.Kehadiran Bastian menjadi sorotan utam
Jonathan terpaksa memberikan Natasha dan Odelia ijin untuk pergi ke tempat Pauline. Dia meminta seorang supir untuk mengantarkan kedua wanita itu agar mereka tidak pergi ke lain tempat.Jonathan meletakkan gps dan penyadap di mobil yang digunakan Natasha dan Odelia. Lalu dia memantau melalui layar monitor di ruangan cctvnya, kemana istri dan adiknya pergi.Pembicaraan Natasha dan Odelia tampak masih wajar-wajar saja. Mereka hanya membicarakan masalah kulit wajah dan pakaian."Nathan! Aku rasa kau harus melihat berita," ujar Richard.Jonathan menoleh dan mengalihkan tatapannya dari layar televisi yang menyorot Natasha dan Odelia serta seorang supir di dalam mobil itu."Ada apa?" tanyanya."Ikutlah dulu... Sebelum beritanya habis," ajak Richard.Jonathan mengikuti Richard yang berjalan tergesa ke ruangan dimana ada sebuah berita yang menayangkan seseorang yang telah mendapat luka bakar disekujur tubuhnya sudah sadar setelah beberapa bul
Natasha terbangun dari tidur karena merasa lapar dan haus. Dia melihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam."Oh ya ampun! Apa selama itu aku tertidur?!" seru Natasha.Dia terkejut dan terduduk di atas ranjang. Lantas dia menurunkan kakinya berniat keluar dari kamar untuk bergabung dengan Pauline dan Odelia."Astaga... Bagaimana bisa aku tertidur seperti kerbau?!" gerutu Natasha.Dia beranjak ke kamar mandi terlebih dahulu, berniat mencuci muka dan sedikit merapikan dirinya. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah tulisan di cerminfull body.Tulisan yang berbunyi....'Waktu kalian sudah habis... Saatnya perang dimulai'Natasha membulatkan matanya tak percaya. Melihat tulisan yang berisi sebuah ancaman.Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia keluar dari kamar mencari Pauline dan Odelia."Mom...! Odel...!" teriaknya. Berlari ke luar kamar. Mencari kedua wanita
Natasha menunggu kedatangan Jonathan dalam diam. Dia sudah merasa sedikit tenang, walau hatinya masih merasakan sesuatu yang tak enak. Matanya menatap ke sekeliling ruangan yang terlihat rapi. Di tambah adanya sebuah rak tempat penyimpanan anggur yang menempel di dinding.Natasha beranjak dari duduknya, dia mulai tertarik dengan dinding penyimpanan anggur yang terlihat berdebu di antara rak dan lemari lainnya.Semenjak tiba di ruang bawah tanah rumah Pauline. Natasha sudah mulai curiga dengan keadaan yang rapi. Dia berpikir jika memang tempat itu adalah ruang rahasia yang hanya diketahui oleh Jonathan dan Pauline, kenapa ruangannya begitu bersih dan rapi?Mungkinkah Pauline membersihkannha setiap hari?Tak ingin berpikir terlalu Jauh...Natasha memilih berjalan mendekati rak yang berisi botol-botol anggur.Dia mendekat
Odelia akhirnya tersadar setelah perjalanan jauh membawa mereka ke sebuah tempat yang jauh dari London.Ruangan kamar yang besar dan mewahmenjadi pandangan pertama Odelia ketika tersadar. Dia bangun dari tidurnya dan melihat ke sekeliling kamar.Dia melihat Pauline yang juga tertidur di sampingnya mulai bergerak memijat kepalanya."Mom... dimana kita?" tanya Odelia suaranya lemah dan terdengar serak. Entah berapa lama dia tak sadarkan diri, hingga membuat tenggorokannya terasa kering.Pauline bangun dari berbaringnya mengikuti Odelia yang duduk bersandar pada sandaran ranjang.Pauline berusaha melihat ke sekeliling ruangan. Dia merasa tak asing dengan ruang kamar bernuasana Eropa. Dengan desain dan interior jaman dulu namun masih terlihat mewah dan berkelas seperti kamar para putri kerajaan.Pauline kembali memijat pelipisnya, dia merasa pusing namun ingatannya berputar pada saat dia masih berusia duapuluh tahunan.Seorang p
Di sebuah mansion di Rusia, seorang pria yang baru beranjak dewasa, dipanggil untuk menghadap sang ayah. Saat pria itu baru saja selesai bercinta dengan kekasihnya. Di sebuah kamar bekas almarhum kakak perempuannya.Kingswell sejak kecil sudah menjadi anak kesayangan dari Philip Winston Walz, terlepas dari kematian istrinya karena melahirkan Kingswell.Kingswell bergegas setelah merapikan diri, dan menyuruh wanitanya pulang menunggu dikamar itu. Karena dia yakin tak ada yang berani memasuki kamar bekas kakaknya itu.Philip mempunyai dua orang anak. Anak pertamanya seorang perempuan yang begitu anggun dan mempesona persis seperti ibunya. Namun sayang anak sulungnya itu harus meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat dari pelariannya bersama pria yang dicintainya.Ruang kerja Philip yang bernuansa clasic khas orang rusia, dengan beberapa bingkai berisi replika senjata api tertempel rapi di dinding. Philip duduk dikurs
Pauline menjalani hari-harinya menjadi istri dari Jacob. Walau yang sebenarnya terjadi, dia tak pernah melakukan kewajibannya sebagai istri untuk memenuhi kebutuhan Jacobdalamberhubungan badan.Beruntung Jacob sangat mengerti dan mau menghargai Pauline yang menolak untuk tidur tidak dalam satu kamar. Walau begitu, Pauline tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memasak dan menyiapkan segala kebutuhan Jacobuntuk bekerja.Hingga satu bulan sudah berlalu terhitung perginya Pauline dari Rusia atas permintaan Kingswell.Pagi itu dia merasa mual dan terus berusaha memuntahkan sesuatu yang hendak keluar.Jacob panik dan tak jadi pergi bekerja, dia mengantarkan Pauline ke dokter dan memeriksakan keadaan Pauline.Sebuah kabar bahagia sekaligus menyedihkan harus diterima Pauline. Saat pria yang dia cintai malah tak berada di sampingnya, ketika sebuah benih dari cinta mereka tumbuh.
Kepergian Kingswell dari ruangan tersebut menyisakan Jonathan berserta tiga orang yang masih tercengang dengan seseorang yang mengikuti Kingswell keluar dari ruangan tersebut."Hah?! Nathan! Apa ayahmu tak salah memilihkanku pasangan tim? Lebih baik aku bersama Bastian. Walau dia menyebalkan," ujar Richard."Siapa yang ingin satu tim denganmu?! Kau sangat berisik! Aku lebih bersyukur bisa dengan Natasha," balas Bastian.Richard mendengus kesal. "Lalu bagaimana aku bisa bekerja sama dengan seorang pria bertubuh kecil, dan lihat saja lekukan wajahnya? Bukankan itu mirip dengan lekukan wajah Natasha? Hanya saja ditumbuhi bulu halus. Atau mungkin itu hanya tempelan," gerutu Richard.Jonathan terkekeh begitu juga Bastian.Natasha mendekati Richard, "sudahlah, Richard... Aku rasa lebih baik kau menerimanya sebagai rekanmu. Mungkin saja apa yang dikatakan dad, benar. Jangan menolak hanya karena tubuhnya yang terlalu kecil. Kau bahkan tak tahu keahliannya,