Sampai di rumah Jagat terus merasa gelisah, ia bingung dengan apa yang sedang ia rasakan saat ini. setelah bertemu dengan Jasmine ia merasa tak henti gelisah.
“Tuan, makan malam sudah siap.” Seorang pelayan menghampiri Jagat yang sampai saat ini masih melamun di ruang tengah.
“Ya. Aku akan segera ke sana. Panggilkan Shagun juga,” ucap Jagat.
“Baik, Tuan.” Pelayan itu pun pergi meninggalkan Jagat.
Jagat meraup wajahnya dengan satu telapak tangannya. Ia lalu berjalan menuju ruang makan. Ia melihat meja makannya yang teramat besar menurutnya. Bagaimana tidak, di rumah ini ia hanya hidup berdua dengan putrinya dan setiap hari ia dan putrinya harus makan di meja makan yang bisa mencangkup sepuluh orang. Itu berarti masih ada delapan kursi yang kosong.
“Papi,” sapa Shagun.
“Ayo kita mulai makan malam, Shagun,” ucap Jagat. Ia mendudukan putrinya itu ke kursi yang biasa putrinya itu tempati
Jagat berjalan tergesa memasuki rumahnya setelah ia baru saja turun dari mobilnya. Bahkan sang asisten pribadinya pun juga merasa heran dengan tingkah Jagat.“Selamat sore, Tuan.” Sapa seorang pelayan saat ia sudah berada di dalam rumah.“Guru lesnya Shagun sudah datang?” tanya Jagat.“Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Tuan.”“Sudah diberikan minum?”“Sudah, Tuan.”“Baiklah. Buatkan aku kopi dan antarkan ke ruang kerjaku.” Jagat berjalan menuju ruang kerjanya.Saat akan membuka pintu ruang kerjanya entah mengapa tubuh Jagat menegang dan jantungnya pun mulai berdetak tak beraturan hingga keringat dingin mulai keluar di wajahnya.Jagat membuka pintunya perlahan. Tepat saat ia membuka pintunya, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Jasm
Hari cepat sekali berlalu hingga tanpa terasa kini sudah saatnya Jasmine kembali mengunjungi rumah Shagun untuk memberinya bimbingan belajar. Kali ini ia sengaja datang lebih awal untuk menghindari Jagat. Ia pikir jika ia datang di sore hari maka Jagat sudah pulang dari kantor lalu jika ia datang di siang hari seperti ini ia akan aman dan tak akan bertemu dengan papi dari murudnya itu.Begitu mobil Jasmine terlihat, security di rumah Jagat langsung membukakan pintu gerbang tinggi itu hingga ia bisa langsung masuk tanpa harus membunyikan klakson mobil terlebih dahulu.Seperti biasa, sebelum Jasmine sempat memencel bel pintu rumah, sudah ada satu pelayan yang menyambut kedatangannya di depan pintu.“Selamat siang, Bu Guru. Kebetulan Nona Shagun baru saja pulang dari sekolah,” ucap pelayan itu.Jasmine hanya tersenyum menanggapinya lalu ia berjalan memasuki rumah bersama pelayan itu.“Mau langsung ke ruang kerja Tuan besa atau mau tu
Jasmine duduk canggung bersama Jagat dan Shagun di ruang makan. Hanya ada mereka bertiga di ruang makan yang besar ini hingga ia merasa sangat cemas dan gelisah.“Silakan dimakan, Bu Jasmine.”Ucapan Jagat telah mengalihkan Jasmine dari pikiran buruknya.“I-iya,” sahut Jasmine. “Kak Jasmine nggak suka sama makanannya ya? Emang Kak Jasmine mau dimasakin lagi sama koki?” tanya Shagun.“Enggak, Sayang. Kak Jasmine suka kok,” sahut Jasmine dengan senyum masamnya.“Kalau gitu ayo dimakan. Makanku aja udah mau habis, punya Kak Jasmine kok masih utuh aja,” ucap Shagun.“Iya, ini juga mau dimakan kok.” Jasmine menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya. Dengan suyah payah ia menelan makanannya karena ia merasa risih dengan situasi ini. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sebelumnya sehingga ia bisa menyetujui ajakan makan s
Ucapan Jagat terus saya terngiang di benaknya hingga membuat mood mengajarnya hari ini menjadi hilang dan akhirnya ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah setelah ia pulang dari rumah Shagun.“Jasmine, kamu udah pulang?” Mardina mengerutkan keningnya saat tak ada respon dari anak bungsunya itu.“Jasmine.” Sekali lagi Mardina memanggil anak bungsunya yang langsung berjalan menaiki anak tangga dan mengabaikannya.“Ha? Iya, Ma?” Jasmine menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke arah sang mama.“Kamu itu udah Mama panggil sampai dua kali loh, Sayang. Kamu melamun? Kamu lagi ada masalah?” tanya Mardina.Jasmine menurunkan kedua bahunya bahunya saat ia memutar arah tujuannya dan berjalan menghampiri sang mama yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah.“Muka kamu kok kelihatan lesu gitu? Kamu lagi ada masalah? Atau jangan-jangan kamu kecapekan gara-gara kerja sana-s
Hari ini hari sabtu, seperti biasanya Jasmine dan Benjamin terkadang menyempatkan waktu untuk joging di pagi hari saat akhir pekan seperti ini. Mereka berdua memanglah anak dan papa yang kompak.Dari pada Rosaline, si anak sulung dari Benjamin dan Mardina, Jasmine si anak bungsu malah lebih dekat dengan Benjamin. Jasmine sering menghabiskan waktunya dengan sang papa.“Udah yuk, Pa. Kita pulang,” ajak Jasmine. Saat ini mereka sedang joging di sekitar rumah mereka jadi tak perlu waktu yang lama atau perlu menempuh jarak yang jauh untuk mereka sampai di rumah.“Iya, Mama pasti udah buatkan kita jus jeruk,” ucap Benjamin.“Issh ... Papa salah. Kali ini kita nggak minum jus soalnya tadi malam aku udah pesen sama mama kalau pagi ini aku minta dibuatkan kolak kacang hijau,” ucap Jasmine.“Wah enak juga itu. Udah lama juga Papa nggak minum kolak kacang hijau. Biasanya kalau minuman yang di supermarket itu cum
Jasmine mengendarai mobilnya menuju tempat biasa ia nongkrong bersama teman-temannya. Meskipun ia sangat sibuk tapi ia selalu menyempatkan waktu kala temannya mengajak berkumpul. Dan ia rasa hang out bersama teman-temannya adalah alternatif yang bagus untuk melepas penat setelah disibukan dan dipusingkan dengan pekerjaan.“Jasmine!”Jasmine menolehkan kepalanya menoleh ke asal suara. Ia pun tersenyum dan melambaikan tangannya kepada ketiga temannya yang sudah lebih dulu sampai.“Hai.” Jasmine menyapa para temannya itu lalu duduk dan ikut bergabung bersama ketiga temannya itu.“Suka ngaret deh, heran aku sama kamu,” ucap Rani.“Ya elah, baru juga kali ini. Udah pada pesen apa belum nih?” ucap Jasmine.“Udah kok. Aku juga udah pesenin minum
Dengan bersusah payah akhirnya Jasmine bisa terbebas dari pertanyaan Shagun. Kini ia sudah bisa benar-benar bernafas lega setelah ia berhasil keluar dari rumah Shagun tanpa bertemu dengan Jagat.“Gila aja, nggak anaknya nggak bapaknya bikin aku sesak nafas aja deh. Heran kalau gini. Kalau gini terus bisa-bisa aku nggak betah ngasih bimbingan belajar ke Shagun. Apa mending aku berhenti aja ya? Tapi kalau aku berhenti gara-gara hal beginian itu tandanya aku udah nggak profesional lagi dong jadi guru,” gumam Jasmine.“Aduuuhh ... pusing ... pusing ... pusing!” Seru Jasmine seraya memukul setir mobilnya.Karena pikirannya yang terlalu jauh berkelana ia sampai tak sadar kalau sekarang ini ia sedang mengemudikan mobilnya hingga tiba-tiba ia terkejut saat ada seseorang yang sedang berjalan di depan laju mobilnya. Ia buru-buru menginjak remnya namun sayangnya mobil yang ia kemudikan sudah menabrak oarng yang ada di depannya itu.&ldq
Jagat merasa bosan karena berada di ruang rawatnya sendirian tanpa seorang pun yang menemani sejak sore tadi hingga malam hari seperti ini.“Adrian, kamu datang ke rumah sakit sekarang. Temani saya, saya bosan di sini sendirian. Oh iya, tolong bawakan juga makan malam buat saya. Makanan di rumah sakit nggak enak, ” ucap Jagat tanpa perlu basa-basi saat asisten pribadinya itu mengangkat panggilan telponnya. Dan tanpa menunggu jawaban dari Adrian ia pun langsung mematikan sambungan telponnya.Baru saja Jagat menutup sambungan telponnya, ada seseorang yang memasuki kamar inapnya.“Selamat malam.” “Bu Jasmine?!” seru Jagat. Ia tak percaya dengan apa ya