Bintang pun turut memejamkan mata manakala bibir Gala menyentuh dahinya. Ia meneteskan airmata mendengar doa dan ucapan cinta dari lelakinya. Bukan hal mudah sampai mereka ada dititik ini. Penuh jalan terjal dan lika-liku, tapi Bintang yakin dan percaya jika dirinya dan Gala bisa melewati ini semua.
Ini kejutan yang tak pernah Bintang bayangkan sebelumnya. Sungguh rasanya sangat bahagia bisa dicintai begitu dalam dari seseorang yang ia cintai pula. “Sayang, terima kasih. Aku.... Eh... ini apa?”
Bintang terbelalak kaget ketika sebuah kotak beludru jatuh dipangkuannya dari buket bunga yang kini berada dalam pangkuannya. Ia membuka kotak beludru hitam tersebut dengan hati-hati. Dan didalamnya terdapat kalung berlian berwarna biru.
“Gala, ini terlalu berlebihan.. aku.. aku tidak pantas untuk mendapatkannya.”
“Kamu pantas mendapatkannya. Bahkan jika seisi dunia ini bisa aku beli, aku akan membelinya untukmu. Terimalah. Kamu sudah melalui banyak hal dengank
Ini beneran tamat ya! Terima kasih sudah membaca novel ini. Mohon maaf jika ada salah kata atau hal yang tidak berkenan dihati Readers semua. Sampai bertemu lagi di bukuku yang lain. See You.. Bye bye...
Bintang Ayudia Hapsari. Gadis cantik itu, dengan kucir kuda dirambutnya duduk diantara penonton lainnya. Menyemangati seseorang yang tengah berjuang dilapangan. Teriakan demi teriakan ia suarakan hanya untuk Galaxy Semesta Bintari, kekasihnya. Suaranya sampai serak karena tak berhenti berteriak. Gemuruh mulai terdengar di GOR dimana pertandingan sedang berlangsung. Suara suporter dari masing-masing tim saling adu semangat. Bintang tak mau kalah. Walau badannya kecil, tapi suaranya yang melengking mampu terdengar oleh Gala. Ya, hanya Gala yang bisa mendengarnya. Sesekali pemuda itu mencuri pandang dan tersenyum kepada gadisnya. Dan Bintang pun akan berteriak semakin keras lagi. “Go go Galaxy... Galaxy... Galaxy...” “Ciee yang l
“Kamu beneran putus sama Gala?” tanya Mondy ketika dirinya sedang berada di kosan Bintang. Sore hari setelah perkuliahannya selesai gadis itu selalu mampir kekosan Bintang jika sahabatnya itu tak ada jadwal kencan dengan Gala.Tapi akhir-akhir ini Bintang selalu memiliki waktu luang sehingga membuat Mondy merasa penasaran. Apalagi disekitaran kampus juga beredar kapar tentang putusnya jalinan asmara dua bintang kampus itu tepat sebulan yang lalu.“Iya.”“Kenapa?”“Udah males.”Jawaban-jawaban singkat dari Bintang membuat Mondy langsung mencubit gemas pipi sahabatnya itu. Mondy tahu dengan jelas bagaimana Bintang sangat menyukai Gala, dan sampai terakhir mereka bertemu, keduanya masih saling melempar tatapan sayang dan cinta. Sampai-sampai Mondy mau muntah melihatnya.&ld
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Bintang ramah. 3 tahun sudah Bintang mengajar disalah satu Sekolah Taman Kanak-kanak di Bandung. Dan hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi Bintang harus tampil seceria mungkin di depan siswa siswi barunya.“Selamat pagi Ibu Guru..” Anak-anak itu menjawab sapaan Bintang. Ada pula yang masih menangis memandangi keluar jendela, memastikan orang tuanya masih menunggu diluar atau justru meninggalkannya.“Selamat datang di TK Pelita Bunda. Perkenalkan, nama ibu Bintang Ayudia Hapsari. Kalian bisa panggil Ibu Bintang,” ucap Bintang diawal perkenalan dirinya. “Coba, ibu mau kenalan dulu dong sama anak-anak ibu. Nanti kalian maju kedepan satu-satu dan sebutkan nama serta nama ayah dan ibu kalian ya..”
“Ibu mau kok jadi mamanya Samudra.. Tanpa harus menikah dengan Papanya Samudra..” Bintang menambahkan penjelas dalam kalimat terakhirnya. Ia tak mau Sam salah sangka.“Beneran Bu? Ibu bisa jadi mama Sam?” Sam kembali memeluk Bintang dengan mata berbinar. “Terima kasih ya bu udah mau jadi mama Sam.”‘Ya tuhan, anak sekecil ini harus hidup tanpa ibunya?’ ucap Bintang dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya kehidupan Sam tanpa ada seorang ibu disampingnya. Bintang semakin mengeratkan pelukannya.Pertama kali dalam hidupnya Sam menjalin komunikasi bersama orang lain dan itu sangat menyenangkan. Biasanya ia hanya sendiri di Rumah, ditemani pengasuhnya.“Hhmmm,
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.Pesan teks masuk.081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.