109Teriakan kedua anak kecil di depan kediaman Ira, menyongsong kehadiran kelompok pimpinan Anjani. Earlene spontan merunduk untuk menciumi pipi Yunara, kemudian memeluk gadis kecil berkaus oren sesaat. Lalu dia berpindah mendekap Arjuna. Gretta dan Diana turut melakukan hal serupa pada kedua bocah yang menyalami mereka dengan takzim. Kemudian Arjuna dan Yunara bersalaman dengan Anjani, Puspa dan kedua ajudan perempuan baru untuk Earlene. Arjuna dan Yunara kemarin malam memang menginap di rumah kedua Nenek mereka, bersama orang tua masing-masing. Alvaro, Mayuree, Yanuar dan Malanaya membiarkan anak-anak tetap di sana, karena nanti malam mereka akan menginap kembali.Miguel dan Steve yang mengantarkan para perempuan tersebut, mengikuti ajakan Gustavo untuk berbincang di halaman belakang. Dalam hitungan menit ketiganya sudah terlibat dalam percakapan seru dan sesekali tergelak. Ira mengajak para tamu untuk duduk bersila di lantai ruang tengah. Dia menerangkan bahan-bahan kue yang te
110Jalinan waktu terus bergulir. Sabtu pagi, Chyou dan Earlene berangkat menuju Riau dengan ditemani Jianzhen, Miguel, Steve, Ploy dan Mintranch. Sementara yang lainnya masih bertahan di Jakarta, dan akan bertolak esok siang ke Medan, bersama dengan Frederick, Tarissa, Dante, Edelweiss dan Erlangga. Sepanjang perjalanan menuju bandara Cengkareng, Jianzhen terus berbincang dengan Jauhari yang menjadi sopir mobil MPV mewah milik Koh Li Bun. Chyou, Earlene dan Ploy serta Mintranch turut menimpali dari kursi tengah, dan belakang. Nadhif yang menjadi pengemudi mobil kedua, yakni MPV hitam milik Frans, berulang kali tergelak akibat perdebatan Steve serta Miguel, dengan Valdi dan Robert, yang juga akan berangkat ke Riau dalam rangka tugas dari PBK dan SHEHHBY.Perdebatan itu direkam Valdi, kemudian diunggahnya ke grup khusus tim luar kota PBK. Semua anggota berebutan mengetik mengomentari video, dengan disertai berbagai emotikon dan stiker. Tidak berselang lama video yang sama juga muncu
111Seorang pria berjalan secepat mungkin menyusuri jalan setapak di pinggir area kosong. Sinar lampu senter kecil menjadi satu-satunya penerang hingga dia bisa melangkah tepat pada tanah. Kendatipun sesekali dia tergelincir, tetapi pria berjaket kulit hitam tetap terus melangkah. Setiap beberapa puluh meter dia akan berhenti sesaat untuk mengatur napas sambil memindai sekitar. Kemudian dia melanjutkan perjalanan hingga tiba di belakang sebuah bangunan besar. Pria berkaus hitam lengan panjang mencari tempat untuk bersembunyi. Dia berjongkok di belakang rerimbunan pepohonan berukuran sedang, lalu memerhatikan sekeliling. Suasana sepi melingkupi tempat itu. Hanya ada beberapa lampu di sekitarnya yang menjadi penerang, hingga banyak tempat dalam kondisi gelap. Tidak terlihat seorang pun di area tersebut dan menjadikan kondisi benar-benar sunyi. Pria berambut tebal duduk menyandar ke sebatang pohon. Tidak peduli celananya akan kotor, dia menyelonjorkan kaki untuk mengistirahatkan semu
112Grandel terpaku. Dia baru saja ditelepon Chyou yang memintanya menjemput Yvete dan Atley, untuk mengajak mereka ke Harbin. Penjelasan Chyou tentang situasi gawat di Shanghai menyebabkan Grandel deg-degan. Terutama karena dia baru mengetahui jika Barnett telah wafat beberapa hari silam. Grandel memaksa otaknya berpikir cepat, kemudian dia menelepon Yvete. Namun, belum sempat Grandel mengatakan apa pun, Yvete telah mengadu jika ada orang tidak dikenal yang telah membuntutinya dari butik hingga tiba di rumah setengah jam lalu. "Kalau begitu, kamu kemasi barang-barang. Besok aku datang, dan lusa kita langsung berangkat ke sini," tukas Grandel. "Sini? Maksudmu, ke Harbin?" tanya Yvete. "Ya. Kamu dan Atley harus segera pindah ke sini. Itu saran dari Chyou." "Apa hubungannya dengan dia?" "Nanti kujelaskan. Sekarang, bereskan saja semua pakaianmu dan Atley. Begitu pula dengan pengasuh." "Tunggu. Aku harus bicarakan ini dengan Papa." "Aku suamimu, Yvete." "Tapi ...." "Kali ini,
113Hari berganti. Siang itu, beberapa orang tiba di bandara Shanghai. Mereka dijemput Neddie dan seorang rekannya. Tanpa banyak bicara mereka memasuki mobil MPV hitam, yang segera melaju keluar area bandara. Sepanjang jalan menuju tempat persembunyian, Neddie menceritakan kronologis penyelamatan Benton. Keempat lelaki berbadan tegap mendengarkan penuturan Neddie dengan saksama, dan tanpa menyela sedikit pun. Sesampainya di tempat tujuan, Neddie mengajak keempat tamunya turun. Mereka jalan memasuki rumah dua lantai yang merupakan tempat rahasia tim Chyou, sebelum mereka menyerang kelab milik keluarga Xie hampir setahun silam. Rumah itu merupakan kepunyaan kerabat Rebecca dari pihak Ayah. Sebab itu perempuan tersebut bisa menggunakannya secara gratis. "Bagaimana kabar Anda, Tuan muda?" tanya Cedric, sesaat setelah menyalami Benton yang tengah berbaring di kasur dalam kamar utama. "Aku sudah lebih baik," jawab Benton. "Perawat Rebecca telah mengurusku dengan sangat telaten," lanjut
114Earlene mendekap Chyou sekali lagi dan lebih lama daripada pelukan pertama. Perempuan bergaun krem merasa berat melepas kepergian suaminya kembali ke Taiwan. Earlene khawatir bila Chyou akan terlibat peperangan kembali. Dia juga cemas jika lelakinya terjebak dalam pusaran kekisruhan mafia, yang akan berimbas pada kehidupan mereka selanjutnya. "Kamu harus janji padaku. Jika benar-benar perang, kamu harus berada di belakang bersama Koko Dante," pinta Earlene sembari mengurai dekapan. "Kamu sudah mengatakan itu empat kali," balas Chyou sambil mengusap rambut kekasihnya. "Aku akan mengatakan itu 100 kali setiap hari." "Hmm, jangan. Lebih baik, kamu bilang mencintaiku saja." Earlene melengos. "Kamu selalu mengalihkan pembicaraan bila aku menyinggung tentang itu." Chyou mengulum senyuman, kemudian dia menunduk untuk mengecup dahi istrinya. "Aku tidak akan apa-apa. Banyak orang yang akan menjagaku. Varo dan pasukan Power Rangers akan berangkat lusa untuk bergabung dengan tim-ku."
115Kedatangan tim PBK Power Rangers sore itu menjadikan suasana kediaman Richard Cheung kian semarak. Alvaro dan rekan-rekannya membawa banyak buah tangan yang langsung disajikan di meja ruang tamu, serta ruang tengah. Semua orang berkumpul di ruangan luas untuk menikmati hidangan sekaligus bercakap-cakap. Sebab sudah akrab dengan keluarga Cheung, Alvaro dan rekan-rekannya sudah tidak sungkan lagi untuk bercanda. Seusai berbincang sesaat, para tamu diantarkan Chyou ke beberapa kamar di lantai dua. Dia ikut masuk ke ruangan yang ditempati Alvaro, Yanuar, Wirya, Zulfi dan Yoga. Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze menyusul ke kamar itu.Selama belasan menit berikutnya mereka berbincang serius tentang kabar terbaru dari Jason dan Neddie yang tengah berada di Guangzhou. "Jadi, sudah bisa dipastikan biang keroknya adalah kelompok Mùyáng Fheng, betul?" tanya Alvaro, sesaat setelah Chyou usai bertutur. "Ya. Itu yang diceritakan Benton, Scott, Donnel, dan ketiga ajudannya yang diselamatkan Ne
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua