"Tolong, halo…!" Michael mengetuk-ketuk pintu menggunakan pisau dapur."Siapa saja, tolong aku!" Michael berharap ada seseorang yang lewat di depan apartemennya lalu mau membantunya membuka pintu apartemen."Sayang, Cantik, Cintaku! Apakah kau dengar aku?" Michael berteriak memanggil wanita sèksi yang dirayunya semalam. Namun sudah berkali-kali ia berteriak minta tolong, tidak ada satu pun orang yang membukakan pintunya."Oh tidak mungkin," Michael melihat ponselnya tidak ada sinyal internetnya."Aku akan melakukan panggilan darurar saja yang bebas pulsa." Baru saja Michael menyentuh layar ponselnya, ponsel itu mati karena kehabisan daya. "Sialan!" Michael berusaha menghidupkan kembali ponselnya. Namun ia harus kecewa karena ponsel itu tidak bisa menyala."Biar aku cas dulu baterainya." Michael mengambil kabel charger ponsel. "Apa, tidak ada aliran listrik? Tidak mungkin," ia mulai berkeliling menekan saklar untuk mengecek aliran listrik. "Tidak ada," gumam Michael."Aliran gas di dapu
Sebelum menutup mata Michael dapat melihat ada seseorang yang membuka pintu apartemen. Seorang wanita berambut merah yang berjalan masuk lalu mendekatinya.Michael membuka matanya lebar, "L-lexa," ucap Michael dari pergerakan mulutnya yang tanpa suara. Ia tidak menyangka jika orang yang datang menemuinya sekarang adalah Lexa. Jadi semua yang menimpanya adalah kehendak wanita itu? Sangat sadis wanita itu, lalu bagaimana bisa ia melakukan semuanya. Apakah Jose sepupunya, ikut membantu Lexa untuk memperdayanya selama tiga hari. Membuatnya tersiksa dari rasa haus, lapar dan dingin."Halo Michael, dari wajahmu kau ingin tahu kenapa aku ada di sini, kan?" Lexa menatap tajam Michael yang hanya bisa melihatnya. Tubuhnya terbaring di atas lantai tanpa bisa bergerak.Michael mengedipkan matanya sebagai tanda ya."Hahaha," Lexa tertawa terbahak lalu duduk di atas sofa sambil menyilangkan kakinya."Sabar dulu, aku harus mengumpulkan tenaga sebelum membacakan cerita untuk mengantarmu ke alam kemati
"Jose apa yang sedang kau lakukan?" Lexa protes dengan aksi Jose yang kini sudah menduduki perutnya dalam keadaan polos. Ia melihat wajah Jose memelas sambil menatap wajahnya secara intens. Kedua tangannya sudah ditangkap oleh Jose."Jangan menyiksaku, aku tidak tahan jika harus menahannya lagi." ucap Jose penuh nafsu."Menahan apa?" goda Lexa."Kau tahu itu," Jose menggerakkan kejantanannya yang sudah menegang di atas perut Lexa. Menggesek perut ramping itu untuk memberitahu Lexa jika dirinya kini sangat menginginkannya."Aku lelah," Lexa berusaha melepaskan tangannya."Please, aku sudah menahannya sejak dari kantor tadi." pinta Jose yang suaranya sudah berubah serak. Ia langsung melumat bibir Lexa pelan lalu menyesapnya dalam.Lexa menatap Jose penuh cinta. Perasaan cintanya kepada laki-laki itu semakin dalam. "Lepaskan tanganku."Jose menuruti permintaan Lexa, ia tahu jika istri kecilnya itu tidak akan menolaknya malam ini. Kedua mata biru itu juga sedang tersulut gairah. Kini ia ha
Empat jam yang lalu.Ruth baru saja pulang dari Eropa bersama Joseph. Sejak dulu ia sudah menemani ke manapun suaminya pergi berbisnis ke luar negri. Sejak kecil pun Jose sering mengikuti mereka jika sekolahnya libur.Ruth dan Joseph saling berpandangan karena melihat Lexa menangis sesegukan. Menantunya itu sedang duduk di sofa sambil menghapus air matanya. Tumpukan tisu berceceran di meja dan lantai. Sedangkan para pelayan hanya berdiri tidak jauh dari Lexa."Lexa sayang." panggil Ruth."Mom, Dad," Lexa terkesiap melihat mertuanya sudah berada di dekatnya. "Sejak kapan kalian pulang?" Lexa buru-buru menghapus air matanya."Baru saja," Ruth memerintahkan kepada salah satu pelayannya untuk membersihkan tumpukan tisu kotor bekas dari Lexa."Sayang, sebaiknya kau beristirahatlah nanti aku menyusul." Ruth menyuruh Joseph untuk masuk ke dalam kamarnya."Baiklah, Sayang," Joseph mencium pipi Ruth. "Lexa, Daddy bersih-bersih dulu, jika ada masalah cerita saja dengan Mommymu, jangan sungkan."
"Mom," Jose menoleh saat Ruth keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan antara Jose dan Lexa."Jose, mungkin dia hamil." Ruth yang sudah berpengalaman bisa menebak jika sumber kegaduhan rumah tangga putranya itu karena hormon Lexa yang tidak stabil. Karena Ruth mengenal Lexa sebagai pribadi yang tenang dan tidak manja. Tapi sekarang Lexa berubah menjadi sensitif dan gampang menangis."Benarksh? Bibir Jose tersenyum lebar. Ia tidak menyangka jika dirinya akan secepat itu mempunyai anak."Mom," Jose merentangkan kedua tangannya."Selamat, Sayang. Mommy juga ikut senang karena akan segera mempunyai cucu. Ingat pesan Mommy; jangan sampai kau sia-siakan Lexa demi wanita lain. Kau akan menyesal jika menyakiti hatinya. Apalagi jika kalian sudah mempunyai anak. Jangan sampai cucuku menjadi korban dari perceraian." Ruth memeluk Jose sambil memberikan nasihat."Mom, bagaimana aku bisa berpaling kepada wanita lain kalau aku sangat mencintai Lexa.""Siapa yang tahu kau kembali kepada kebias
"Usia kandungannya masih dua minggu. Masih berupa gumpalan daging kecil di Rahim anda, Nyonya." Dokter menunjuk monitor komputer."Hamil," gumam Lexa sambil mengelus perutnya yang masih rata.""Terima kasih, Sayang." Jose memeluk Lexa yang masih terbaring di atas brankar."Tidak disangka kita akan mempunyai anak secepat ini." Jose mencium puncak kepala Lexa.Lexa masih terlarut dalam lamunannya. "Hamil, aku hamil, ada anak dalam perutku." Tatapan mata Lexa menerawang."Alex sayang, hei, ada apa?" Jose menepuk lembut pipi Lexa."Jo," Lexa terkesiap lalu menangis. "A-aku hamil," Lexa seakan tak percaya, sepertinya kemarin baru saja bertemu Jose, jatuh cinta, menikah dan sekarang sedang hamil?"Iya, Sayang, di sini ada anak kita." Jose menghapus air mata Lexa yang berada di kedua pipinya."Permisi, Tuan." Suster datang menginterupsi Jose dan Lexa untuk mengelap sisa gel yang berada di perutnya.Jose minggir memberikan tempat agar suster itu bisa lewat."Dokter apakah ada obat, vitamin yan
Jose langsung memeluk Lexa untuk mencegahnya keluar kamar. Lexa melolong, ingin melepaskan diri."Alex, dengarkan aku. Sekarang masih pagi, aku tidak ingin mereka kaget melihat wujudmu yang merupakan seekor serigala. Mereka akan heboh untuk menangkapmu. Kau lupa kau sedang hamil? Aku takut terjadi hal buruk dengan bayi kita. Kumohon mengerti itu, kau adalah seorang ibu sekarang." Jose mengelus punggung Lexa yang dipenuhi bulu-bulu berwarna merah.Jose mengurai pelukannya lalu menatap Lexa yang masih berwujud serigala. Ia mengelus puncak kepala Lexa lalu menatap mata merah Lexa dalam. Dulu ia sangat ketakutan melihat wujud serigala Lexa, tapi kini ia sudah terbiasa. Menurutnya imut juga Lexa dalam wujud seekor serigala berbulu merah."Ada bayi kita di dalam sini," Jose mengelus perut Lexa. Bayi mungil buah cinta kita. Dan aku sangat menyayanginya."Lexa berkedip lalu menatap Jose dengan tatapan manja."Ya, aku juga sangat menyayangimu. Kau tahu itu, kan?" Lexa memejamkan matanya lalu be
"Aku tahu," Jose mengeratkan pelukannya."Jadi izinkan aku mengunjungi pegunungan Siberia.""Aku masih saja belum rela jika kau ingin kembali ke sana. Aku ingat saat bulan madu kita, kau bertempur beberapa kali yang membuatmu terluka. Sekarang ada dua bayi di dalam rahimmu. Aku takut…." Jose mengingat pertempuran antara Lexa bersama, Alexander, Anya dan serigala liar lainnya."Maka dari itu, mereka harus mendapatkan kekuatan dari Dewi Bulan. Mereka adalah penerusku, salah satu dari mereka akan menggantikan posisiku sebagai ketua klan. Mempunyai kekuatan khusus itu adalah suatu kewajiban untuk melindungi klan dan dirinya."Maafkan aku, Alex. Aku lupa akan itu.""Tidak apa," Lexa mengelus perut buncitnya. "Ada dua bayi di dalam rahimku. Satu akan menggantikanku di Klan Bulan Merah menjadi ketua klan. Satu lagi akan menggantikanmu di Armando Corp menjadi CEO. Adil, kan?""Tapi ….""Tentu saja dengan persetujuan dari mereka. Jika tidak ada yang mau menggantikanku di Klan Bulan Merah, aku t