Home / Romansa / My Partner of Doctor Mafia / Chapter 3 meet best friends

Share

Chapter 3 meet best friends

Author: Puji Rahayu
last update Last Updated: 2021-02-17 10:19:25

Alberto mencarikan ia tempat tinggal di sebuah apartemen. Apartemennya cukup bagus dengan pemandangan kota yang indah, interiornya pun bagus. Seketika kemarahan El pada Alberto hilang. Namun, setelah El tahu bahwa ia mempunyai tetangga yang dingin dan arogan. El berniat untuk segera memberikan racun tikus terbaik di kota ini untuknya.

****

Margareta Raflesia, seorang wanita berwajah ayu tubuh seksi bak gitar spanyol keluar dari apartemen. Dengan beruraikan air mata, ia memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan karyawannya sendiri. 

Saat ia menangis di dalam mobil wanita yang biasa disapa Reta melihat El keluar dari apartemen. Reta seakan tidak percaya jika dia melihat El sahabatnya yang sedang berada di London. Tepat saat itu juga El keluar dari lift, Reta langsung menelponnya.

 

"Hai ... Gadis nakal dimana kau sekarang?" tanya Reta dari sambungan telepon.

El yang mendengar suara Reta sangat kencang, langsung menjauhkan benda pipih yang dipegang dari telinganya. Beberapa saat kemudian dia baru menjawab. "Aku tidak usah menjawab, kau pasti sudah tahu aku di mana. Mana mungkin kau telepon dengan suara keras begini kalau tidak tahu aku di mana!" 

Seketika itu Reta langsung menghampiri El. Kedua wanita itu sontak saling berangkulan erat saking kangennya pada satu sama lain.

"Reta, kenapa matamu memerah seperti itu?" tanya El.

"Aku habis memergoki pacarku sedang selingkuh dengan karyawan ku."

"Sudah jangan nangis. Air mata kau sangat mahal, buat seekor kelinci yang tak tahu mana wortel yang berkualitas." 

"Iya. Aku menangis gara-gara itu, bukan karena dia selingkuh. Setidaknya selingkuhan dia lebih dari aku, tapi ini malah karyawan ku. Sungguh laknat."

"Tidak baik mengumpat."

Reta mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu bertanya kembali pada El. "Jadi kenapa kamu bergentayangan di sini, jangan bilang kamu kabur dari Ibu?"

"Wanita pintar," jawab El sambil melihatkan giginya yang putih tertata rapi.

"What, Felysia Ines Lateshia!" Terpancar dari mata wanita itu untuk mengetahui alasan sahabatnya kabur. 

"Yes, Raflesia. Ibu menyuruhku untuk kuliah lagi ke Singapura untuk mengambil gelar sebagai sarjana ekonomi. Kau tahu aku susah payah kuliah di bidang hukum dan sudah mendapatkan gelar ku. Aku ingin menepati janjiku pada ayah untuk menjadi pengacara dan membela yang benar, meskipun aku membencinya." 

"Hai ... Jika kau ingin membela kebenaran jadilah superhero!" 

"Itu terlalu berat, aku tidak kuat." 

"Ya ... Ya. Sudah jangan kau keluarkan lagi kata-kata manis mu itu. Jadi sekarang kau tinggal di sini?" tanya Reta. 

"Iya. Kau tahu tetanggaku sangat dingin dan arogan! sungguh ingin aku kuliti lekaki itu," ucap El sambil mengingat kejadian di lift.

"Apa dia ganteng?"

"Otakmu ganteng saja. Percuma ganteng kalau dingin dan arogan." 

"Udah jangan marah - marah sekarang ikut aku, kita ke diskotik."

"Mau ngapain kita kesana?" 

"Mau baca buku," jawab Reta dengan ketusnya.

El langsung ditarik Reta masuk ke dalam mobil menuju diskotik. Pada saat bersamaan Marko kembali mengobati dadanya terlihat darah yang mulai mengalir dari bekas jahitan. Diambilnya kasa untuk membersihkan darah disekitar jahitan. Setelah itu dioleskan salep lalu ditutup kembali. 

Tidak lama ponsel Marko berbunyi. Dilihatnya panggilan dari orang kepercayaannya. "Bos sepertinya ada tanda-tanda siapa pembunuh orang tua bos," ucap laki-laki itu dari sebrang.

"Kau serius tidak salah lagi?" 

"Iya bos, ini gangster baru muncul sejak 20 tahun lalu, sekarang dia sedang terluka di diskotik A sedang membutuhkan pertolongan." 

"Baik, kau siapkan anak buah kita. Karena aku tidak bisa menghadapi sendiri. Berjaga-jaga diluar diskotik, aku segera kesana." perintah Marko.

Marko bersiap-siap membawa peralatan medis dan pistol yang dia sembunyikan di sepatu bootsnya. Tidak butuh waktu lama dengan mengendarai motor sport miliknya, kini Marko sudah berada di diskotik A seperti yang diinfokan anak buahnya yang bernama Rain. 

Rain yang melihat bosnya sudah datang bergegas menghampirinya seorang diri. Sedangkan anak buahnya disuruh untuk berpencar untuk berjaga - jaga. "Bos," sapa Rain.

"Bagaimana apa sudah kau periksa keadaan di dalam?" tanya Marko.

"Maaf belum bos, saya takut mereka akan pergi sebelum bos datang." jawab Rain

Baf yang tadi dipakai Marko kini dilepas dengan menggunakan kaos street dan celana jeans. Dia memasuki diskotik, untuk memeriksa berapa lawan yang akan dihadapinya, aman atau tidak. Selama 7 tahun dia selalu seperti ini agar tidak mudah dijebak oleh lawan. Ia berharap agar segera menemukan pembunuh orang tuanya.

Menurutnya jika transaksi pengobatan dilakukan bukan di markas mafia, itu akan sangat berbahaya. Untuk itu dia harus menyelidiki terlebih dahulu dengan siapa dia akan bertransaksi.

Benar saja setelah Marko masuk dan mengamati gerak gerik mafia yang tak lain saudara Brain. Gangster dari Blackbrain kini ingin menjebaknya. Adik brain ingin membalas kematian kakaknya dan anak buahnya yang sudah dibantai Marko. 

Marko ingin meninggalkan tempat itu. Namun, naas anak buah gangster Blackbrain melihatnya.

"Hai ... siapa kau?" teriaknya

Marko tidak ingin membuat keributan yang tidak penting. Prioritasnya bukan gangster Blackbrain. "Maaf Tuan. Saya hanya salah kamar," ucap Marko dengan berakting seperti orang mabuk, lalu meninggalkan tempat itu.

Anak buah Blackbrain tidak percaya lalu mengikuti Marko. Karena merasa terancam Marko berteriak - teriak seperti orang gila kembali ke ruang diskotik untuk minum. 

Sementara itu Reta dan El kini sudah duduk di meja dekat bertander, menikmati minuman hasil racikannya. Baru diminum setengah, gelas milik El itu langsung disambar Marko lalu diteguknya hingga tandas.

Reta yang melihat Marko seperti terhipnotis dengan ketampanannya. Jika bisa Reta gambarkan Marko seperti arti Hollywood tubuh yang kekar, wajah yang tegas namun terlihat ramah, rahang yang mengeras bentuk persegi, dan mata yang kecoklatan. El yang melihat sahabat seperti ikan yang akan segera mati menyadarkannya. 

"Hai ... Apa kau tahu dia adalah tetangga rumahku," bisik El menyadarkan Reta.

"Apa kau bilang? tapi dia sangat cocok denganmu. Tunggu sebentar jangan menyia-nyiakan kesempatan akan aku minta nomornya biar kau lebih mudah menghubunginya." 

Mendengar ucapan Reta, El menarik baju Reta, tapi tak dihiraukan Reta.

"Hai ... Tuan. Anda harus mengganti minuman yang sudah Tuan habiskan, ini dibuat khusus untuk kita para wanita cantik," ucap Reta. 

Marko yang sedari tadi mengamati anak buah Blackbrain yang mengikutinya sudah pergi. Kini dia tersadar saat mendengar ucapan Reta, "Baik, Nona. Berapa saya harus menggantinya?" tanya Marko, yang tak ingin berdebat.

"50 poundsterling," jawab Reta lalu mengambil hp milik El dan membuka aplikasi WeChat pay. Yang artinya Marko harus berteman terlebih dahulu dengan WeChat El. kemudian Reta melihatkan pada laki-laki itu agar berteman dan mengirim uangnya. 

"Tidak usah Nona. Saya akan membayar tunai." Marko memberikan uang tunai lalu meninggalkan Reta dan El. 

"Apa dia manusia purba, jaman sekarang masih memakai uang tunai?" tanya Reta. El hanya berdecak kesal melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya sangat memalukan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 19 Drunk

    Marko mengepalkan tangannya sebagai tumpukan rasa kecewa. Sepertinya benar. jika orang berkata, wanita akan melemahkan mu, karena ia diciptakan untuk menjadi salah satu rusukmu."Beruang kutub, tidakkah kau kasihan padaku? Kau tahu aku sudah tidak mempunyai ayah untukku sebagai tepat berlindung?" Bunyi kicauan El."Aku ketakutan, apalagi dunia mafia itu. Kenapa rasa yang sudah ku simpan rapat muncul kembali?" sambungnya. Air matanya keluar begitu saja membasahi pipi mulusnya.Marko bersikap layaknya lelaki sejati mengusung air mata itu, lalu menenangkannya.Sekilas El menatap wajah Marko, tapi dalam pandangan El dia bukan Marko melainkan ayahnya. El menatap wajah yang selama ini ia rindukan, meskipun diluar El terlihat sangat membenci ayahnya. Namun, dalam lubuk hati terdalamnya ia sangat mencintai dan merindukan sosok itu.Marko terbalik menatap El. Ia pun bersiaga kalau a

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 18 Lolipop

    Pendengaran El dipertajam. Derap langkah itu semakin mendekat, lulut El melemas seketika. El meringkuk menahan rasa ketakutannya, ia berjongkok sambil memegang lutut, merapalkan seribu doa keselamatan. Tiba-tiba tubuh El melayang di udara, tangan kekar bersuhu dibawah normal itu membawa El masuk kedalam ruangan. "Buka matamu," ucapnya setelah menurunkan tubuh El di sofa. "Beruang kutub, kau membuatku takut." desis El yang masih terlihat gemetar. "Lain kali, jika ada kejadian seperti itu, hubungi polisi. Bukannya berpasrah seorang diri." Marko memberikan nasehat untuk El. "Aku terlalu takut. Bayangan waktu di gedung tua itu, masih menghantuiku." "Aku kira kau baik-baik saja. Beberapa hari ini aku lihat kau sudah tidak mempersalahkan hal itu." "Entahlah." El mengangkat kedua pundaknya. "Kau harus bisa jaga diri." "Iya. Ngomon

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 17 Want to meet

    Duarrrr...El dan Reta terkejut bukan main. Ia pun menoleh ke sisi timbulnya suara tersebut. Suara tawa anak kecil terdengar sangat nyaring, seperti meledek mereka berdua."Kakak kaget ya?" tanya anak itu tanpa ada rasa bersalah setelah meletuskan satu balon."Hai kau, Nak. Jangan sampai tubuh mu aku jadikan steak." ancam Reta yang geram dengan anak kecil itu.Sementara El, terdiam tak berkata apapun. Ingatannya kembali berputar kejadian beberapa hari yang lalu. Suara letusan balon itu, sama dengan suara senjata api yang ingin membuatnya pergi dari dunia ini."Awas, kau!" Reta sudah ingin berajak dari tempat duduknya, tapi anak kecil itu segera lari ke arah orang tuanya."Reta, sudah." cegah El."Tapi dia benar-benar nakal. Aku gemas dengannya.""Biarkan saja. Kau lanjutkan makan mu. Aku ingin kembali ke kantor." pamit El pada Reta.&

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 16 Miss Her

    Hari semakin siang, Sinar matahari sudah berada di atas langit. Tumpukan-tumpukan kertas tergeletak begitu saja di atas meja El. Hari pertama bekerja di best lawyer tidak ada yang spesial selain banyak mulut yang terus membicarakan namanya. "El! Tolong foto copy berkas ini," perintah Alexa dengan meletakkan setumpuk berkas di meja El. Ya inilah pekerjaan yang El lakukan sejak pagi tadi. Setelah mendaftarkan sidik jari dan membuat kartu tanda pengenal. "Baik, Bu." "Tunggu sebentar, El." "Ya, Bu. "Kau lakukan nanti saja. Istirahat makan dulu!" "Terimakasih, Bu. Dengan langkah gontai El pergi dari ruangan itu untuk makan siang. Karena belum mendapatkan teman, El berniat untuk menghubungi sahabatnya Reta. ****Reta tengah sibuk melayani para pelanggannya. Karena sekarang dia sedang mengadakan promo dan tepat saat itu juga, Alberto datan

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 15 knock out the opponent

    Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s

  • My Partner of Doctor Mafia   Chapter 14 mafia trap

    Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status