Kedatangan para tetua, yaitu Louis, Marcus, Miranda, Fransisco dan Iriana, menjadi pertanda acara makan siang mereka sudah bisa dimulai. Tadi pagi Cha dan Dom sengaja menyewa jasa dekor untuk menghias taman samping rumah dengan gaya yang minimalis. Sebuah meja berbentuk lingkaran yang cukup besar, dilapisi kain berwarna putih bersih kini terletak di tengah taman. Di atasnya terdapat ornamen-ornamen pemanis seperti bunga-bunga artificial dan lilin. Semua kursi juga sudah dihias dengan kain panjang yang dibuat membentuk sebuah pita di sandarannya.
Dresscode siang ini adalah putih dan biru langit. Perempuan biru langit, sementara yang laki-laki bernuansa putih. Janice yang tidak sempat membawa baju ganti dari rumah, untungnya bisa masih sempat mencari pakaian Chalondra yang pas di tubuhnya. Edric kecil pun sudah sengaja dipakaikan jumpsuit karakter seekor bayi kelinci berwarna putih. Membuat semua orang tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubitnya. Termasuk Louis yang jarang
Ulu ulu uluuu mama papa Edric mau ngapain ituu? Hihihi...
Anjar dan Reina sudah lama kembali ke Jakarta. Mereka sudah menikah secara sah di mata hukum dan agaman, tapi tidak mengadakan resepsi. Mungkin belum, mengingat Reina tengah mengandung enam bulan sekarang. Ya, akhirnya mimpinya untuk memiliki buah hati akan segera tercapai. Anjar menjaganya dengan sangat baik. Reina tidak merasa kekurangan kasih sayang sedikit pun. Hari ini Anjar akan bertemu dengan Dominic dan juga Brandon. Katanya mereka ingin mengajak Anjar join berbisnis dengan klien di Dubai. Dom hanya bilang kalau dia membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang sangat banyak kedepannya. Jadi, Anjar harus bertemu dengan kedua orang itu secepatnya. “Kau mau ikut? Kau bisa bermain dengan anaknya Dominic.” Reina terlihat berpikir sebentar. Dia tidak pernah ada masalah pribadi dengan Chalondra ‘kan? Saat proses perceraiannya dengan Dom dulu, dia hanya adu mulut dengan mantan suaminya itu dan sekali mengungkit Chalondra. Ah, ada! Malam dimana mereka merencanakan
Janice memandang ruangan Brandon yang kosong. Tadi pagi pria itu memang tidak terlihat berkemas saat Janice sudah turun untuk sarapan. Berdasarkan obrolan mereka dengan Chris dan Amber di meja makan, Brandon akan ke rumah Dom karena punya janji ingin bertemu dengan Anjar. Anjar, puteranya om Sagara yang adalah saudara Janice dari Ares. Tadi sebenarnya Brandon mengajaknya mengingat dia belum pernah bertemu saudara tirinya itu lagi lagi, tapi Janice menolak dengan alasan pekerjaan yang menumpuk. Sudah jam sebelas tapi Brandon tidak kunjung muncul di kantor. Anak-anak di divisinya mulai gelisah karena ada sejumlah pengajuan yang harusnya ditandatangani Brandon sebelum dieksekusi. Ketidakhadiran Brandon pagi ini memang terkesan sangat mendadak. Tidak ada pemberitahuan dari jauh-jauh hari. “Eh, kalian tau Chelsea Fansisca nggak?” Seseorang yang ada di ruangan itu tiba-tiba terdengar mencetuskan sebuah pertanyaan. “Tau. Yang influencer ‘kan?” jawab satu orang.
Janice masih kebingungan bagaimana bisa Brandon mempertemukan dia dan Chelsea di sini. Di dalam mobil dengan situasi yang sangat canggung. Apa yang harus dia katakan sekarang? Brandon jelas-jelas menariknya keluar dari mobil kantor. Itu artinya Chelsea sudah tau bahwa Janice bekerja dengan Brandon. Lalu, bagaimana Janice harus bersikap sekarang? “Jannn! Kenapa nggak ngomong kalau kamu dan B udah ketemu sejak lama? Ih kamuuu.” Chelsea langsung bertanya dengan nada yang sedikit manja. Tubuhnya berputar menoleh ke belakang untuk menghadap Janice yang sudah duduk dengan tenang. Oh Tuhan. Ujian macam apa lagi ini? Janice menggerutu di dalam hati. Jika Brandon sudah dengan berani mempertemukan mereka berdua, baiklah, Janice pun merasa tidak ada yang harus ditutupi lagi. “Ah iya, karena menurutku itu bukan hal penting, Chels.” Janice menjawab dengan senyum di wajahnya. “Nggak penting gimana, Jaaaannn? Cakrawala itu perusahaan bonafit loh. Kalau aja kemarin o
Brandon tidak bisa menguasai dirinya saat kata-kata manis itu terucap dari bibir Janice yang begitu menggoda. Sedetik setelah Janice berhenti bicara, dia langsung membenamkan bibirnya di bibir sang kekasih dengan cara yang romantis. Tidak ada ciuman kasar. Melainkan sesapan lembut yang langsung mendirikan bulu roma Janice di sekujur lengannya. Mereka juga berbagi rasa lewat sentuhan yang diberikan secara sadar di bagian punggung dan pinggang masing-masing. Hampir melupakan dimana mereka sekarang, Janice pun segera mendorong dada Brandon, meski tidak ikhlas melepas tautan bibir mereka. Brandon menatapnya dengan tatapan berbinar seperti biasa. Tidak seperti satu minggu belakangan ini. Sejak Janice membawa-bawa Dion dalam hubungan mereka. “Thank you.” Brandon berucap dekat di wajahnya. Tangan kanan laki-laki itu masih memegang sisi kepala Janice dan jempolnya bergerak mengusap sisa air di bibir Janice. “Aku yang seharunya mengatakan itu, B. Terima kasih sudah se
Dominic sudah tidak tau bagaimana harus menahan debar jantung yang seolah membuatnya ingin terbang sekarang juga. Edric tergelincir dari tangan Chalondra saat selesai dimandikan. Itu yang barusan dia dengar dari sang istri yang menangis sesenggukan. Perjalanan masih ada sekitar dua jam lagi dan Dominic hanya bisa memantau puteranya lewat video call saat sedang diperiksa di rumah sakit. Penderitaan Dom pun berakhir saat mobil berhenti di depan kediamannya. Tangan dan kedua kakinya seperti sudah terkoordinasi untuk bergerak dengan cepat. Membuka pintu dan langsung melompat turun menginjak paving blok. Dia buru-buru mendorong pintu rumah yang tidak dikunci. Di ruang keluarga sudah ada Cha, Amber dan Miranda yang duduk sambil mengelilingi box bayi Ed. “Bagaimana keadaannya?” tanyanya dengan tidak sabaran. Mendekati Edric yang sedang tertidur pulas. “Sudah tidak apa-apa, Dom. Tadi pas ke dokter sudah dicek, yang terkena benturan tidak kenapa-kenapa, kok.” Mi
Keseriusan hubungan Brandon dan Janice mulai tercium oleh Chris dan juga Amber. Pasalnya, mereka berdua tidak lagi malu-malu menunjukkan perhatian satu sama lain saat berada di dalam rumah. Seperti saat Brandon sedang berenang di kolam renang, Janice akan ada di tepi kolam menemaninya. Atau jika Janice sedang berada di dapur, Brandon sering terlihat menggodanya dan gadis itu sama sekali tidak merasa terganggu.Chris dan Amber tidak ingin mengusik mereka. Sejauh mereka masih bisa menjaga diri sebelum akhirnya menikah, Chris dan Amber akan menutup mata dengan romansa yang tanpa sadar sering mereka tunjukkan.Namun saat di kantor, situasinya tetap sama. Mereka tidak ingin ada yang tau dulu, sampai keduanya benar-benar menikah. Bahkan masih banyak yang berasumsi jika Brandon berpacaran dengan Chelsea dan Janice tidak keberatan mendengar isu tersebut. Beruntung sebelumnya mereka memang sudah sering ke lapangan bersama, jadi mereka tidak terlalu kesulitan mendapat quality ti
Suasana hari minggu pagi di kediaman Ellordi. Amber terlihat sudah sibuk di dapur sejak pagi. Pasalnya puteri, menantu dan cucunya akan datang ke rumah. Ini adalah kali pertama Edric akan mendatangi rumah oma dan opa-nya. Jadi Amber berinisiatif untuk memasak sendiri sajian untuk makan siang nanti. Janice membantunya bersama dua orang bibi yang memang kerjanya berada di kitchen. "Yang ini tolong dipotong dadu ya, Jan." Amber menunjuk kentang yang masih terbungkus rapih di dalam plastik kemasan supermarket. "Baik, Tan. Mau sebanyak apa?" "Hm, taruh sekitar sepuluh saja. Cha suka kentang kalau sudah di sop." Janice langsung melaksanakan arahan Amber. Dikeluarkannya sepuluh butir kentang dan ditaruhnya ke dalam sebuah wadah. Sisanya ia kembalikan ke dalam rak penyimpanan. "Brandon sudah tau adiknya bakalan datang, Jan?" "Udah, Tan. Tadi malam dia sudah singgung tentang hari ini juga." Amber meletakkan melirik sebentar ke arah Jani
Keributan di ruang keluarga pagi ini didominasi oleh Edric yang bergantian diganggu oleh om dan tante Janice-nya. Bayi kecil yang sudah bisa tertawa itu berulang kali dibuat tergelak kencang oleh Brandon yang tidak berhenti menciumi perutnya. "Abangg! Jangan digelitikin terus-terusan ih!" Chalondra sampai khawatir Edric akan kelelahan karena tertawa. "Dia senang padahal. Tuh lihat." Brandon menunjukkan Edric yang sedang menatapnya dengan mata yang berbinar. Seperti minta diajak bermain lagi dan lagi. "Iya, namanya juga bayi, Abangggg, suka diajak main. Kita orang dewasa yang harus tau kapan harus berhenti." Chalondra masih mengomel meski tidak bergerak mengambil Edric dari abangnya. Dia malah asik dengan stik keju yang ada di dalam jar yang kini tergeletak manja di atas pahanya. Janice yang sedang duduk di sofa seberang pun tertawa melihat kekesalan Chalondra. Sedangkan Dom dan Chris, as usual, mereka langsung adu jotos lewat permainan catur di ruanga