Part 10 - Valerio Justino
Keesokan harinya, Axel dan Roberto sudah bersiap ke luar dari mansion. Saat ini Luna sudah menunggu di samping limosin yang terparkir di depan pintu utama. Saat melihat kemunculan Axel dari balik pintu putih itu, hijau emerald dari mata Luna menatap sorot dingin abu dari iris Axel.
Luna membungkuk dan menyapanya, “Selamat pagi, Tuan.” Sambutan Luna terlontar halus. Dikarenakan hari ini Axel tak melakukan sarapan di mansion, oleh sebab itu Luna dan Axel baru bersinggungan.
Namun, nyatanya Axel hanya mengangguk pelan nyaris tak terlihat. Bahkan tatapan Axel tak menoleh sedikitpun kepada Luna. Hal tersebut bukan hanya dirasakan Luna, melainkan Roberto juga merasakan aura yang sama. Pria itu paling mengenal aura layaknya gunung es di Everest itu dikeluarkan jika tuannya sedang dalam suasana sangat tidak menyenang
Part 11- Angelica de Luca Suara ketukan terdengar menyingkirkan pemikiran Axel yang mulai terganggu akan setiap gerak gerik Luna, dan kini wanita yang mulai merasuki pikiran Axel itu. Sedang berjalan menghampirinya. “Kau memanggilku, Tuan?” tanya Luna saat dirinya tiba di hadapan Axel. Pria itu mengerutkan keningnya sejenak, lalu Roberto masuk dan menunjuk Luna menggunakan isyarat matanya. Roberto sialan! Kukira dia yang akan bicara pada Luna. Axel menggerutu dalam hati. Sedikit berdeham demi menormalkan kondisinya. “Ah, ya. Malam ini kau harus lembur. Aku hendak makan malam dengan nona de Luca. Kau ….” Axel menjeda sejenak ucapannya. Melirik Roberto yang malah duduk santai di sofa single tanpa membantunya bicara sama sekali. Pria itu malah memasang wajah lugu menunggu Axel mengutarakan maksudnya. “Begini, Luna. Kau bisa duduk dulu,” pinta Axel, kembali beralih pada Luna. Luna menuruti walau ia masih belum men
Part 12 - Dinner Luna terdiam memandangi gaun hitam beludru yang kini tengah ia angkat tinggi sejajar menggunakan kedua tangannya. Gaun di atas lutut itu tampak tak nyaman untuknya gunakan. Ia menggeleng dan kembali memasukan gaun tersebut ke kotak yang ia terima dari Roberto sepulangnya tadi untuk menyiapkan diri. “Tidak! Aku tak bisa menggunakan ini.” Luna berujar pada dirinya sendiri. Lantas ia memilih membongkar pakaiannya, mengingat ada satu dua gaun sederhana yang tidak terlalu ketat dan masih bisa digunakan untuk bergerak leluasa. Dalam beberapa menit membongkar isi lemari, akhirnya ia menemukan sebuah terusan sederhana berwarna hitam. Ia tersenyum dan teringat ia memiliki boots berwarna senada untuknya melengkapi pakaian itu.
Part 13 - You're very unexpected! Luna melepaskan tangannya dari pegangan Valerio, saat tatapannya mendarat pada netra abu Axel yang tampak menyorot tajam pada tangannya. Aura menyeramkan yang ditujukan Axel, semakin terasa mencekam saat tatapan itu beralih padanya. “Valerio, apa kau sudah memanggil Antonio untuk menyiapkan mobil?” Pertanyaan dari Angelica memutus semua tatapan Luna dan Axel serta Valerio. “Ya, aku sudah menghubunginya. Silakan, Nona,” ujar Valerio. “Baiklah, Ax. Sesuai percakapan kita, nanti kita bahas lagi pada pertemuan berikutnya,” ujar Angelica mengecup pipi kiri dan kanan Axel. Pria dingin itu mengangguk dan tersenyum. Lalu membiarkan Angelica beranjak dari sana bersama Valerio. Meninggalkan Axel bersama Luna dalam suasana canggung. “Ma-maaf, Tuan yang tadi itu terjadi begitu saja. Aku juga tak menyangka dia akan—” “Aku tak meminta penjelasan apa pun untuk apa kau menjelaskannya,” sela Ax
Part 14 - She's [Cute] Sexy Satu minggu kemudian. Kedekatan Axel dengan Angelica semakin terlihat erat, bukan karena adanya percintaan yang terjalin antara mereka berdua, melainkan karena adanya kerja sama yang terjalin dengan keuntungan yang akan mereka dapatkan jika keduanya terlihat dekat oleh media, sebagai pasangan dari perusahaan properti terbesar di Italia. Angelica ternyata bukanlah nona manja seperti yang dipikirkan Axel selama ini. Dirinya juga diterpa dengan didikan keras dan harus bisa menjalankan tampuk kejayaan de Luca dengan benar. Dia memiliki tujuan untuk mendapatkan kepercayaan sang ayah agar membiarkannya memimpin perusahaan tanpa harus mendapatkan suami yang hanya akan mengekangnya bertindak kelak. Setidaknya itulah yang dapat Axel ceritakan pada Luna dan Roberto saat
Part 15 - "Don't Touch My Bodyguard!" Malam kencan kedua setelah kesepakatan bisnis yang dilakukan Axel bersama Angelica berhasil mengelabui ayah Angelica, kini keduanya tampak lebih santai karena tak ada lagi kepalsuan yang mereka tunjukan. Mereka adalah penggila bisnis dan sama-sama memiliki jiwa pekerja keras. Kali ini makan malam mereka hanyalah membicarakan rencana dalam beberapa bulan ke depan setelah menjalin kerja sama berkedok hubungan cinta keduanya. Salah satu perjanjiannya adalah melakukan kegiatan makan malam rutin seperti saat ini. Axel menikmatinya karena dirinya tak harus berpura-pura menjadi menggelikan, terlebih jika itu harus dilakukannya di depan Luna dan Roberto. Axel sangat yakin di belakangnya, kedua orang itu pasti sering membicarakan hal-hal memuakkan yang dilakukannya pada Angelica.
Part 16 - Embarrassed Axel terus memerhatikan memar di tangan dan pipi sampai ke leher Luna. Dirinya merasa sangat bersalah tengah mempertemukan kembali Luna dengan mantan sialannya yang berujung kini menyakiti Luna. Axel tak tahu jika tindakan Valerio begitu kasar, dan Luna bukanlah lawan seimbang untuk menghadapi pria itu, terlebih dulu mereka pernah menjalin kasih dan pastinya Luna akan merasakan sakit hati terhadap tindakan kasar tersebut. Dasar pria b*jingan, beraninya dia membuat Luna terluka! umpat Axel tak tahan melihat memar merah pada Luna hanya membuatnya semakinnya kesal. “Jangan menatapku seperti itu, Tuan. Aku baik-baik saja, lagipula aku sudah melawannya tadi,” ujar Luna merasa tak nyaman mendapatkan sorotan secara terus mener
Part 17 - “Who are you?” Luna keluar dari ruangan Axel setelah mendapat izin darinya. Wanita itu hendak berusaha menenangkan Axel, tetapi pria itu berkata dirinya sudah baik-baik saja dan memintanya pergi. Ia terpaksa melangkahkan kakinya ke luar menuju ke mana dirinya harus beristirahat. Akan tetapi, saat ia tiba di depan pintu kamar, suara ponselnya berdering menandakan panggilan masuk. Luna menjawab panggilan tersebut dan mendengar suara Roberto di ujung sambungan yang memintanya ke halaman belakang tepatnya di gazebo mini di mana saat ini pria itu sudah menunggunya. “Okay, aku akan ke sana.” Luna menjawab demikian karena tak enak menolak. Meskipun, ia sangat ingin istirahat. Sampai beberapa menit kemudian. Luna tiba di gazebo dengan senyum yang tetap ditunjukkan mengingat selama ini h
Part 18 - Breakfast with a “cup” Keesokan harinya adalah hari minggu di mana seharusnya Luna juga Roberto bisa beristirahat di rumah mereka. Sayangnya, akibat kejadian semalam membuat mereka kini berada di mansion. Luna dan Grace saat ini sudah berada ruang makan megah dan hanya bisa terdiam. Kepindahan mereka ke mansion, membuat keduanya tak memiliki waktu sarapan ceria seperti biasanya. Keduanya malah terlihat tegang, sekalipun makanan yang ada di hadapan mereka sungguh menggugah selera. Masalahnya bukan mereka tak ingin menyantap hidangan lezat itu, melainkan kedua wanita berbeda generasi itu harus bersabar sedikit lagi untuk menunggu si tuan arogan tiba di ruang makan. Sampai suara Axel tengah berbincang dengan Roberto terdengar mendekat, wajah Grace terlihat sumringah saat mend