Part 18 - Breakfast with a “cup”
Keesokan harinya adalah hari minggu di mana seharusnya Luna juga Roberto bisa beristirahat di rumah mereka. Sayangnya, akibat kejadian semalam membuat mereka kini berada di mansion.
Luna dan Grace saat ini sudah berada ruang makan megah dan hanya bisa terdiam. Kepindahan mereka ke mansion, membuat keduanya tak memiliki waktu sarapan ceria seperti biasanya.
Keduanya malah terlihat tegang, sekalipun makanan yang ada di hadapan mereka sungguh menggugah selera. Masalahnya bukan mereka tak ingin menyantap hidangan lezat itu, melainkan kedua wanita berbeda generasi itu harus bersabar sedikit lagi untuk menunggu si tuan arogan tiba di ruang makan.
Sampai suara Axel tengah berbincang dengan Roberto terdengar mendekat, wajah Grace terlihat sumringah saat mend
Apa part ini cukup untuk menemani weekend kalian? Mereka gak romantis kan? hanya menggemaskan 😛😛😛 Jangan lupa komen di depan yaa dan taburkan butiran gems untuk LunAx. Happy weekend all Stay health and Gbu 🥰 See you next part 💕N.J 🦢
Part 19 - Uninvited Guest Pupil mata Axel dan Luna membesar seketika saat ciuman itu terjadi dalam beberapa detik sampai keduanya tersadar dan melepas pagutan itu bersamaan. Mereka tampak canggung dan memegangi bibir masing-masing serta saling membatin. Ya, ampun apa yang barusan sungguhan?! Ini gila! Bagaimana bisa aku berbuat hal ceroboh. Setelah menggerutu dalam benak, terlihat masing-masing dari mereka tampak salah tingkah saat tatapan intens kembali bertemu lalu keduanya kompak mengalihkan tatapan ke sembarang arah sambil berdeham demi mengurangi rasa gugup. “Tadi itu—” “Maaf, aku .…” Luna menyela, tetapi tak tahu harus berkata apa. Tak mungkin dia mengatakan bahwa ia
Part 20 - Confused Axel menjatuhkan dirinya pada Roberto yang sigap menangkapnya ketika dirinya tertangkap basah oleh Luna. “Oh, really, Ax? Haruskah seperti ini,” bisik Roberto menahan kedua tangan Axel yang berpegangan padanya. “Diamlah! Ini semua salahmu, kenapa tak menutup pintu!” Axel mendesis dengan tatapan tajam. “Oh ya ampun, Ax!” Sontak Luna kembali memekik dan bergegas masuk membantu tuannya. “Luna cepat ambilkan kursinya!” seru Roberto. Dengan sigap wanita itu bergegas mengambil kursi di balik meja Axel dan membawanya ke belakang pria itu untuk segera kembali duduk.
Part 21 - Full of attention Pagi-pagi sekali Roberto telah tiba di mansion bahkan saat ia tiba tadi suasana langit terlihat masih cukup gelap, matahari juga masih malu-malu menunjukkan dirinya saat pria itu tiba tepat sesuai permintaan tuannya pada pesan teks semalam. Axel meminta Roberto datang sebelum Luna terbangun hanya untuk menghindari pertanyaan wanita itu, siapa yang membawanya masuk ke kamar. “Katakan aku menghubungimu tengah malam hanya untuk memindahkannya.” Axel berujar di hadapan Roberto. “Sebenarnya apa yang terjadi semalam?” tanya Roberto. “Dia mabuk karena meminum banyak anggur. Dia banyak bercerita tentang masa lalunya,” jawab Axel jujur tanpa memikirkan dampak yang dia dapatkan.
Part 22 - The Fake (Real) Kissing Kedatangan mendadak yang dilakukan Angelica nyatanya bukan untuk menemui Axel, melainkan menggunakan kesempatan itu agar Angelica bisa menemui Roberto yang sejak semalam ditunggu untuk menghubunginya, tetapi tak juga dilakukan pria itu. Hingga kini makan siang berlangsung Angelica terus melakukan sindiran pada Roberto yang ikut makan siang bersama atas permintaan Axel. “Jadi, kenapa semalam kau tak menghubungiku. Kupikir kau masih marah akan pembicaraan kita kemarin.” Angelica berujar pada Axel walau tatapannya melirik Roberto yang asik menikmati makanannya. “Semalam aku sibuk, lagipula bukan jadwalku untuk menghubungimu,” jawab Axel sambil mengiris steaknya dan memasukannya ke mulut. Angelica kehabisan
Part 23 - “What have you done to me?” Kegiatan Axel dan Luna berlangsung cukup lama dalam hitungan menit. Axel yang merasa dirinya tak bisa menahan lebih lama lagi, akhirnya menarik diri dan melepaskan pagutan tersebut sehingga Luna merasa kehilangan sesuatu yang sempat membuatnya melayang melupakan daratan. Axel menatap iris emerald yang meredup tertutup kabut gairah akibat ulahnya. Begitu juga dengan netra abu-abu miliknya yang menatap begitu lekat dalam beberapa detik. “What?” desah Luna merasa tatapan Axel sarat akan arti. Axel tersadar akan lamunannya dalam beberapa detik setelah pagutan terlepas dirinya masih saja menatap takjub wajah merona milik Luna seakan sorot itu tak bisa berhenti mengagumi
Part 24 - I have a secret too Pagi harinya Axel terbangun lebih dulu dan bergegas beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Ia bersiap merapikan dirinya untuk kembali memulai aktivitasnya. Hari ini ini adalah jadwal bulanannya mengunjungi makam kedua orang tuanya. Setelah terakhir dirinya keluar dari rumah sakit dan melihat makam tersebut. Ia mengenakan pakaian gelap dan bersiap keluar dari kamarnya. Ketika keluar dari lift Axel bertemu dengan Luna yang hendak menuju ruang makan. Luna menghampiri dan menyapanya seperti biasa. “Selamat pagi, Ax.” “Selamat pagi,” jawabnya dingin. Lalu mereka berjalan berdampingan. “Hm …, mengenai pertanyaanku semalam. Aku minta maaf karena memaksa menjelaskan sesuatu yang tak memiliki penjelasan. Sama halnya dengan pertanyaanmu yang tak harus aku jelaskan kenapa, karena aku hanya ingin membantumu—” “Cukup, Luna.” Axel menyela tegas sambil berbalik menatap tajam Luna. “Jika demikian al
Part 25 - “I'll be your alpha in this world” Keduanya terlarut terlebih dalam dengan Axel yang membawa Luna untuk duduk di atas pahanya dengan posisi berhadapan. Meraih pinggang wanita itu secara perlahan dan Luna menjalarkan tangannya dari pegangan tersebut terus naik mengusap bisep Axel yang terasa pas baginya. Sementara itu pagutan Axel mulai terlepas, ia membawa bibirnya turun pada leher Luna. Salah satu kesukaannya setelah bibir Luna yaitu tengkuk dan leher Luna yang selalu menantang setiap wanita itu mengikat rambutnya. Ia mengecup dan mencumbu leher mulus itu dengan lembut, cukup lama hingga membuat Luna hanya terdiam seakan menikmati cumbuan Axel. Akan tetapi, Axel yang mengira Luna menikmati cumbuannya. Tak juga mendapat pergerakan dari Luna yang nyatanya wanita itu malah terlelap dengan meletakan kepala di atas bahunya.
Part 26 - Intimidation Roberto menangkap keanehan yang terjadi antara Axel dan Luna. Keduanya tampak berbeda dari kemarin yang tak acuh. Bahkan hari ini Axel meminta Luna duduk di belakang bersama mereka. Ditambah tatapan keduanya yang terlihat dari sorot Axel sangat senang melirik Luna yang memerah padam menahan kesal. Meskipun, semua itu tak menutupi raut bahagianya dari sinar matanya. Roberto menoleh ke Axel dan Luna secara bergantian, kali ini ia akui bahwa tatapan keduanya begitu sulit diartikan. Sungguh membuatnya gemas sendiri dan tak tahan hingga menengahi tingkah keduanya. “Hei, apa yang kulewatkan dari kalian?” Axel melirik Roberto dengan senyum mencurigakan. “Jangan berikan senyum aneh itu sebagai jawabannya, Ax. Aku merasa i