Part 53 - Who has a secret?
Axel dan Luna kembali menjalani aktivitas seperti biasa sampai malam kembali tiba dan Roberto sudah berada di mansion menunggu Axel pulang. Sayangnya, kali ini Luna memilih pulang karena sudah beberapa hari dia menginap atas permintaan Axel yang tak mengizinkannya pulang dan malah meminta Grace tinggal di sana. Luna tak menyetujui, karena sesekali Damian dan istrinya suka berkunjung saat berada di Roma.
“Baiklah, aku pamit, Ax, Rob,” ujar Luna beranjak dari duduknya.
“Tunggu Luna.” Axel beranjak dari kursi dan menghampiri Luna yang berada di ambang pintu ruang kerjanya.
Axel mendekatkan bibirnya ke samping telinga Luna dan berbisik, “Ingat, aku masih ingin membuat perhitungan denganmu,” desis Axel sambil mengusapkan tangannya ke belakang Luna, tepatnya meremas
Roberto atau Valerio yang menyembunyikan sesuatu terhadap Axel n Luna? Siapa yang mau menebak?😬 See you 💕N.J🦢
Part 54 - Honesty “Rob, buka pintumu. Ini keadaan mendesak, apa kau sudah tidur?” tanya Axel sambil menggedor pintu kamar sekretarisnya. “Belum. Ada apa, Ax?” “Luna diculik oleh mantan berengseknya, Valerio!” jawab Axel berteriak. Seketika pintu kamar Roberto terbuka. “Bagaimana kau tahu?” “Kujelaskan di jalan. Kau ingin ikut ke rumah Luna atau tidak?” tanya Axel merapikan mantel dan tak peduli dengan kursi sialan untuk menutupi identitas, karena kini Luna lebih penting dari semua itu. “Baiklah, ada hal yang harus kujelaskan juga, sepertinya ini ada kaitannya dengan gadis kecil yang kucari.” Roberto bergegas memasukan beberapa lembaran kertas, foto ke dalam
Part 55 - Fazio & Lanzo Axel menghentikan mobilnya di belakang dua sedan hitam yang berjejer rapi dan di tengahnya terdapat sebuah harley berwarna senada. Ia dan Roberto turun dari mobil langsung bergegas masuk saat yakin di sanalah titik GPS Luna terhenti di dalam bangunan tua di hadapan mereka. “Ax, lihat.” Roberto menunjukkan pesan dari pengirim misteriusnya yang menyuruhnya segera masuk. Axel mengangguk dan mulai melangkah mendekati pintu ukiran unik. Suara ‘kriet’ terdengar saat Roberto mendorongnya secara perlahan, lalu kedua pria itu masuk. Ruangan yang awalnya gelap, kini mulai menyala di beberapa sisi dan pintu itu tertutup seketika dengan suara berdebum yang cukup mengejutkan. “Selam
Part 56 - Goodbye and See you “Kau sudah tahu semuanya?” tanya Louisa setelah rekaman video berakhir. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Axel yang masih tak percaya dengan semua cerita tersebut. “Sekalipun Axel sudah tahu, kau tak memiliki bukti untuk melakukan semua ini, Lou!” sergah Roberto. Pandangan Louisa beralih pada sosok yang juga tak menyukai perlakuannya terhadap keluarga Axel. Louisa mendekati Roberto dan terkekeh sambil merapikan kerah kemeja pria itu, tetapi ditepis kasar oleh Roberto. Wanita itu terkekeh dengan senyum licik tercetak di wajahnya. “Aku tak memerlukan bukti untuk melakukan hal ini. Aku hanya perlu percaya pada ayahku dan menemukan saksi yang tersisa,” desis Lou.
Part 57 - Sorry to disappoint Roberto menghentikan mobil tepat di depan pintu utama mansion. Sepanjang perjalanan kembali dari San Marino Axel hanya diam bahkan ucapan maaf Roberto tak digubrisnya sama sekali. Tuan mudanya itu tampak memendam kemarahan yang membuat Roberto semakin resah karena mengetahui kesalahannya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari saat mereka tiba di mansion, Axel turun dari mobil dan disusul Roberto sambil kembali memanggil. “Axel, kau sungguh akan membiarkan Luna pergi dan Lou terbebas begitu saja?” tanya Roberto. Pada akhirnya langkah Axel terhenti dan berbalik menatap tajam Roberto yang mulai kesal akan diamnya Axel. “Berhenti bersikap seolah kau peduli terhadapku setelah apa yang kau lakukan.” Axel berjal
Part 58 - Let Her go “Tiga hari, Luna!” tegas sebuah suara berat yang khas tepat di belakangnya. Luna terperanjat mendengar suara pria yang hendak dihindarinya kini berada di ambang pintu. Dia baru saja selesai merapikan seluruh barangnya di rumah pemberian Axel dan hendak membawanya keluar kamar. Sepulangnya ia dini hari tadi, Luna memang tak langsung pergi, mengingat Grace masih tertidur dan pagi tadi keponakannya masih harus pergi ke sekolah barulah siang ini dirinya hendak menjemput untuk sekalian kembali ke apartemen. “Apa yang kau maksud, Ax?” Luna bertanya tanpa menatap pria di hadapannya yang bersedekap dada sambil bersandar pada pintu kamarnya. Luna melewati pria itu untuk menghindar dan langsung menuju dapur dengan berpura-pur
Part 59 - Kidnapping Luna menghentikan kendaraan beroda empat itu di depan gerbang sekolah Grace. Ia turun dari mobil sambil melihat sekitar sekolah yang sudah tampak sepi karena memang seluruh penghuni sekolah sudah pasti telah pulang mengingat matahari hampir tenggelam. Namun, karena ia sudah berjanji dengan Grace akan menjemputnya untuk kembali ke apartemen lama mereka. Seharusnya gadis kecil itu sudah tahu ia akan datang setelah ia merapikan barang-barang. Beruntung Valerio meminjamkannya mobil walau Luna menolak, pria itu tetap memaksanya jika tak ingin diantarkan dirinya. Luna menekan ulang panggilan terakhirnya, menunggu dering beberapa detik lalu panggilan itu mulai terjawab. “Halo, Grace, Aunty
Part 60 - Axel's sacrifice Axel menutup panggilan telepon Roberto untuk kesekian kalinya. Setelah melakukan perpisahan terhadap Luna. Dirinya merasa masih belum siap berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk orang kepercayaannya sekalipun. Terlebih semalam ia mendapat panggilan telepon dari Louisa yang mengatakan ingin meminta seluruh perusahaan Dante padanya. Wanita gila itu jelas membuat Axel tak habis pikir dengan mengancam akan merebut miliknya dengan paksa. Axel merasa Louisa telah terdoktrin seperti ayahnya yang memilih merampok orang daripada berusaha menerima kenyataan atau paling tidak meminta bantuan padanya. “Tuan, Roberto menghubungiku dia—” “Aku tak ingin menerima panggilannya.” “Axel, Angelica disekap. Aku h
Part 61 - Luna's sacrifice Suara baling-baling dari helikopter yang hendak mendarat pada sebuah helipad terdengar gaduh di luar gedung. Axel menghentikan mesin helikopter tersebut dan segera turun dari sana. Getaran pada saku jasnya terasa di dada, ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan melihat nama Luna tertera memanggilnya. Alih-alih segera menjawab, jarinya malah berkhianat dan memilih menolak panggilan tersebut serta mematikan selular itu lalu melanjutkan langkahnya untuk memasuki gedung yang menjadi tempat pertemuannya. “Maaf, Luna. Kau tak harus tahu semua ini. Aku janji akan selesaikan tanpa membebanimu lagi.” Setelah bergumam demikian Axel membuka pintu besar itu hingga seketika sorot lampu menembak dirinya sampai membuat Axel harus menutupinya menggunakan tang