Dada Mita terasa sesak mengingat pesan yang beberapa jam lalu ia terima. Niatnya untuk menenangkan hati menjadi ambyar seketika.
Bagaimana bisa dia pergi dengan wanita yang lain, di saat sudah melamar seorang gadis? Apakah keberangkatan mendadak pagi ini karena wanita itu? Mengapa memberikan harapan jika tak benar-benar menginginkan?
“BRENGSEK!!!” umpat Mita ke sekian kali di dalam kamarnya.
Mita memilih pulang lebih awal dari rencana yang ia susun sejak pagi. Bahkan ia tadi makan malam bersama dengan kedua orang tuanya di rumah.
Dewi yang merasakan keanehan tak mengeluarkan godaannya. Ia memilih diam, membiarkan putrinya yang akan berbicara sendiri padanya. Namun, hingga makan malam selesai pun, putri semata wayangnya hanya diam.
Tiba-tiba satu ide gila terbersit di otak Mita. Gadis itu beringsut mengambil pakaian mini yang ia beli dari salah satu pusat perbelanjaan tadi dan memakainya.
Pakaian yang Mita kenakan benar-benar mini
Yang terjadi sebelum pernikahan ....“Bagaimana, Ri? Enak, kan, makan di sini?” tanya Alyssa yang masih asyik dengan dessert yang berada di hadapannya.“Pilihan yang bagus ... Lyssa,” jawab Riko seadanya.Kedua pipi Alyssa memerah karena mendapat respon baik dari Riko. Biasanya laki-laki itu tak akan banyak berkomentar dan lebih banyak diam. Tapi entah mengapa hari ini terasa berbeda.“Tapi lebih baik jika kamu membawa laki-laki yang benar-benar tertarik padamu.” ujar Riko kemudian.Wajah Alyssa seketika pias. Bukan ini yang ingin ia dengar.“Aku sudah memiliki calon istri. Dan sebentar lagi akan menikah. Aku harap mulai saat ini kita menjaga jarak, karena aku harus menjaga perasaan calon istriku.” imbuhnya.Riko yang sejak tadi memang merasa tak nyaman karena ulah Alyssa yang menunjukkan kepada pengunjung sekitar, bahwa mereka seperti memiliki hubungan, beranja
Mita merasakan gugup setelah masuk ke kamarnya sendiri bersama seorang laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Ia belum sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Semuanya terasa mendadak dan tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Menikah secara agama hanya untuk menghindari perbuatan yang melibatkan nafsu. Tak bisa di pungkiri jika selama pergi bersama, mereka selalu melakukan kontak fisik yang memang tidak dianjurkan bagi pasangan yang belum menikah. Kecemasan para orang tua memang bukan tanpa alasan. Mereka lebih tahu bagaimana pergaulan anak muda, apalagi jaman sekarang. Mereka pernah muda dan merasakan bagaimana perasaan cinta mampu membuat hati porak-poranda. Sejak masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya, Mita tidak berani menatap Riko yang kini terbaring di atas tempat tidurnya. Ia memilih duduk membelakangi suami yang mengajaknya istirahat bersama. “Mau sampai kapan kamu duduk seperti ini, Sayang?” tanya Riko yang sudah bangun
Dalam impian yang sudah Mita rancang dalam hidupnya, pernikahan berada di urutan paling bawah dan terakhir. Tapi hal itu justru menjadi paling pertama dia dapatkan.Entah harus bahagia atau sedih, ketika laki-laki yang akan menjadi suaminya adalah orang yang sangat ia kenal. Yaitu kakak dari sahabatnya sejak SMP.“Huft! Semua orang menyebalkan!” gerutu Mita yang sudah mengganti pakaiannya dengan piama.“Kenapa melamun di sini?”Suara berat Riko membuat Mita menegang. Kegugupan yang sempat mereda kini kembali menyapanya.“Ehm ... Mita nggak melamun kok, Kak,” jawab Mita, gugup.“Ayo tidur! Besok Opa dan Oma bakalan menginap di sini.” Riko menarik tangan Sang istri untuk membawanya beristirahat.Riko yang baru saja membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, mengernyit heran karena Mita masih duduk membelakanginya.“Kamu nggak tidur?”Mita menoleh. Sial! Melihat R
“Kamu mau malam pertama kita, iya?” bisik Riko dengan sensual di depan wajahnya.Deg ...Jantung Mita berdetak kencang mendengar pertanyaan Riko. Apalagi posisi sang suami yang sudah menindih sebagian tubuhnya membuat getaran aneh menyusup di setiap aliran darahnya.“Sayang,” panggil Riko seraya menjatuhkan kecupan di bibir Mita yang membuka.“K-kak,” lirih Mita, gugup.Riko tersenyum dan kembali mengecup bibir Mita yang bergetar.“Tidur, ya?” ajak Riko setelah ia berguling ke samping Mita dan meraih tubuh istrinya yang bergetar ke dalam dekapannya. Riko tahu istrinya masih gugup dan ketakutan. Ia pun tak ingin memaksa.Hening. Mita kembali membuka matanya ketika mendengar nafas teratur Riko dan elusan tangan di punggungnya berhenti. Diam-diam ia tersenyum seraya membenamkan wajahnya di dada suaminya.Sesuai perintah Mamanya kemarin, Mita lebih dulu beranjak dari tempat tidur 
Bukan tanpa alasan jika Mita mempunyai banyak pertanyaan tentang suaminya. Semua keluarganya terasa aneh bisa menerima dengan cepat sang suami yang terbilang sebagai orang asing.“Aku pasti cepet tua kalau berpikir sekeras ini,” gumam Mita pelan. Ia beranjak dari atas tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Ceklek ...Mita yang mengira masih sendirian di kamar, tak menyadari tatapan liar Riko yang berada di atas tempat tidur. Mita keluar dari kamar mandi hanya melilitkan handuk pendek yang menutup dada hingga pertengahan pahanya saja.“Ahhh ...” pekik Mita seraya masuk ke walk in closet dan menutup pintunya dengan kencang.Brak ...Nafas Mita terengah-engah seperti habis lari maraton. Dadanya naik turun seiring detakannya yang semakin kencang.“Astaga! Kenapa aku tak menyadari kalau ... kalau Kak Riko duduk di sana,” gumam Mita sambil menu
Riko menarik tubuh Mita ke dalam gendongannya. Membalas ciuman sang istri yang terasa kaku dan menggebu.Ia melangkah penuh semangat menuju tempat tidur yang akan menjadi saksi malam pertamanya. Perlahan Riko duduk di sana dengan Mita yang masih berada di dalam gendongannya.Mita tak mampu lagi mengontrol dirinya saat Riko mulai meraba-raba tubuhnya. Ia pasrah dan menerima apa yang akan terjadi padanya beberapa jam ke depan. Atau sampai besok pagi.Riko mengurai lumatan bibirnya. Ia tersenyum melihat keadaan Mita yang sudah acak-acakan dengan bibir membengkak.Tangannya yang terbebas, menyentuh bibir Mita dan mulai menjalankan aksinya. Menyusuri rahang, telinga hingga turun ke leher. Memberikan kecupan basah, diselingi isapan sebagai tanda kepemilikan.Riko meraih simpul jubah yang berada di sisi kiri Mita untuk melepaskan dari kedua tangan istrinya.Mita menurut. Ia pasrah melepas kain tipis yang menghalangi pergerakan sang suami.Ri
Riko tak pernah mengira sudah menikah dengan gadis yang ia masuki semalam. Gadis berparas manis yang selama setahun terakhir ini memenuhi hatinya. Entah kapan tepatnya, hati Riko terpaut begitu saja saat melihat dia datang mencari adiknya ke rumah. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur tatkala terpergok oleh Mama Dewi dan segera diminta bertanggung jawab. Karena sejak pertama kali tertarik pada wanita yang kini memunggunginya, ia bingung bagaimana cara bergerak mendekat. Apalagi melihat perbedaan usia mereka yang sempat membuat Riko minder dan mencoba melupakan perasaannya. Akan tetapi, perasaan itu semakin mengganggu dan membuatnya sulit berkonsentrasi bekerja ataupun beraktivitas tatkala Riko mencoba melupakan. Hingga waktu beranjak siang, Riko yang sudah membuka mata, mengulas senyuman ketika mendapati sang istri terlelap dengan nyaman di atas tempat tidur mereka. Dia terlihat sangat lelah karena dirinya tak berhenti menikmati tubuh itu
Mita mengangguk pelan atas pertanyaan suaminya. Meskipun ia sempat mengeluh pegal dan merasakan sakit di bagian kewanitaannya, ternyata ia masih mampu bercinta dengan begitu panasnya. Kedua semburat merah jambu kembali menghiasi pipinya ketika ia mengingat betapa binal dirinya sejak semalam. Ditambahkan percintaan yang baru saja selesai, menambah prestasi seorang Mita yang notabene masih pertama kali melakukannya. “Mau mandi sekarang? Atau mau pelukan begini terus?” bisik Riko yang masih betah memeluk tubuh polos istrinya dengan bagian bawah yang masih menyatu. Bibir Mita terkatup rapat. Ia terlalu malu untuk menjawab. “Kalau mau pelukan sih, aku juga nggak nolak kok,” ucap Riko tanpa tahu malu. Apa dia tidak menyadari tubuh sang istri yang sudah menegang kaku? Sudah ... ucapan itu membuat Mita seakan terjun dalam hal yang memalukan. Bagaimana bisa seorang wanita enggan berpisah dari tubuh suaminya ketika percintaan telah selesai?