"Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."
----------
"Apa sih, Varo? Nggak usah teriak-teriak, kamar gue bukan hutan." Kesal Dinnar kala adiknya berteriak di dalam kamarnya.
Varo menggubris ucapan kakaknya dan mendekati Dinnar dan mencengkeram baju Dinnar dengan kasar. "Lo bang." Marah Varo.
"Lo kalau marah dipikir dulu, lo mau mbak Naya di bawa papa ke Singapur? Lihat itu dibawah, mbak Naya terlihat kesakitan, mbak Naya sedang hamil muda, inget bang." Tegur Varo dengan amarah.
Mendengar itu, Dinnar langsung melepaskan cengkraman adiknya dan berlari menuju ke ruang keluarga. Jantungnya berdegup kencang saat melihat wajah Kanaya pucat dan terlihat sedang menahan sakit. "Sayang!" Panggil Dinnar sambil berjongkok di
"Seorang Fatimah Az-Zahra saja tak ingin diduakan oleh Sayyidina Ali. Apalagi aku seorang wanita biasa yang tak semulia Khadijah dan secerdas Aisyah."----------"Ya Ampun Kanaya..." Nadin histeris melihatku dan berjalan mendekati kursiku lalu membawaku dalam pelukannya."Kamu kenapa? Cerita sama aku." Ucapnya sambil mengusap punggungku"Aku...aku nggak tau Din, hatiku rasanya sakit banget, kayak ditusuk-tusuk pakai pisau. Aku juga nggak tau kenapa? Tapi habis melihat foto dan membaca pesannya aku takut Din...aku takut Allah akan mengambil Al dariku." Jelasku ditengah isakan."Foto apa? Dari siapa?" Nadin melepas pelukannya dan menatap wajahku yang terasa panas karena menangis."Sofia.. dia..dia bilang...ya Allah, jangan sampai itu terjadi Din. Aku nggak akan sanggup." Aku tidak mampu meneruskan ucapanku. Aku terlalu takut jika ucapan Sofia menjadi kenyataan. Sungguh aku nggak ingin kehilangan Alfizam."Ya Tuhan, Kan
Siang sudah berganti malam, meeting dengan SL group berjalan dengan lancer. Semua pekerjaan yang ditugaskan untuknya memang selalu lancer dan menghasilkan kerja yang bagus. Apalagi Dinnar didampingi sekertaris dan asisten handal seperti pak Hasan dan Aldo, bapak dan anak yang tiak diragukan lagi kemampuan dalam dunia kerja.Tepat jam sembilan, Dinnar dan Aldosampai di hotel milik Nasution group. Awalnya Dinnar sempat menolak saat jamuan makan malam yang diadakan di restoran berganti di hotel. Sesampai di hotel Dinnar langsung disambut oleh resepsionis.Dinnar dan Aldo diantar ke lantai 10 dimana tempat jamuan makan malam dengan Destan Nasution sang CEO dari Nasution group. “Selamat malam dan selamat datang di hotel saya Mr.Agustaf.” Ucap Destan.“Selamat malam Mr.Destan, terimakasih.” Balas Dinnar sopan.Setelah berbasa-basi mereka melanjutkan dengan acara makan malam. Selama makan tidak ada yang buka suara, ha
"Cinta yang tepat, kepada orang yang tepat, di saat yang tepat, membuat bahagia terasa lebih sempurna."-----------Kanaya Naratama Hari sabtu yang sepesial, begitulah menurutku. Hari ini hingga esok Al benar-benar meluangkan waktunya khusus untuk ku. Setelah satu bulan kemarin Al begitu sibuk dengan proyek barunya ditambah Sofia yang tiada kesalnya mendekati Al. Entahlah terbuat dari apa hati wanita itu, yang tanpa rasa malu mengejar-ngejar suami orang. Sudahlah, yang terpenting Al selalu memegang kepercayaanku.Jangan ditanya betapa bahagianya hatiku saat ini. Hatiku berasa dipenuhi bunga-bunga. Aku teringat terakhir kali bersama-sama pergi dengan Al saat ke Anyer. Dan baru kali ini Al bisa fokus denganku dan calon baby ku tanpa diganggu pekerjaan. "Mas, kita mau kemana sih?" Tanyaku penasaran.Karena sedari tadi sehabis shalat subuh, Al ha
“Kebersamaan memang tidak akan kekal, setiap kebersamaan pasti akan berakhir. Maka buatlah kenagan-kenangan indah saat bersama orang tercinta, karena sebuah kenangan pasti akan abadi.”Kanaya NaratamaAlfizam segera memesankan makanan untuk ku setibanya di hotel, kami pun makan bersama di restoran hotel. Aku menikmati makanan yang di pesankan Al dengan lahap tanpa gangguan mual-mual seperti di saung tadi.Setelah menghabiskan makanan, kami kembali ke kamar masing-masing. Sementara Alex entah ia akan pergi ke mana, karena aku melihat ia pergi keluar hotel.Saat ini aku sedang berada di balkon kamar hotel, menikmati indahnya malam kota Bandung. Aku begitu takjub dengan keindahan kota Bandung. Aku menatap layar ponselku, jam di ponselku sudah menunjukan pukul 21:30, tapi Al belum kembali. Sudah dua jam Al minta izin untuk menemui Alex, katanya ada sesuatu yang penting. Sesekali aku menghela nafas saat malam semakin l
“Dalam kehidupan tidak akan ada jalan yang begitu mulus, pasti akan ada penguji disetiap langkah kaki yang menapak."*****Dinnar segera membaringkan Kanaya di ranjang king size kamarnya, ia menuju ruang kerjanya setelah memastikan Kanaya masih terlelap. Dinnar segera menghubungi Helga supaya datang kerumahnya dan menceritakan semua yang terjadi kepada Helga.Empat puluh lima menit kemudian, Helga tiba di rumah Dinnar. Ia segeramemarkirkan mobil sportnya di garasi rumah adiknya itu, karena ia berencana menginap dirumah Dinnar. Helga langsung menuju kamar Dinnar, ia tersenyum saat melihat adik kesayanganya sedang tidur pulas diranjang. Helga masuk ke ruang kerja Dinnar, ia melihat adek iparnya itu tengah melamun.Dinnar menceritakan, bahwa ada orang yang berniat jahat kepada Kanayadengan memberikan obat perusak rahim pada jus yang belum sempat Kanaya minumwaku di kebun tehdan ada mobil dengan kecepatan tinggi yang den
“Jangan menunggu keajaiban, tapi buatlah keajaiban sebab semakin lama digenggam, maka semakin berat juga beban dan masalah.”Kediaman Naratama terlihat berbeda dari hari-hari berikutnya, semua sibuk mempersiapkan acara pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya. Perempuan cantik itu tengah menyiapkan pakaian untuk suaminya dan membantu suaminya bersiap.Pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya telah dilaksanakan dengan lancer. Tamu yang hadir adalah para tetangga dan keluarga Naratama dan Agustaf yang tinggal di Jakarta serta mengundang beberapa anak yatim.Kanaya melihat suaminya tengah berbincang dengan sahabat-sahabatnya yaitu Aldo, Rendy, Arvan dan Toni. Meskipun Toni adalah seorang non Islam tapi dia tetap menghormati sahabatnya itu dengan hadir ke pengajian.Kanaya memperhatikan suaminya yang tengah tersenyum bahagia saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya itu. Namun senyum Kanaya memudar saat seseorang berpakaian sebagai p
“Kita tidak pernah tau takdir kehidupan akan membawa kita kemana dan jadi apa. Yang harus kita tau adalah bagaimana agar kelak tidak pernah lepas dari bersabar dan bersyukur. Bersabar pada setiap apa yang sedang diperjuangkan. Bersyukur pada setiap apa yang dimiliki.”----------Helga mulai berkutat dengan dokumen yang ada di meja kerjanya, senyum bahagai tidak luntur sejak sepuluh menit yang lalu sang bunda memberikan kabar bahwa Kanaya sudah sadarkan diri. Ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya dan segera ke rumah sakit untuk menemui adik tercintanya. “Bro.” Ujar Yudistira kepada sahabat sekaligus bosnya itu.“Ada apa Yud?” Tanya Helga yang masih memegang beberapa lembar kertas.“Gue baru dapat info dari Alex, ada beberapa orang yang mencurigakan sedang mengintai ruang rawat Naya.” UjarYudistira, dan sontak membuat Helga khawatir.“Tapi lo nggak usah khawatir, bodyguard om
“Dirimulah yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkanmu, dirimu yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan manis bersamamu, dirimu juga yang membuat jantungku berdebar cepat saat mengingat tatapan matamu yang hangat di dalam benakku.”-----------“Mas..” Teriak Kanaya pada suaminya, ini sudah yangke tiga kalinya Kanaya membangunkan Dinnar.“Masih ngantuk. yang.” Ucap Dinnar dengan mata yangmasih terpejam.“Ehhh…bangun mas, sholat subuh abis itu cari uang yang banyak.” Ucap Kanaya yang masih berusaha membangunkan suaminya.“Yang, kok sekarang kamu jadi perempuan matre sih.” Ledek Dinnar sembari mengeluarkan tubuhnya dari selimut.Dinnar pun segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudu, sepertinya ia akan menunda mandi paginya saat melihat istrinya masih menggunakan gaun tidur tan