Tak ingin Kensky menunggu lama, Eduardus meninggalkan mension itu untuk mencari taksi. Sambil menunggu ia terus bertanya-tanya siapa orang yang begitu baik padanya.
"Kenapa dia menolongku dari maut? Dan kenapa dia menyuruh orang untuk merawatku hingga sembuh?"
Eduardus terus memikirkan tentang siapa orang itu hingga tak terasa taksi pun datang. Ia segera naik dan mengatakan pada supir soal alamat tujuannya.
Di sisi lain.
Karena pusing semalam Kensky tidak mengangkat teleponnya, Dean tidak tidur demi menunggu panggilannya direspon. Tapi nyatanya sampai matahari sudah tinggi pun Kensky tidak merespon panggilannya.
Dengan kondisi lemas ia berdiri. Tapi belum sempat melangkah, tubuh Dean terhuyung hingga kembali terduduk.
"Bos, Anda tidak apa-apa? Mungkin pengaruh karena Anda tidak tidur semalaman. Apalagi semalam Anda tidak makan."
Dean memijat kepalanya. "Kensky, Matt. Dia ke mana? Aku ingin bertemu dengannya. Dia tidak membalas telepon
Eduardus terkejut. "Rebecca sangat keterlaluan. Dia bilang padaku bahwa semua ini perbuatan Dean."Mr. Pay tersenyum. "Maaf, tapi bukannya saya ingin menuduh istri Anda. Yang lebih membuat saya yakin jika semua ini perbuatan istri Anda karena setiap kali ingin mencari Anda di rumah, beliau selalu banyak alasan. Begitu juga dengan orang kantor, ketika mereka ingin datang ke rumah untuk membesuk Anda, istri Anda melarang kami dengan alasan Anda sedang sekarat dan tidak boleh diganggu."Eduardus menggeleng-geleng kepala."Nomarlnya ... kalau memang ini semua perbuatan pak Dean, tidak mungkin beliau akan mengatakan masalah ini kepada saya yang selaku kuasa hukum Anda. Dan jika memang istri Anda benar-benar mencintai Anda, beliau tidak mungkin melakukan ini semua hanya karena uang. Sudah jelas istri Anda lebih memilih uang daripada Anda."Eduardus tampak berpikir. Benar juga. Kalau Dean ingin balas dendam, kenapa dia harus menceritakan masalah ini kepada Mr. P
Kensky menatap tajam. "Jika aku jadi Dean, aku tidak akan pernah memaafkan Papi."Eduardus menatap sedih. "Itu memang sepantasnya, Sky. Anak mana yang rela melihat ibunya disiksa oleh lelaki yang bukan ayahnya sendiri," katanya pelan. Ia menatap Kensky, "Itu sebabnya papi ingin bicara denganmu. Jika memang Dean menginginkan Kapleng Group dan rumah ini, papi akan ikhlas dan mau menjualnya kepada Dean. Berapa pun yang dia bayar, papi akan menerimanya. Setidaknya uang itu bisa kita gunakan untuk membeli rumah baru."Mendengat kata rumah membuat Kensky teringat sesuatu. "Tapi, Pi ... sertifikat rumah ini pada Mr. Lamber.""Mr. Lamber? Siapa dia?""Katanya pengacara Papi. Dia datang tempo hari ke sini dan membawa bukti pernyataan, bila mana Papi punya hutang pada Dean. Dan jika hutang itu tidak lunas, maka Kapleng Group akan menjadi jaminannya."Mata Eduardus melotot. Ia berdiri dan menghadap lain. "Rebecca! Rebecca!"Suara bariton Eduardus. mamp
Pagi hari dengan bias mentari yang cerah, Soraya bangun lebih awal. Suasana hatinya yang penuh kebahagiaan, kini meluap-luap dan secerah cuaca pagi.Rebecca yang baru saja ingin membangunkannya pun ikut terkejut begitu melihat sang anak baru saja keluar dari kamar dengan dandanan rapi dan siap untuk ke kantor."Pagi, Ma," sapa Soraya, begitu menginjakkan kakinya di anak tangga pertama lalu turun.Rebecca yang belum sempat naik ke atas menatap anaknya dengan mata menyipit. "Pagi. Tumben kau sudah rapi. Mimpi apa?""Aku mimpi indah, Ma. Aku mimpi Dean dan Kensky bertengkar hebat. Dean memohon-mohon pada Kensky untuk bertahan, tapi Kensky meninggalkannya. Bukankah kalau di kenyataannya itu adalah kebalikkan?"Rebecca menggeleng kepala sambil tersenyum. Ia menatap Soraya yang tubuhnya kini sudah ada di depannya."Kensky pasti akan marah padanya. Kensky pasti akan membencinya. Tapi dia benci bukan karena perbuatannya kepada Eduardus, melainkan ke
"Mr. Oxley?"Suara Mr. Pay mengejutkan Eduardus. "Ah, maaf.""Anda baik-baik saja?"Eduardus tersenyum samar. "Iya, Mr. Pay. Terima kasih.""Lalu, apa rencana Anda selanjutnya?"Eduardus menarik napas panjang kemudian melepaskannya perlahan. "Aku akan menemui Dean. Aku sudah memutuskan dan tidak akan mengubah keputusanku."***Di depan Kitten Group Soraya baru saja turun dari taksi. Dengan langkah anggun dan senyum mempesona membuat para lelaki yang berpapasan meliriknya dengan tatapan ingin."Selamat pagi, Bu Soraya," sapa si satpam ketika melihat wanita itu memasuki pintu depan.Bukannya membalas Soraya malah meliriknya kemudian berlalu menuju lift lantai atas."Sikapnya tidak sesuai dengan wajahnya," ketus si satpam kemudian kembali duduk.Di sisi lain."Mr. Hans, nanti aku kembali lagi, ya?" kata Kim, "Aku harus ke ruangan pak Dean sebentar."Lelaki itu menyutujui. "Nanti kalau kembali, ka
Dean menoleh. Dilihatnya wajah Eduardus yang tampak pucat saat sedang menatapnya."Siang, Eduardus," balas Dean sambil berdiri, "Aku tak menyangka ... ternyata setelah puluhan tahun berpisah kita bisa ketemu lagi."Eduardus menunduk malu. "I-iya."Entah kenapa ada rasa takut dalam dirinya ketika menatap lelaki itu. Mungkin itu karena disebabkan oleh rasa bersalahnya terhadap Dean. Tapi mengingat tujuannya ke sini untuk menebus kesalahan itu, upaya yang tinggi ia berusaha untuk memberanikan diri menatap Dean."Maaf telah menganggumu, Dean."Lelaki itu bergerak menuju sofa panjang. "Tidak masalah. Duduklah."Eduardus menurut dan duduk di hadapan Dean. Dilihatnya anak yang tempo hari berusia delapan tahun, kini tumbuh dewasa menjadi lelaki tampan dan berwibawa."Sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku___""Kau ingin minum kopi atau teh?" sergah Dean.Eduardus terkejut. Tapi demi menghargai tawaran sang pemilik kantor, ia menja
Di sisi lain.Tanisa dan Kensky sedang duduk di ruang tamu. Karena lusa dirinya akan kembali ke Jerman, Kensky menghabiskan waktu bersama sahabatnya."Ayahku sudah mengakuinya, Tan. Dia juga sudah minta ijin padaku untuk memberikan perusahan serta rumah itu kepada Dean."Tanisa mengedipkan mata sekali sambil menatap Kensky. "Tapi kalau kau menikah dengannya, sudah pasti perusahan dan rumah itu akan menjadi milikmu."Kensky berdecak. "Itu dia masalahnya, Tan. Entah kenapa sekarang ini menjadi ragu pada Dean.""Kenapa?" tanya Tanisa dengan alis berkerut-kerut."Entalah, tapi itulah yang kurasakan saat ini. Aku ragu padanya, tapi aku tidak tega meninggalkannya.""Kau hanya termakan kata-kata Rebecca dan Soraya. Kalau memang perasaannya tidak tulus, tidak mungkin dia sampai sakit karenamu."Kensky diam sesaat. "Hari ini ayah akan menemuinya. Aku takut dia akan marah dan menyakiti ayah.""Itu tidak mungkin, Sky," kata Tanisa,
Kensky menunduk. Sejenak ia kembali mengingat saat pertama kali bertemu Dean."Sebenarnya aku ingin marah padanya, Pi. Dia telah membohongiku, dia bilang bahwa diriku dan dia sudah dijodohkan oleh Papi. Itu sebabnya aku kaget waktu Papi bilang tidak mengenalinya."Eduardus menahan tawa. "Dia berkata begitu?""Iya. Saat itu aku sedang berjalan kaki untuk menghadiri wawancara di Kitten Group. Sialnya mobil yang dia tumpangi melindas air dan mengenai tubuhku, aku basah dan handphone-ku rusak. Tapi setelah itu dia turun dan menanyakan namaku. Begitu aku menyebutkan nama lengkapku, dia langsung bilang bahwa namaku sama persis dengan calon istrinya. Dan begitu saat aku menyebutkan nama belakangku, dia langsung mengatakan bahwa aku gadis yang sudah dijodohkan dengannya. Yang lebih membuatku percaya, dia menyebutkan nama Papi dengan lengkap. Di situlah dia berkata bahwa Papi telah menjodohkan kami sejak lama."
"Jadi kau yang telah membuat papi sembuh hingga sehat kembali?""Iya."Kensky ternganga. Sedangkan Dean terus menceritakan semuanya."Memang aku ingin balas dendam kepada ayahmu, tapi aku tidak ingin memberikan satu juta dolar kepada mereka. Seandainya dia tidak mendesakku untuk menikahi Soraya, mungkin ayahmu saat ini sudah lumpuh total. Soal hutang ayahmu kepadaku itu ide Rebecca, aku sampai terkejut waktu dia bilang aku harus menyetujuinya; bila mana ayahmu punya hutang dan jaminannya adalah perusahan kalian. Aku bahkan kebingungan saat dia memaksaku untuk memberikanmu toleransi.""Tapi faktanya aku tidak minta toleransi, bukan?" Kensky terkekeh, "Terus selanjutnya bagaimana?""Di samping aku bicara dengan Rebecca, aku juga bicara dengan pengacara asli ayahmu. Beliau bernama Mr. Pay.""Oh, iya? Jadi di sisi lain kau bersikap jahat, di satu sisi kau bersika