Share

Kematian Bu Mien

Nay berlari melewati koridor apartemen. Pukul dua dini hari tentu sangat sepi. Untung saja penjaga malam masih ada di sekitar tempat parkir motornya. Buru-buru Nay men-start dan memacunya. Ia harus sampai di rumah sakit segera.

Tidak sampai dua puluh menit Nay tiba di RS. Persada. Dia langsung menuju ke IGD. Terlihat Aruni duduk di kursi tunggu di depan IGD.

“Aruni, bagaimana keadaan Ibu,” tanya Nay cemas.

Aruni tidak menjawab. Dia langsung memeluk Nayara, terisak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Nay mematung. Tangis Aruni sudah cukup menjawab keadaan Bu Mien.

Air bening mengalir di kedua pipi Nay. Ternyata Ini arti mimpinya tadi. Bu Mien berpamitan padanya.

“Aruni, ayo kita masuk. Temani kakak.” Aruni menggeleng. “Kenapa?”

“Uni tidak mau Ibu pergi. Uni tidak mau!” Tangisnya kembali pecah. Nay memeluknya lagi.

“Uni, tunggu di sini. Kakak masuk dulu ya.”

“Iya, Kak.” Aruni mengurai pelukannya.

Kaki Nay seperti hilang kekuatan. Terasa sangat berat untuk melangkah k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status