Share

75. ADA APA?

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-12-24 01:44:24

Pram menatap ponsel yang kini dalam genggamannya. Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatinya. Mengapa ibunya membuang benda ini? Apakah ada sesuatu di dalamnya yang ia coba sembunyikan? Atau ini hanya kebetulan belaka?

Ia menekan tombol daya, tetapi layar ponsel tetap gelap. Mati total. Pram menghela napas panjang, menatap ponsel itu dengan alis berkerut. Mungkin ada hal yang tidak pernah ia ketahui tentang ibunya. Dan jika benar, ponsel ini bisa jadi kunci.

Pram menoleh ke arah Mbok Siti yang berdiri di samping meja. Atas saran wanita paruh baya itu, mereka kini berada di kamarnya. Kamar yang lama Pram tidak pernah pakai setelah menikah. Ia tidak pernah sekalipun menginap di sana setelah menikahi Soraya. Bukan tidak merindukan masa-masa mudanya di rumah itu, hanya saja sambutan yang tidak ramah kedua orang tuanya pada Soraya membuatnya tidak pernah mengajak Soraya menginap di sana demi menjaga perasaan istrinya.

“Mbok, ada charger ponsel ibu? Sepertinya baterainya habis,” tanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Iis istiana
pengacau dtg lagi tak dpt anak nya bapak nya pon di sikat pastunya kan
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
setan betina dtg pula..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   76. KEHADIRAN IMEL

    Pram berdiri, memandang Imel dengan tatapan dingin, nyaris penuh kebencian. Wanita itu melangkah masuk dengan percaya diri, seolah-olah ia memiliki hak untuk berada di sana.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Pram tajam, suaranya rendah namun mengandung ancaman.Imel tersenyum tipis, sama sekali tidak terpengaruh oleh nada bicara Pram. “Aku datang untuk berbela sungkawa, tentu saja. Bude Hasna adalah seseorang yang berarti bagiku. Dan Mas pasti tahu betapa sayangnya ibumu padaku.” Imel bahkan mengibaskan rambut panjangnya penuh percaya diri.Pram terkekeh sinis. “Kamu memang tidak tahu malu, Imel. Setelah apa yang kamu lakukan pada Puspita, kamu masih berani datang ke sini?”Sakti yang duduk di sisi Pram menoleh bingung. Ia belum sepenuhnya memahami apa yang dibicarakan sang kakak.“Lho, memang ada hubungan apa perlakuanku pada pembantu itu sama kedatanganku ke sini? Aku bahkan sudah menganggap rumah ini rumah keduaku.”“Apa maksudmu?” Pram memicingkan matanya.Imel berjalan anggu

    Last Updated : 2024-12-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   77. AYAH VS ANAK LAKI-LAKI

    Pram hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Imel bahkan berani memeluk dan mencium pipi ayahnya. Lalu yang lebih mengejutkan, Arya sama sekali tidak menolak. Sebaliknya, pria itu tampak tersentuh oleh sikap Imel.“Terima kasih, Imel,” ujar Arya dengan suara yang lebih lembut. “Ibunya Pram memang sosok yang sangat berarti bagi kami. Tapi kami tidak mungkin larut dalam kesedihan selamanya. Dia sudah tenang di sana. Terima kasih sudah datang.”“Tentu saja Imel datang, Om. Bude Hasna sudah seperti ibuku sendiri. Masa iya Imel tidak datang?”“Tapi kamu juga baru kena musibah, Imel.”“Tidak masalah, semua sudah teratasi. Seseorang yang sangat baik membantuku keluar dari masalah ini, dia tahu Imel tidak bersalah, Om. Imel hanya ingin menyelamatkan seseorang dari jeratan wanita kampung yang haus harta. Sayangnya, seseorang yang Imel bela itu tidak menyadarinya dan malah melaporkan—”“Imel!” Pram tidak bisa lagi menahan amarahnya. “Jaga bicaramu!” Suara Pram meninggi.Imel melirik dan

    Last Updated : 2024-12-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   78. KENYATAAN

    Pram masih mematung di depan pintu kamarnya. Kata-kata Mbok Siti yang gagap bercampur tangis terus terngiang di telinganya. Tubuhnya menegang, otaknya berusaha mencerna informasi yang baru saja diterima. Kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih membuat otaknya lambat bekerja."Mbok, apa yang Mbok bilang barusan?" tanyanya, memastikan bahwa ia tidak salah dengar."Den… Den Sakti… Non Imel bilang Den Sakti… memperkosanya." Suara Mbok Siti terdengar pecah disertai isak tertahan.Hati Pram seperti dihantam palu besar. Mustahil. Ini tidak mungkin terjadi. Sakti memperkosa Imel? Itu sangat tidak masuk akal.Adiknya yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Sakti adalah pemuda polos yang kesehariannya hanya dihabiskan untuk belajar. Anak itu selalu menjaga sikap dan tutur kata, bahkan terkadang terlalu polos untuk seusianya. Bagaimana mungkin dia melakukan hal yang baru saja Mbok Siti katakan?Tanpa pikir panjang, Pram bergegas menuju kamar tamu, melangkah dengan kecepatan seper

    Last Updated : 2024-12-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   79. KEPUTUSAN AYAH

    “Apa yang terjadi di sini?”Berdiri di ambang pintu, pria enam puluh tahun bertubuh tegap. Tatapannya menyapu semua orang di ruangan itu, serta kekacauan di dalamnya.“Apa yang terjadi di sini?” ulang Arya saat tak ada sahutan dari mulut siapa pun. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan wajah penuh kemarahan dan kebingungan.Pram menoleh ke arah ayahnya. Mata lelahnya terlihat kosong. Sementara di bawah sana tubuh Sakti mulai gemetar. Ketakutan sangat kentara tatkala ia melirik pria yang baru datang itu. Apalagi saat sang ayah mulai melangkah masuk, menatapnya dengan mata yang berkilat marah.“Sakti, jawab! Apa yang terjadi?!”Sakti menggelengkan kepala pelan. Jangankan untuk menjawab, melirik sang ayah saja ia tak memiliki keberanian sedikit pun. Kepalanya semakin menunduk tajam.Bahkan Pram tak berkata apa pun. Tak ada alasan untuk membela sang adik jika pada kenyataannya pemuda itu melakukannya.Melihat Sakti yang masih diam, Arya menoleh ke arah Imel yang masih menangis di sudu

    Last Updated : 2024-12-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   80. AKU LEBIH DULU

    “Ini tidak adil untuk Sakti, Yah. Kita bahkan belum tahu alasan mengapa hal ini terjadi. Bagaimana Ayah bisa memutuskan hal ini begitu saja?” Pram menyampaikan keberatannya.Arya menatap Pram dengan tajam. “Adil atau tidak, ini keputusan yang harus diambil. Ayah tidak ingin nama keluarga kita tercoreng karena masalah ini. Sakti akan menikahi Imel, dan itu final!”Imel yang mendengar keputusan itu kembali menangis, sementara Sakti, seperti sebelumnya, hanya diam dengan wajah yang tak pernah terangkat. Pram mengepalkan tangan, merasa tidak berdaya melawan keputusan ayahnya.“Tidakkah kita tanyakan dulu mengapa Sakti sampai melakukan hal ini? Mungkin ada kekeliruan di sini?”“Kekeliruan apa lagi, Pram? Sudah jelas Sakti mabuk. Dan apa pun bisa dilakukan oleh orang mabuk.” Arya kembali menyalak.“Karena Sakti mabuk, dia tidak sadar melakukannya, Yah.”“Dilakukan dengan sadar atau tidak, menodai seorang wanita adalah perbuatan buruk yang harus dipertanggungjawabkan. Walaupun masih muda, Sa

    Last Updated : 2024-12-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   81. INI HIDUPKU!

    “Pram, apa maksudmu?” Arya menatap putranya dengan tajam, wajahnya memancarkan keterkejutan sekaligus ketidakpercayaan.“Aku akan menikah lagi dengan Puspita,” tegas Pram tanpa ragu. “Aku mau rujuk, Yah.”“Apa Ayah tidak salah dengar?”“Tidak. Aku tahu kalian tidak menyetujui, tapi ini hidupku. Aku tidak peduli lagi dengan restu siapa pun.”Arya menghempaskan dirinya ke sofa, mengusap wajah dengan tangan gemetar. “Jadi kamu ingin menentang keluarga demi wanita itu?”“Wanita itu bernama Puspita, Ayah,” koreksi Pram dengan nada dingin. “Dan ya, aku akan menikahinya. Dengan atau tanpa persetujuan keluarga.”“Ayah tidak percaya ini.” Arya menggelengkan kepala. “Bahkan kamu tahu mendiang ibumu sangat menentang pernikahanmu. Kamu sengaja melakukan ini hanya karena Sakti akan menikah, bukan? Kamu seperti anak kecil, tidak mau kalah!”Pram tersenyum tipis, penuh kepahitan. “Apa aku terlihat seperti anak kecil? Ini bukan tentang kalah atau menang. Ini tentang aku dan hidupku. Aku bahkan sudah

    Last Updated : 2024-12-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   82. KERAGUAN ITU MASIH ADA

    “Pita …,” panggil Pram lagi, karena setelah mendesah kaget itu, Puspita tak terdengar lagi suaranya.“Bisa alihkan ke panggilan video? Aku ingin melihatmu dan Prily,” pinta Pram. “Aku rindu kalian.”Awalnya, tak ada jawaban dari Puspita hingga ….“Maaf, Mas. Aku tidak sedang bersama Prily. Aku sedang di kamar dan tidak memakai kerudung.”“Oh, Prily di mana?”“Tidur di kamarnya sama Mbak Sari.”“Ya sudah, Mas mau lihat kamu saja, boleh, kan?”“Maaf, tapi aku sedang tidak berkerudung.”“Lalu kenapa? Mas sudah lihat kamu tanpa kerudung, kan?”“Itu dulu, waktu aku masih istrimu. Masih halal. Ingat, sekarang ini kita belum memiliki ikatan lagi.”Pram menahan napasnya, lalu memejam sambil menelan ludah. Ya, Puspita dulu pernah halal untuknya, tapi ia sia-siakan. Jangankan menyentuhnya—memberi nafkah batin, melirik pun rasanya malas. Dan kini?Sang pria mengembuskan napasnya pada akhirnya. Lagi-lagi ia lupa mereka belum menikah lagi.“Iya, maaf, Mas lupa,” ujarnya lirih. “Tapi jangan takut,

    Last Updated : 2024-12-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   83. KETEGANGAN INI

    Puspita terkejut bukan main. Kakinya sampai mundur beberapa langkah. Bagaimana bisa pria itu ada di sini? Bukankah Pram menyembunyikannya dengan sangat rapat di sini?Puspita menggenggam erat ujung tuniknya, mencoba menenangkan diri meskipun jantungnya berdegup tak karuan. Bersamaan dengan itu, ponselnya di atas nakas berkedip. Bi Narti yang melihat dari ambang pintu, menunjuknya.Puspita memejamkan mata sebelum memaksakan kakinya yang lemas untuk berjalan mengambil ponsel. Ternyata, nama Pram yang tertera di sana. Puspita menggigit bibirnya sebelum mengangkat panggilan.“Pita, jangan keluar!” Suara Pram yang sarat kekhawatiran langsung tertangkap indera pendengarannya. Cukup nyaring dan tegas.“Ingat, kamu jangan ke mana-mana. Jangan menampakkan diri. Aku sudah mengurus semuanya."Puspita menelan ludahnya. Ia yakin Pram sudah tahu kedatangan pamannya di vila. Semenjak kejadian penyerangan Imel, apalagi dia harus berangkat ke Jakarta, Pram menyewa beberapa pengawal untuk berjaga di sa

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   296

    Andini baru saja melangkah masuk, dan matanya langsung tertumbuk pada tumpukan foto-foto yang berserakan di lantai—juga buku hariannya yang kini tergenggam erat di tangan Prabu. Wajahnya seketika memucat.Tanpa menunggu waktu, ia melangkah cepat dan merebut semua foto sekaligus buku itu dari tangan Prabu. Disembunyikannya di belakang tubuhnya, seolah menyembunyikan aib besar yang tak boleh diketahui siapa pun.“Hei, kenapa diambil?” Suara Prabu tenang, tapi tatapan matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang belum juga reda.“Kamu lancang, Mas. Kamu sudah mengacak-acak barang pribadiku.” Andini merengut, tapi tak bisa menyembunyikan betapa pucatnya wajah itu. Kakinya mundur beberapa langkah menjauh. “Itu privasi aku.”“Privasi yang isin

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   295

    Langkah Prabu menyusuri lorong apartemen dengan cepat. Hari ini ia memutuskan pulang lebih awal. Ia tak bisa berkonsentrasi di kantor. Ucapan Pram yang terdengar ringan siang tadi terus menggema di kepalanya."Kau zalim, Bang... Andini tak layak diperlakukan seperti itu..."Prabu menghela napas panjang. Ia ingin menepis suara itu, tapi semakin ditepis, justru makin menusuk.Ia membuka pintu rumah dengan tergesa. Jas masih melekat di tubuhnya, dasi longgar, dan wajah kusut penuh cemas. Ini mungkin berlebihan, tapi entah kenapa kata-kata Pram sangat mengganggunya. Perasaan bersalah menyeruak, dan ia sangat takut. Takut Andini kecewa hingga akhirnya pergi."Andini?" panggilnya saat masuk ke ruang tengah. Matanya celingukan mencari keberadaan siapa pun.Tak ada jawaban. Rumah terlalu sunyi."Chiara? Nak, kamu di mana?"Tak ada sahutan. Jangankan sambutan hangat Chiara seperti biasa ketika ia pulang, atau aroma masakan yang menguar dari dapur—mungkin karena ia pulang terlalu awal. Rumah be

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   294

    Meeting siang itu akhirnya selesai setelah lebih dari satu jam diskusi yang cukup padat. Para peserta mulai beranjak dari kursi masing-masing—beberapa langsung sibuk dengan ponsel, sementara yang lain merapikan dokumen dan bersiap kembali ke meja kerja. Ruangan mulai lengang, hanya tersisa percakapan kecil dan suara langkah kaki.Pram yang sedari tadi tampak sibuk mencatat selama meeting, akhirnya menoleh ke samping—tempat Prabu duduk sepanjang pertemuan dengan senyum yang tidak biasa.Pram mengernyit pelan. Sebenarnya sejak awal meeting dimulai, ia sudah menyadari ada yang berbeda dari wajah Prabu hari ini. Tidak ada kerutan di dahi, tidak ada gumaman kesal seperti kemarin. Justru sebaliknya—mata Prabu tampak berbinar, dan sesekali ia bahkan terlihat menahan tawa kecil ketika mendengar beberapa presentasi. Pram mengamati, mencoba meraba apakah Prabu sedang menyembunyikan sesuatu.Setelah peserta meeting lain pergi satu per satu, Pram mendekat dan menyenggol lengan Prabu dengan pelan.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   293

    Andini terbangun di malam yang sunyi. Hening yang menyelimuti kamar seolah menggema ke dalam dadanya. Lampu tidur berwarna kekuningan menyinari sebagian wajah Prabu yang tertidur pulas di sampingnya. Lelaki itu terlihat tenang, napasnya teratur, dan wajah tampannya … ah, wajah itu, begitu lekat dalam memorinya. Sudah berapa tahun ia bermimpi tentang lelaki ini?Namun, meski wajah itu membuat hatinya hangat, perasaan sesak justru merayap perlahan ke dadanya. Andini tak tahu harus merasa bahagia atau sedih. Ia menarik napas pelan, lalu memejamkan mata sejenak. Tapi, ketidaknyamanan di tubuhnya membuatnya tak bisa terus diam. Ada nyeri yang menusuk di pangkal pahanya, rasa sakit yang membuktikan bahwa malam itu benar-benar terjadi. Malam ketika ia menyerahkan segalanya.Perlahan, Andini beringsut hendak bangkit dari tempat tidur, berusaha tak membuat suara. Tapi saat ia baru saja mengangkat tubuhnya, suara berat itu terdengar lirih.“Mau ke mana?”Andini terhenti. Ia menoleh pelan. Prabu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   292

    Suhu ruangan perlahan memanas seiring serangan Prabu yang tak terbendung lagi. Bukan hanya di bibir Andini, kini ciumannya sudah beralih ke leher dan pundak sang istri yang sengaja ia buka. Logika Prabu tak lagi bekerja. Yang ia tahu, ia ingin memiliki Andini seutuhnya saat ini juga.Tubuh Andini menggelinjang. Tak tahan dengan semua sentuhan Prabu yang menciptakan sensasi asing di tubuhnya. Sensasi yang untuk pertama kalinya ia rasakan. Ternyata… indah dan memabukkan.Namun berbeda dengan Prabu yang logikanya sudah tak berfungsi, Andini masih berusaha untuk sadar dan tak larut terlalu jauh. Di antara serangan panas Prabu, ia berusaha menghentikannya. Kedua tangannya menahan dada Prabu, berusaha mendorongnya.“Mas... hentikan, tolong...” ucapnya lirih di antara napasnya yang tersengal. Entah berapa lama Prabu merampas hak bernapasnya.Namun Prabu tak menghentikan cumbuan itu. Ciumannya berpindah dari leher Andini ke pundak, lalu kembali ke bibir wanita yang telah sah menjadi istrinya,

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   291

    “Andini, minggirlah,” ujar Prabu dengan suara berat.Andini tetap berdiri tegak di depan nakas, menutupi laci yang tadi nyaris terbuka. Napasnya masih memburu, keringat di pelipis belum juga mengering. Ia menggigit bibirnya, seolah berusaha menahan ketakutan yang mulai menguasai hatinya.“Mas, tolong… jangan buka laci ini,” ucap Andini pelan.“Mengapa?” Prabu melangkah satu langkah lebih dekat. “Apa yang kamu sembunyikan? Ponselmu, ‘kan?”Andini tak menjawab. Sorot matanya cemas, tubuhnya terlihat kaku. Prabu makin mencurigai sesuatu yang besar tengah ia tutupi.“Apa kamu … punya hubungan dengan seseorang? Sampai ponselmu begitu kamu lindungi seperti ini?” tuduh Prabu, nada suaranya menajam.Andini menegang. Matanya membulat. “Apa maksudmu, Mas?”Prabu memicingkan mata. “Jangan pura-pura tak paham. Kamu bersikap seolah ada rahasia besar di ponsel itu.”“Mas, jangan mengada-ada,” ujar Andini cepat.“Kalau begitu, tunjukkan saja. Biar aku lihat sendiri isinya. Selesai.” Kedua tangan Pra

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   290

    “Siapa yang ngirim pesan barusan?”Andini terperanjat. Ia berbalik cepat. Tangannya menyelipkan ponsel ke bawah bantal. Entah sejak kapan Prabu ikut terbangun dan kini menatapnya penuh selidik.“Tidak ada,” jawab Andini setelah bisa menguasai dirinya. Ia menganggap pesan yang masuk barusan tidak penting untuk diketahui Prabu. Buat apa? Ia sendiri tidak tahu siapa pengirim pesan itu.“Aku… cuma matikan alarm, Mas,” lanjutnya datar.“Jam berapa sekarang? Alarm buat apa?” Prabu tidak puas begitu saja.Andini terdiam sejenak, lalu perlahan menaruh ponsel ke laci nakas di samping tempat tidur.“Dulu aku sering mengetel alarm dini hari waktu kerja di lepas pantai. Lupa kalau belum aku setting ulang.” Dengan santainya Andini menjawab lagi. “Udah, kan? Sekarang tidur lagi.”Tanpa memberi kesempatan Prabu bertanya lagi, Andini kembali merebahkan diri. Punggungnya sengaja menghadap ke Prabu. Ia memejamkan mata.Prabu memandangi punggung Andini lama. Ada yang tak biasa. Cara Andini menjawab. Car

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   289

    Malam ini, Prabu menatap langit-langit kamar. Lampu temaram membuat garis wajahnya tampak lebih dalam, tajam, dan penuh pikir. Andini baru saja naik ke ranjang setelah merapikan sesuatu di kamar mandi. Sepertinya setelah menginap di kediaman keluarga Bimantara semalam, pria itu tidak ragu lagi untuk tidur satu ranjang bersamanya. Padahal biasanya Prabu memilih tidur di sofa atau karpet demi kenyamanan Andini. Kecuali jika ia benar-benar lelah hingga tak sadar tertidur di ranjang. Atau yang paling masuk akal, ia sudah terlelap duluan sebelum Andini masuk kamar. Kini, Prabu masih terjaga, tapi ia sudah berada di atas kasur. Bahkan saat Andini naik ranjang pun, ia tetap di sana. Pria itu diam. Namun ketika Andini menarik selimut, suara beratnya memecah kesunyian malam. “Laki-laki tadi di kantor, siapa dia?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Andini. Andini mengernyit. Ia duduk di ujung ranjang, memandangi wajah Prabu dari samping. “Yang mana?” “Yang memanggilmu dengan sebutan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   288

    Sementara wajah Pram seketika tegang. Kekakuan menyelimuti mereka, sebelum kekehan Pram terdengar lagi. Tangannya mencubit kecil hidung Puspita.“Jangan berani-berani. Dosen, mahasiswa, semua laki-laki, tetap laki-laki. Sekali kamu berpaling, aku culik kamu, bawa kabur, dan kunci di kamar tidak akan membukanya lagi.”Tawa Puspita makin riuh. Lega. Pram tidak salah paham tentang dosen muda. Tentang … Haidar.Setelah tawanya mereda, Puspita kembali bersandar di dada Pram, merasa damai. Ia bisa mendengar detak jantung suaminya yang stabil, menjadi irama tenang di telinganya.“Mas, menurutmu … bagaimana hubungan Bang Prabu dan Andini bisa harmonis seperti kita tidak?” Puspita mengalihkan obrolan.“Bisa, Sayang. Percayalah,” jawab Pram mantap. Ia mengelus punggung Puspita perlahan. “Mas bisa melihat ada benih cinta di mata mereka. Ada iri dan cemburu juga jika melihat kita mesra, kan?”“Kamu sengaja ya, Mas bikin mereka panas?” Puspita mengerucutkan bibir, setengah mencibir.“Ya tentu saja.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status