Beranda / Romansa / Nabrak Jodoh / 6. Isi Hati Naura

Share

6. Isi Hati Naura

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 17:19:17

“Raditya Prayoga?” gumam Mila sendirian disaat suster telah meninggalkan ruangannya. Yang lebih mengejutkan untuknya, kenapa suster mengatakan kalau laki-laki itu adalah suaminya.

 

 

Nama Raditya Prayoga memang terdengar asing baginya. Ia mencoba berpikir dimana ia pernah mendengar nama itu.

 

 

Mila pun memijat-mijat pelipisnya yang terasa pusing sambil mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya. Ia hanya ingat saat itu tengah berjalan mencari tempat berteduh dan tiba-tiba semua berubah gelap.

 

 

Kembali ia memperhatikan salinan tagihan Rumah Sakit yang jumlahnya tak sedikit. Biaya kamarnya saja mendekati dua juta per malamnya. Kemudian memperhatikan surat dan kartu nama Raditya Prayoga yang ia terima.

 

 

Tadi ia hanya membaca suratnya sekilas, dan kini ia tahu kalau dia adalah korban kecelakaan dari pria bernama Raditya Prayoga. Mila merasa lega sekarang, karena pria yang menabraknya bertanggung jawab. Ia bersyukur dirinya tak mendapat luka serius dan bayinya selamat.

 

 

"Hmm sepertinya Raditya ini orang berada. Jika tidak, mana mungkin bisa memberikan fasilitas kamar VIP untukku,  dan melunasi semua tagihan yang jumlahnya puluhan juta," batin Mila.

 

Terus terang Mila penasaran dengan pria yang menabraknya. Ia berharap bisa bertemu dengan pria itu suatu hari nanti dan mengucapkan terima kasih serta membayar kembali uang yang telah dikeluarkan oleh Raditya Prayoga.

 

***

 

Naura bangun dengan perasaan baru di tempat lamanya, rumah kedua orang tua. Kamar ukuruan 3x3 dengan tempat tidur berukuran Queen dan didominasi warna merah muda.

 

Kamar yang dekorasinya tidak pernah berubah semenjak masa remaja. Koleksi boneka Teddy Bear, dan tempelan bintang glow in the dark di dinding atas kamarnya.

 

Terlihat kekanakan memang untuk usianya yang sudah menginjak 34 tahun. Namun wajar,  kamar ini sudah tak ditinggali selama sepuluh tahun. Delapan tahun bersama suaminya Radit dan dua tahun lagi berada di rantau.

 

Rindu rasanya Naura dengan masa mudanya dulu. Saat memandangi boneka Teddy Bear koleksinya, ia menjadi sadar kalau ia adalah sosok perempuan yang layak untuk bahagia.

 

Tubuhnya masih terjaga, tak ada perbedaan dengan saat masih gadis dulu, Kulitnya pun bersih. Bicara tentang penampilan, ia patut berbangga hati. Dibanding dengan rekan sekerjanya yang lebih muda bahkan yang belum menikah, penampilannya terlihat lebih menarik.

 

Sebenarnya Naura tak punya masalah akan pernikahannya dengan Radit. Mantan Suaminya tergolong sukses berbisnis kuliner. Radit sangat rajin memberinya kejutan dan hadiah dan sangat memanjakannya. Tak pernah protes kalau ia mengomel tanpa sebab, terutama saat PMS.

 

Namun dibalik itu semua, ia menganggap Radit tak mendukung karirnya. Tiap kali wanita berdagu belah ini menyampaikan keluh kesah, Sang Suami hanya diam atau berkata hanya hmm, iya, terus dan oh. Sama sekali tak ada kepedulian dan simpati untuknya.

 

Kalau sudah begitu, Naura hanya bisa membatin, "Percuma cerita sama dia, seperti cerita dengan batu saja."

 

Saat dirinya berusaha keras untuk mendapatkan promosi, mantan suami sama sekali tak peduli. Ia yang dulu begadang membawa pekerjaan ke rumah, Radit bukannya membantu atau setidaknya menemani. Pria yang pernah menikahinya itu malah terlelap di ranjang, atau tidak berada di rumah dengan alasan ke restoran.

 

Yang terparah Naura merasa kesepian di pernikahan mereka yang sudah menginjak tahun ke delapan. Dia sangat iri dengan teman-teman atau keluarganya yang sudah memiliki keturunan.

Iri akan mereka yang bisa dengan bangga menceritakan anak-anaknya. Terlebih, sangat risih akan tanggapan orang-orang yang menganggap kalau Naura adalah penyebab mereka belum memiliki keturunan.

 

"Kamu sih kerja terus sampai malam, makanya nggak kunjung punya anak." Adapula yang mengatakan kalau Naura itu mandul atau tak subur. Bahkan ada yang menyarankan agar Radit menikah lagi agar bisa memperoleh keturunan.

Hati wanita mana yang tidak panas mendengar desakan-desakan untuk suaminya itu.  Namun apa yang dibuat Radit, pria itu hanya bergeming tak menanggapi.

 

"Seharusnya Mas Radit mengatakan yang sebenarnya, jangan timpakan aib padaku," keluh Naura.

 

Namun Radit cuma diam jika ada yang mengatai Naura mandul. Awalnya memang biasa saja, tapi lama-lama siapa yang tahan jika didesak terus menerus.

 

Memang salah Naura juga yang tak pernah mengatakan pada Radit tentang perasaannya.  Semua itu dilakukan karena tak ingin mengingatkan pria itu akan kegagalannya sebagai seorang suami.

 

Hingga suatu hari ia tak sengaja bertemu sosok pria tampan di minimarket kantor. Pria itu membayar air mineral dan pembalut yang dibeli Naura, karena kasir tak memiliki uang kembalian.

Saat itulah perasaan yang dulu pernah ia alami muncul kembali. Perasaan yang dulu dirasa saat bertemu Radit pertama kali.

 

Entah ini takdir atau apa, Naura tak bisa menyimpulkan. Ia jadi sering bertemu pria yang membayar belanjaannya, sampai mengetahui nama, bertukar nomor w******p dan makan malam bersama.

 

Makan malam yang berlanjut pertemuan diam-diam berulang kali. Membawa mereka berbagi kehangatan di atas ranjang, di mobil, di hotel bahkan di kediaman masing-masing.

 

Dengan Fajar, Naura mendapatkan apa yang diinginkannya. Perhatian, dukungan karir bahkan kenikmatan di atas ranjang yang lebih menantang. Sampai ia tak membantah saat Radit memulangkannya.

 

                      ***

 

Naura yang sudah berganti pakaian kerjanya pun turun ke bawah lalu sarapan bersama kedua orang tuanya. Wajahnya terlihat berseri dan lebih segar

"Kamu terlihat bahagia sekali hari ini Naura," sapa Bu Fatma pada putrinya.

 

"Heran Papa, kamu kan habis diceraikan Radit, tapi nggak ada introspeksi diri sama sekali," tambah Pak Rustam.

 

"Biar ajalah Pah, heran anak bahagia kok nggak seneng," bantah istrinya.

 

"Bagaimana bisa senang, anak sudah mencoreng muka keluarga kita begini. Apa yang patut dibanggakan?" tanya Pak Rustam dengan nada tinggi.

 

Pak Rustam memang tak pernah ikut campur masalah rumah tangga putra-putrinya. Meski berharap rumah tangga putrinya tetap akur hingga maut memisahkan. Namun tak akan menghalangi mereka jika sudah tak lagi bisa mempertahankan rumah tangga mereka. Biarlah putrinya yang memutuskan, mereka sudah cukup dewasa, hal itulah yang selalu dipegang oleh beliau.

 

Meskipun begitu, kasus Naura adalah perkecualian. Perbuatan Naura membuatnya merasa gagal sebagai seorang ayah. Merasa belum bisa maksimal dalam menanamkan ilmu agama dan pendidikan moral hingga putrinya tak bisa menjaga kehormatan sendiri.

 

"Jadi, Papa lebih suka anak kita hidup menderita dan dianggap mandul oleh orang-orang?"

 

"Bukan begitu Ma, yang Papa sesalkan adalah perzinahan Naura. Kalau memang Naura sudah tidak nyaman menjadi istri Radit seharusnya bilang terus terang."

 

"Halaah, Papa kebanyakan teori!Bisa aja Radit nggak terima kalau Naura bicara jujur! Sudahlah yang penting Naura itu bahagia dengan pilihannya," bantah istrinya yang membuat Pak Rustam terus menggeleng kepala, tak tahu bagaimana lagi menghadapinya.

 

"Naura, kapan kamu mau memperkenalkan laki-laki itu pada Mama dan Papa?" tanya Bu Fatma lagi.

 

"Nanti Ma," kata Naura kemudian menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

 

"Memangnya dia siapa, kerjanya apa, kenal dimana?" tanya Bu Fatma tidak sabar.

 

Naura pun menceritakan tentang pria idaman lainnya pada Ibunya yang terlihat sangat antusias. Ibunya sejak dulu memang selalu mendukung setiap keputusan Naura, bahkan cenderung memanjakannya.

 

Bu Fatma terlihat semakin antusias dan tidak sabar untuk bertemu dengan Fajar, pria yang menyebabkan keretakan rumah tangga putrinya. Terlebih saat mengetahui kalau pekerjaan laki-laki itu lebih baik dibanding mantan menantunya.

 

"Jadi kapan nak Fajar mau dibawa ke rumah?" tanya Bu Fatma lagi setengah memaksa. Sementara sang suami hanya geleng-geleng kepala saja.

 

"Nanti kalau urusan perceraian Naura sudah selesai Ma. Mas Radit bilang supaya Naura dan Fajar jangan ketemu dulu sebelum urusan cerai beres, takut ada fitnah," jawab Naura lembut.

 

"Halaaah Radit kan bukan suamimu lagi, buat apa kamu dengerin. Kemarin dia kan sudah mengucapkan talak sebanyak tiga kali kan?"

 

Dalam hati, Naura membenarkan perkataan ibunya. Ia sudah resmi menjanda setelah Radit mengucapkan talak sebanyak tiga kali di depan kedua orang tuanya. Artinya Naura bukan lagi tanggung jawab Radit, dan bebas kemana pun dan pergi dengan siapa pun. 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status