Share

6. Isi Hati Naura

“Raditya Prayoga?” gumam Mila sendirian disaat suster telah meninggalkan ruangannya. Yang lebih mengejutkan untuknya, kenapa suster mengatakan kalau laki-laki itu adalah suaminya.

 

 

Nama Raditya Prayoga memang terdengar asing baginya. Ia mencoba berpikir dimana ia pernah mendengar nama itu.

 

 

Mila pun memijat-mijat pelipisnya yang terasa pusing sambil mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya. Ia hanya ingat saat itu tengah berjalan mencari tempat berteduh dan tiba-tiba semua berubah gelap.

 

 

Kembali ia memperhatikan salinan tagihan Rumah Sakit yang jumlahnya tak sedikit. Biaya kamarnya saja mendekati dua juta per malamnya. Kemudian memperhatikan surat dan kartu nama Raditya Prayoga yang ia terima.

 

 

Tadi ia hanya membaca suratnya sekilas, dan kini ia tahu kalau dia adalah korban kecelakaan dari pria bernama Raditya Prayoga. Mila merasa lega sekarang, karena pria yang menabraknya bertanggung jawab. Ia bersyukur dirinya tak mendapat luka serius dan bayinya selamat.

 

 

"Hmm sepertinya Raditya ini orang berada. Jika tidak, mana mungkin bisa memberikan fasilitas kamar VIP untukku,  dan melunasi semua tagihan yang jumlahnya puluhan juta," batin Mila.

 

Terus terang Mila penasaran dengan pria yang menabraknya. Ia berharap bisa bertemu dengan pria itu suatu hari nanti dan mengucapkan terima kasih serta membayar kembali uang yang telah dikeluarkan oleh Raditya Prayoga.

 

***

 

Naura bangun dengan perasaan baru di tempat lamanya, rumah kedua orang tua. Kamar ukuruan 3x3 dengan tempat tidur berukuran Queen dan didominasi warna merah muda.

 

Kamar yang dekorasinya tidak pernah berubah semenjak masa remaja. Koleksi boneka Teddy Bear, dan tempelan bintang glow in the dark di dinding atas kamarnya.

 

Terlihat kekanakan memang untuk usianya yang sudah menginjak 34 tahun. Namun wajar,  kamar ini sudah tak ditinggali selama sepuluh tahun. Delapan tahun bersama suaminya Radit dan dua tahun lagi berada di rantau.

 

Rindu rasanya Naura dengan masa mudanya dulu. Saat memandangi boneka Teddy Bear koleksinya, ia menjadi sadar kalau ia adalah sosok perempuan yang layak untuk bahagia.

 

Tubuhnya masih terjaga, tak ada perbedaan dengan saat masih gadis dulu, Kulitnya pun bersih. Bicara tentang penampilan, ia patut berbangga hati. Dibanding dengan rekan sekerjanya yang lebih muda bahkan yang belum menikah, penampilannya terlihat lebih menarik.

 

Sebenarnya Naura tak punya masalah akan pernikahannya dengan Radit. Mantan Suaminya tergolong sukses berbisnis kuliner. Radit sangat rajin memberinya kejutan dan hadiah dan sangat memanjakannya. Tak pernah protes kalau ia mengomel tanpa sebab, terutama saat PMS.

 

Namun dibalik itu semua, ia menganggap Radit tak mendukung karirnya. Tiap kali wanita berdagu belah ini menyampaikan keluh kesah, Sang Suami hanya diam atau berkata hanya hmm, iya, terus dan oh. Sama sekali tak ada kepedulian dan simpati untuknya.

 

Kalau sudah begitu, Naura hanya bisa membatin, "Percuma cerita sama dia, seperti cerita dengan batu saja."

 

Saat dirinya berusaha keras untuk mendapatkan promosi, mantan suami sama sekali tak peduli. Ia yang dulu begadang membawa pekerjaan ke rumah, Radit bukannya membantu atau setidaknya menemani. Pria yang pernah menikahinya itu malah terlelap di ranjang, atau tidak berada di rumah dengan alasan ke restoran.

 

Yang terparah Naura merasa kesepian di pernikahan mereka yang sudah menginjak tahun ke delapan. Dia sangat iri dengan teman-teman atau keluarganya yang sudah memiliki keturunan.

Iri akan mereka yang bisa dengan bangga menceritakan anak-anaknya. Terlebih, sangat risih akan tanggapan orang-orang yang menganggap kalau Naura adalah penyebab mereka belum memiliki keturunan.

 

"Kamu sih kerja terus sampai malam, makanya nggak kunjung punya anak." Adapula yang mengatakan kalau Naura itu mandul atau tak subur. Bahkan ada yang menyarankan agar Radit menikah lagi agar bisa memperoleh keturunan.

Hati wanita mana yang tidak panas mendengar desakan-desakan untuk suaminya itu.  Namun apa yang dibuat Radit, pria itu hanya bergeming tak menanggapi.

 

"Seharusnya Mas Radit mengatakan yang sebenarnya, jangan timpakan aib padaku," keluh Naura.

 

Namun Radit cuma diam jika ada yang mengatai Naura mandul. Awalnya memang biasa saja, tapi lama-lama siapa yang tahan jika didesak terus menerus.

 

Memang salah Naura juga yang tak pernah mengatakan pada Radit tentang perasaannya.  Semua itu dilakukan karena tak ingin mengingatkan pria itu akan kegagalannya sebagai seorang suami.

 

Hingga suatu hari ia tak sengaja bertemu sosok pria tampan di minimarket kantor. Pria itu membayar air mineral dan pembalut yang dibeli Naura, karena kasir tak memiliki uang kembalian.

Saat itulah perasaan yang dulu pernah ia alami muncul kembali. Perasaan yang dulu dirasa saat bertemu Radit pertama kali.

 

Entah ini takdir atau apa, Naura tak bisa menyimpulkan. Ia jadi sering bertemu pria yang membayar belanjaannya, sampai mengetahui nama, bertukar nomor w******p dan makan malam bersama.

 

Makan malam yang berlanjut pertemuan diam-diam berulang kali. Membawa mereka berbagi kehangatan di atas ranjang, di mobil, di hotel bahkan di kediaman masing-masing.

 

Dengan Fajar, Naura mendapatkan apa yang diinginkannya. Perhatian, dukungan karir bahkan kenikmatan di atas ranjang yang lebih menantang. Sampai ia tak membantah saat Radit memulangkannya.

 

                      ***

 

Naura yang sudah berganti pakaian kerjanya pun turun ke bawah lalu sarapan bersama kedua orang tuanya. Wajahnya terlihat berseri dan lebih segar

"Kamu terlihat bahagia sekali hari ini Naura," sapa Bu Fatma pada putrinya.

 

"Heran Papa, kamu kan habis diceraikan Radit, tapi nggak ada introspeksi diri sama sekali," tambah Pak Rustam.

 

"Biar ajalah Pah, heran anak bahagia kok nggak seneng," bantah istrinya.

 

"Bagaimana bisa senang, anak sudah mencoreng muka keluarga kita begini. Apa yang patut dibanggakan?" tanya Pak Rustam dengan nada tinggi.

 

Pak Rustam memang tak pernah ikut campur masalah rumah tangga putra-putrinya. Meski berharap rumah tangga putrinya tetap akur hingga maut memisahkan. Namun tak akan menghalangi mereka jika sudah tak lagi bisa mempertahankan rumah tangga mereka. Biarlah putrinya yang memutuskan, mereka sudah cukup dewasa, hal itulah yang selalu dipegang oleh beliau.

 

Meskipun begitu, kasus Naura adalah perkecualian. Perbuatan Naura membuatnya merasa gagal sebagai seorang ayah. Merasa belum bisa maksimal dalam menanamkan ilmu agama dan pendidikan moral hingga putrinya tak bisa menjaga kehormatan sendiri.

 

"Jadi, Papa lebih suka anak kita hidup menderita dan dianggap mandul oleh orang-orang?"

 

"Bukan begitu Ma, yang Papa sesalkan adalah perzinahan Naura. Kalau memang Naura sudah tidak nyaman menjadi istri Radit seharusnya bilang terus terang."

 

"Halaah, Papa kebanyakan teori!Bisa aja Radit nggak terima kalau Naura bicara jujur! Sudahlah yang penting Naura itu bahagia dengan pilihannya," bantah istrinya yang membuat Pak Rustam terus menggeleng kepala, tak tahu bagaimana lagi menghadapinya.

 

"Naura, kapan kamu mau memperkenalkan laki-laki itu pada Mama dan Papa?" tanya Bu Fatma lagi.

 

"Nanti Ma," kata Naura kemudian menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

 

"Memangnya dia siapa, kerjanya apa, kenal dimana?" tanya Bu Fatma tidak sabar.

 

Naura pun menceritakan tentang pria idaman lainnya pada Ibunya yang terlihat sangat antusias. Ibunya sejak dulu memang selalu mendukung setiap keputusan Naura, bahkan cenderung memanjakannya.

 

Bu Fatma terlihat semakin antusias dan tidak sabar untuk bertemu dengan Fajar, pria yang menyebabkan keretakan rumah tangga putrinya. Terlebih saat mengetahui kalau pekerjaan laki-laki itu lebih baik dibanding mantan menantunya.

 

"Jadi kapan nak Fajar mau dibawa ke rumah?" tanya Bu Fatma lagi setengah memaksa. Sementara sang suami hanya geleng-geleng kepala saja.

 

"Nanti kalau urusan perceraian Naura sudah selesai Ma. Mas Radit bilang supaya Naura dan Fajar jangan ketemu dulu sebelum urusan cerai beres, takut ada fitnah," jawab Naura lembut.

 

"Halaaah Radit kan bukan suamimu lagi, buat apa kamu dengerin. Kemarin dia kan sudah mengucapkan talak sebanyak tiga kali kan?"

 

Dalam hati, Naura membenarkan perkataan ibunya. Ia sudah resmi menjanda setelah Radit mengucapkan talak sebanyak tiga kali di depan kedua orang tuanya. Artinya Naura bukan lagi tanggung jawab Radit, dan bebas kemana pun dan pergi dengan siapa pun. 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status