Home / Romansa / Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku / Bab 7. Aku siap melayani Tuan.

Share

Bab 7. Aku siap melayani Tuan.

Author: Tetesan air
last update Huling Na-update: 2025-10-13 09:27:05

Kayra menghela napas, wajahnya pucat dan kedua matanya berkaca-kaca. 

"Ayo Kayra, bergeraklah dengan cepat, apa kamu ingin selamanya diancam dan di hina? Apa kamu tidak ingin hidup bebas tanpa tekanan?" Kayra menjajah dirinya sendiri. 

Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu ke luar dari kamar menuju dapur. 

"Bi, apa melihat Tuan?" tanya Kayra dengan senyum ramah. 

"Tuan sepertinya di ruang fitness, Non," jawab jujur Mina.

"Ok, terima kasih Bi." Kayra bergegas menuju ruang fitness.

Dari kejauhan ia sudah melihat Bram sedang melakukan pec deck machine. Kedatangannya ke sana sama sekali tidak mengganggu Bram, pria tampan itu tetap fokus pada aktivitasnya.

Justru Kayra yang salah tingkah. Bagaimana tidak? Saat ini Bram hanya mengenakan tank top, sehingga menunjukkan ototnya yang begitu sixpack.

Tanpa sadar, Kayra menelan saliva dengan kasar. Bahkan tatapannya tidak lepas dari Bram.

"Ya Tuhan, Tuan Bram benar-benar sempurna. Dia bukan hanya kaya, tapi tampan dan gagah," ucap Kayra tanpa sadar dan nyaris tak terdengar. 

"Jangan menatapku seperti itu." Suara Bram menyadarkan Kayra.

Tentu membuatnya terkejut sekaligus gugup! Walaupun bibirnya tersenyum, tetapi wajahnya tidak bisa berbohong. 

"Jadi aku harus menatap Tuan, seperti apa?" Kayra bicara dengan nada mendesah, yang membuat Bram bergidik.

Kayra meraih handuk kecil, lalu melap keringat yang menetes di dada bidang Bram, dengan lembut. 

Seketika itu juga Bram menghentikan aktivitasnya, ia mencengkram pergelangan Kayra, menghentikan aksi wanita cantik itu.

"Sudah cukup, berhentilah untuk menggodaku," ucap Bram sambil melepaskan tangan Kayra dengan kasar. 

Ia meraih ponselnya dari atas meja kecil, lalu meninggalkan ruang fitness. Sedangkan Kayra hanya terdiam sambil memandang punggung Bram yang semakin menjauh. 

Menggoda Bram tidak semudah yang ia bayangkan, mungkin kah karena penampilan Kayra yang terlalu biasa saja? Sehingga tidak menarik di matanya?

Kayra menghela napas, ia pun bergegas meninggalkan ruang fitness dan kembali ke kamar. 

Setibanya di sana, benda pintar itu kembali berdering. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal.

"Kayra putriku, bekerjalah dengan baik, lakukan perintah Nyonya Asha. Ingat, nasib ibu dan ayah ada di tanganmu," ucap Kayra membaca pesan yang masuk di ponselnya. 

Butiran bening seketika menetes dari kedua mata Kayra, jarinya segera menghubungi nomor tersebut. Berharap bisa bicara dengan ayahnya, namun sayang! Teleponnya tidak terhubung karena di luar jangkauan. 

Hatinya semakin hancur, seakan dunia ini tidak sedikitpun berpihak padanya. Semua hanya mengambil keuntungan darinya.

"Baiklah," ucap Kayra dalam keputusasaan.

***

Malam semakin larut, Kayra masih duduk di balkon kamarnya. Menikmati hembusan angin sambil menatap ke arah gerbang, berharap sebuah mobil muncul dari sana.

Benar saja, mobil kesayangan Bram tiba-tiba memasuki gerbang. Kayra pun bergegas meninggalkan balkon menuju pintu utama. 

"Tuan baru pulang?" tanya Kayra basa-basi.

Bram memutar kepala, menatap Kayra sekilas dan langsung pergi tanpa membuka mulut. 

Bi Mina pun terlihat ke luar dari kamar. Mengikuti Bram menaiki anak tangga menuju lantai dua, sambil membawa sebuah kotak di tangannya.

Kayra yang penasaran, lantas mengikuti keduanya. Ia berdiri di depan pintu kamar Bram, menunggu Bi Mina ke luar dari dalam sana.

"Non Kayra," ucap Bi Mina yang terkejut melihat Kayra, saat membuka pintu. 

Kayra tersenyum malu, "Apa Tu...."

"Tuan sedang sakit Non, badannya panas. Aku baru saja memberinya obat." Jawaban Mina membuat Kayra berhenti bicara.

"Benarkah?" 

Tentu Kayra bertanya! Tadi pagi pria tampan itu masih sehat bugar. Ia bahkan fitness dan berenang.

"Iya Non, sebaiknya Non Kayra menemani Tuan di kamarnya." Bi Mina berharap, semoga dengan cara ini bisa membuat hati Bram luluh.

Kayra sedikitpun tak menolak, ia masuk ke dalam kamar, duduk di sisi ranjang. Sesekali menempelkan punggung tangannya di kening Bram, memastikan kondisi tubuh pria tampan itu.

"Ya ampun, panasnya semakin tinggi," keluh Kayra. 

Ia bergegas ke dapur, menyiapkan air hangat di dalam cawan dan kembali ke kamar. Dengan lembut, Kayra menempelkan handuk kecil yang basah di kening Bram.

Mata yang tadinya tertutup rapat, perlahan terbuka setelah merasakan sesuatu di keningnya. 

"Kamu," ucap Bram sambil tangannya meraih handuk dari kening. 

"Jangan dilepas Tuan," protes Kayra.

"Aku sengaja membuatnya, karena panas Tuan semakin tinggi. Dengan cara dikompres, bisa meredakan demam. Apa Tuan tidak tahun itu?" lanjut Kayra. Ia mengomel seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya. 

"Aku bukan anak-anak, lagipula kamu tidak perlu berpura-pura peduli seperti ini." Bram dengan egonya.

Entah sampai kapan pria itu bisa melunak? Niat baik Kayra pun dianggap pura-pura olehnya, padahal Kayra benar-benar tulus.

"Iya, Tuan bukan anak-anak lagi. Tapi Tuan harus segera sembuh, agar bisa membuat anak." Kayra bicara secara spontan. 

Bram menatapnya tanpa berkedip, namun tatapan tajam itu tak membuat Kayra takut. Ia justru tersenyum manis, sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Pergilah, aku mau istirahat," ucap Bram.

Kehadiran Kayra benar-benar membuatnya tidak nyaman, entah mengapa ia merasa sesuatu saat berdekatan dengan wanita pilihan istrinya itu.

"Baiklah, kita akan istirahat bersama." Kayra naik ke atas tempat tidur, berbaring tepat di samping Bram.

Dua pasang mata seketika beradu, Kayra menatap Bram sambil tersenyum genit. Berbeda dengan pria 40 tahun itu, ia menatap sinis Kayra lalu memutar tubuh, memunggunginya.

Senyum Kayra semakin melebar, hanya karena ayahnya ia harus menjelma sebagai wanita penggoda yang tak tahu malu. 

Dengan berat hati, Kayra memeluk Bram, menempelkan wajahnya di tungku pria angkuh itu, sambil bernisik.

"Aku siap melayani Tuan." 

Seketika bulu kuduk Bram berdiri, hembusan napas Kayra menembus telinga hingga dada. 

Bram menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar. Ia pun kembali memutar tubuh ke kekarnya menghadap Kayra. 

"Kamu...."

Bram belum selesai bicara, Kayra tiba-tiba menempelkan bibirnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 35. Saya datang atas kemauan sendiri.

    Bram menghela napas, menyandarkan kepala di sandaran sofa sambil jarinya memijat kening. "Untuk apa kamu pusing Bro? Lagipula apa yang kamu harapkan dari Asha? Apa dia bisa memberimu keturunan? Tidak kan?" Harry menjajah Bram dengan berbagai pertanyaan. "Aku benar-benar pusing Har. Jika Asha benar memiliki hubungan dengan Alex, aku bisa hancur." Bram bicara sambil memejamkan mata."Kamu benar-benar bodoh Bro. Wanita tidak hanya Asha, masih banyak yang lebih cantik dari dia. Contohnya Kayra, apa bagimu dia tidak cantik? Bukan hanya cantik saja, dia juga bisa memberimu keturunan, pewaris keluarga Nathan."Bram refleks membuka mata mendengar ucapan Harry, ia benar-benar melupakan wanita hamil itu.Bram baru saja meraih ponselnya dari atas meja, tiba-tiba ponsel Harry berdering. "Anak buah," ucap Harry membaca nama yang muncul di sana. Ia mengusap layar ponselnya, "Iya Baby.""Sayang, aku menemani Kayra dulu ya?" Suara manja Sarah dari seberang sana.Harry sengaja membuat nama kontak

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 34. Istri orang juga di gas.

    Sepanjang perjalanan Eric tidak berhenti bicara, ia menjajah Kayra dengan berbagai pertanyaan. Ia memancing wanita cantik itu untuk menceritakan tentang suaminya. Namun Kayra tidak terpancing, ia menutup rapat-rapat tentang hubungannya dengan keluarga Nathan. Kayra tidak mau melanggar perjanjian, karena hal itu akan menambah masalah. "Suami kamu tidak pernah pulang ya?" tanya Eric sambil melirik Kayra dari kaca spion. "Dia masih sibuk Pak Eric, jadi belum ada waktu untuk pulang." Kayra menjawab dengan santai. "Oh begitu, apa tidak sebaiknya kamu ikut dengannya? "Kayra tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. Pak Eric lihat sendiri kan, ibunya Kayra sudah mulai tua, jadi tidak mungkin ditinggal sendiri." Kali ini Sarah yang membuka mulut. "Iya juga sih, tapi kasihan Kayra. Dia lagi hamil, pasti butuh perhatian dari suaminya. Tapi tenang saja, masih ada aku yang siap membantu kapan saja dibutuhkan." Eric menatap Sarah sambil menggerakkan kedua alis mata. "Dasar playboy, perempua

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 33. Ini nikmat Mas Bram.

    Bram menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Kayra, "Aku datang untukmu Kayra, jadi kita harus tidur bersama."Bisikan Bram menembus telinga hingga jantung Kayra, yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri dan menari-nari. Kayra menegakkan kepala, matanya seketika beradu dengan kedua mata indah Bram."Aku...."Bram menempelkan bibirnya ke bibir Kayra, menutup mulut wanita hamil itu agar tidak bicara. Kakinya selangkah demi selangkah maju, yang membuat Kayra melangkah mundur, hingga membentur tembok. Tangan yang tadinya diam, kini melingkar di pinggang Bram. Ia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dari pria tampan itu."Kamu sudah basah Kayra," bisik Bram sambil menyentuh bagian sensitif Kayra. Ia mengangkat tubuh mungil Kayra, membaringkannya di atas tempat tidur dengan lembut. Membuka seluruh pakaian yang menempel di sana, kini tubuh wanita cantik itu terpampang bebas di hadapannya. Matanya menatap Kayra dari ujung rambut, seketika berhenti dibagian tengah. Perut yang duluny

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 32.

    Tepat pukul 7 malam, Sarah sudah meninggalkan apartemen. Namun sebelum pergi, ia sudah menghubungi Harry. Meminta kekasihnya itu untuk memberitahu Bram bahwa Kayra menginap di apartemennya.Sesuai harapan Sarah, Bram pun datang ke sana untuk menemui Kayra. Tentu kedatangan pria tampan itu membuat Kayra terkejut!"Tuan," ucap Kayra saat membuka pintu. "Aku boleh masuk?" tanya Bram karena Kayra berdiri di bibir pintu. "Hm, iya iya." Kayra menyingkir agar Bram bisa masuk. Ia menutup pintu lalu mengikuti Bram ke ruang tamu. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bram setelah menjatuhkan bokongnya di atas sofa. "Iya Tuan, aku baik-baik saja. Oh iya, Tuan kenapa bisa datang kemari?" Kayra bertanya hanya sekedar basa-basi, sebenarnya ia sudah tahu kalau Sarah yang memintanya untuk datang ke sana. "Ingin bertemu denganmu," jawab Bram tanpa melihat lawan bicaranya. Pria tampan itu fokus membuka jam tangan, lalu menaruhnya di atas meja. Setelah itu ia membuka tiga kancing bajunya, yang menunjuk

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 31. Apa kamu menyukai aksi Om Bram?

    Suara kicauan burung dari hutan lindung membuat suasana kediaman Nathan semakin syahdu. Asha yang duduk di balkon kamar, seketika menyipitkan mata melihat sebuah mobil memasuki gerbang istana miliknya. Ia menatapnya dari kejauhan hingga mobil itu terparkir rapih."Itukan Kayra," ucap Asha saat melihat dua wanita turun dari mobil. Ia bergegas meninggalkan balkon, menuruni anak tangga menuju lantai satu. "Kayra," panggil Asha setibanya di ruang tamu. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan Kayra."Mbak Asha, maaf saya datang tanpa memberitahu Mbak terlebih dahulu." Wajah Kayra terlihat bersalah "Apa Bram yang memintamu datang?" tanya Asha sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa.Kayra menggeleng, "Tidak Mbak, sayang kemari untuk bicara dengan Mbak Asha."Asha menaikkan alis, "Ada hal penting?""Tolong izinkan aku untuk menemui kedua orang tuaku Mbak. Aku rindu pada mereka, aku ingin tahu kondisi mereka. Aku mohon." Kayra menyatukan kedua telapak tangannya. "Maksudmu? Aku tidak meng

  • Nafsu Liar Wanita Pilihan Istriku    Bab 30. Jangan bilang Papah menyukai Kayra.

    Tiga hari telah berlalu, saat ini Kayra sedang mengemas pakaiannya dan Bram ke dalam koper. Sore ini mereka akan kembali ke Indonesia. Setelah kejadian malam itu, keduanya merasa canggung. Apalagi Kayra selalu menjaga jarak, bahkan ia memilih tidur di sofa untuk menghindari Bram.Liburan pertanyaan dengan Bram benar-benar tidak memiliki kesan apapun. Padahal Bram selalu mengajaknya untuk keliling negara Singa itu, tetapi Kayra menolak. "Tuan, aku sudah bertemu dengan orang tua Kayra." Bram membaca pesan yang masuk di ponselnya.Iya, sebelum Bram dan Kayra terbang ke Singapura, ia menyuruh seseorang untuk mencari kedua orang tua Kayra."Baiklah, aku segera kembali." Setelah mengirim pesan itu, Bram memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Memutar tubuh kekarnya, melangkah menghampiri Kayra yang duduk di sofa."Ayo." Bram menarik tangan Kayra. "Ke mana Tuan?" tanya Kayra sambil mengikuti Bram."Temani aku berbelanja," jawab Bram.Kayra tidak menolak, ia hanya memberitahu Asha deng

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status