"Memang kamu tahu kalau Ida akan melahirkan anak perempuan?" tanya Uminya bingung."Mudahan saja Um, soalnya dia tidak pernah memberitahukan jenis kelamin bayiku ketika dia memeriksa kandungannya," jawab Sulthan kesal."Kamu seharusnya lebih memperhatikan Ida, kasihan dia punya suami tapi sepertinya nggak punya suami," ucap Umi kesal."Kan ada Ummi dan Mbok Siti, Sulthan sibuk di kantor tidak bisa menjaganya dua puluh empat jam, lagian dia bukan anak kecil yang harus di layani kan?" kilah Sulthan tak mau kalah."Ummi tahu sendiri kan Sulthan dari dulu tidak menyukai Ida, dia itu sudah Sulthan anggap seperti adik sendiri," jawabnya lagi.Tak lama kemudian dokter menghampiri mereka dan mengatakan bahwa dia harus segera mengambil tindakan, karena bayinya sudah banyak meminum air ketuban."Lakukan yang terbaik untuk bayiku Om," jawabnya dengan tegas."Satu lagi yang harus saya sampaikan nyawa mereka dalam bahaya, mungkin diantara salah satunya ada yang tidak tertolong mengingat kondisi pasien dan bayinya sama-sama kritis," ucap Dokter itu.Sulthan berpikir sejenak dan dengan mantap dia mengatakannya sesuatu sehingga membuat Uminya tertunduk lesu dan menangis."Selamatkan bayiku saja Om, tidak usah ibunya!" titahnya.Seketika Ummi Syifa dan Dokter Imran syok dan terkejut atas ucapan Sulthan yang hanya menginginkan bayinya saja tidak dengan ibunya."Apa yang kamu katakan Than, kamu hanya menginginkan bayi itu tanpa memedulikan Ida, sungguh keterlaluan kamu!" ucap Ummi Syifa kesal.Sulthan tidak mau kehilangan bayi itu biarkan saja ibunya lagian Sulthan tidak mencintainya Um!""Om lakukan apa saja yang penting selamatkan dulu bayiku, masalah ibunya selamat atau tidak terserah Yang Diatas," jawabnya dengan tenang."Baiklah Than, silakan tanda tangan surat ini, sehingga jika terjadi sesuatu pada salah satunya kami tidak bertanggung jawab.""Baiklah Om, saya siap!"Setelah menandatangani semua berkas yang di sodorkan perawat itu, mereka tim dokter itu telah menyiapkan ruang operasi.Ummi Syifa tak henti-hentinya berdoa, mulut dan hatinya membaca doa-doa guna menyelamatkan keduanya."Mbak maaf saya berbicara seperti itu, karena saya takut kalian akan lebih syok ketika tahu salah satu dari mereka tidak bisa kami selamatkan, semoga ada keajaiban Mbak," ucap Dokter itu sedih."Saya tahu kamu dalam dilema karena kamu sebagai dokter di sini sekaligus kamu pamannya Sulthan, tapi Mbak mohon lakukan yang terbaik aku sangat menyayangi Ida, dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri, tolong dia, dia orang baik, aku belum siap jika kehilangan diantara mereka berdua," jelas Bu Syifa sembari menangis tersedu-sedu."Insya Allah Mbak, doakan saja yang terbaik, kalau begitu saya permisi dulu Mbak!"Dokter Imran pergi meninggalkan mereka dalam kekhawatiran yang dalam terlebih lagi Ummi Syifa yang mondar mandir tidak tenang dengan keadaan Ida di dalam kamar operasi itu.Ingin rasanya memberi kekuatan kepada menantu kesayangannya itu, tetapi peraturan rumah sakit tidak memperbolehkan pasien di temani apalagi di ruang operasi, akan mengganggu tim dokter.Di dalam ruang operasi Dokter Imran memberitahukan tentang keputusan suaminya kalau dia hanya menginginkan bayinya saja.Ida tersenyum bahagia setidaknya dia masih mau menerima bayi yang dikandung dalam dirinya.Sama halnya Sultan ingin bayi itu selamat begitu juga Ida biarlah dia yang berjuang antara hidup dan mati yang terpenting bayinya harus selamat.Dokter memberikan semangat kepada pasiennya, karena beliau juga merasa terpukul atas sikap keponakannya itu."Om jangan khawatir, Ida baik-baik saja, selamatkan bayi Ida ya Om, jangan salahkan Mas Sulthan," ucapnya pelan."Om nggak habis pikir dengan sikap Sulthan, baiklah Ida jika Allah menghendaki maka terjadilah, semoga ada keajaiban agar kalian bisa selamat, bersiaplah Ida, kamu wanita kuat dan hebat, Allah pasti membantumu," sahut Dokter Imran yang tak lain adalah adik kandung ayahnya Sulthan.Setelah semua siap, Ida lalu diberi obat bius setengah badan sehingga dari pinggang ke bawah tidak terasa sedangkan dari pinggang ke atas tidak di bius.Ada tetesan air mata yang mengalir di sudut matanya, tak kuasa melihat istri keponakannya menangis, segera dokter Imran memberikan instruksi kepada susternya untuk menyemangati Ida."Ibu tenang ya, perbanyak zikir dalam hati Bu, yakinlah Allah itu selalu bersama kita" ucap suster itu pelan dibisikkan di telinganya.Tak lama kemudian Ida memejamkan matanya dengan tetesan air mata yang mengalir terus."Ya Allah kuserahkan hidup dan matiku kepada Mu, selamatkan bayiku ini, berilah kehidupan yang layak, dia berhak hidup, berhak melihat indahnya dunia, jangan Kau ambil di sisi ayahnya," Allahu Akbar."Ida menutup matanya dengan rapat dan di bawah alam sadar mimpinya."Nduk, Assalamualaikum!""Wa-Walaikumsalam!""Ida-- Ida lagi ada di mana ini? mengapa banyak sekali bunga di sini?""Apa kamu suka Sayang? Apa kamu mau tinggal di sini bersama Ibu dan Bapak, Nak?""Wah ini bagus banget Bu, tempat apa ini, seumur-umur Ida belum pernah melihat taman seperti ini, di mana ini Bu? boleh dong kita selfie buat kenang-kenangan," jawabnya semringah."Jangan dong Bu, kasihan cucu kita nggak ada yang jaga," kilah Bapaknya yang masih terlihat sehat."Si Ida di sana tidak dicintai oleh suaminya juga kok Pak, lebih baik di sini temanin Ibu, biar saja anaknya Ida mereka yang urus, mau ya kamu Nduk tinggal sama Ibu?""Loh kok ada Bapak sama Ibu di sini, mau jemput Ida ya, ikut ya Bu, Ida nggak betah di sana!""Jangan dia harus bersama anaknya, kasihan masa masih bayi sudah nggak ada ibunya, suatu saat nanti suaminya akan mencintai anak kita dengan ikhlas bahkan tidak mau melepaskan Ida dengan orang lain," sahut Bapaknya."Kembalilah bersama keluargamu Ida, anakmu membutuhkanmu sebagai ibunya, kelak suatu saat nanti kamu akan bahagia lahir dan batin, tetapi perjuanganmu masih panjang dan berliku banyak kerikil tajam yang harus kamu lewati, bahkan mungkin sekali lagi nyawamu menjadi taruhannya.""Ida, Bapak antar kamu pulang kembalilah Nak, suatu saat kita akan bertemu lagi.""Tempatmu bukan di sini Ida, belum waktunya, masih banyak perjuangan di sana yang menantimu, percayalah pada dirimu sendiri kalau kamu bisa melewati masalahmu.""Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha, kamu akan menemui kebahagiaanmu jika kamu niat mencarinya."Setelah berhasil mengeluarkan bayinya yang sudah membiru, tidak ada detak jantung bayi itu, dokter pun berusaha semaksimal mungkin agar bayi itu menangis.Lima menit, sepuluh menit bahkan sudah lima belas menit kemudian bayi itu tetap tidak menangis. Dokter Imran kembali memeriksa denyut nadi bayi itu tetapi tidak ada denyut nadinya, bahkan tubuh bayi itu mulai membiru.Dokter Imran serba salah di satu sisi bayi itu sudah tidak bernyawa sedangkan ibunya mulai kritis dan denyut nadinya semakin lemah.Teringat pesan Sulthan kalau beliau harus menyelamatkan bayi itu, tetapi Allah berkehendak lain."Bagaimana ini ya Allah, mengapa bayinya Ida tidak menangis?" lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca."Dok gimana bayi ini sudah tidak bisa di selamatkan, apakah kita langsung beritahu saja dengan keluarga pasien di luar?" tanya salah satu perawat itu"Tunggu sebentar, saya ingin memberikan bayi itu dulu ke ibunya, untuk terakhir kalinya sebelum diserahkan ke keluarga," jawab Dokter Imran bergetar.Dokter Imran mencium kening bayi yang berjenis kelamin perempuan itu walaupun sudah membiru masih terlihat kulitnya pasti putih, wajahnya cantik seperti ibunya, bibirnya yang mungil seperti tersenyum.
Kemudian beliau menaruhnya diatas dada ibunya yang masih terasa hangat.Selama beberapa detik Ida mulai kembali menitikkan air matanya walau matanya tertutup sangat rapat.Selang beberapa saat kemudian kulit bayi itu sedikit demi sedikit birunya memudar dan perlahan-lahan ada gerakan-gerakan kecil.Dokter Imran, Bidan Lusi dan dua dokter lainnya serta perawat menyaksikan secara saksama."Dok, apa saya nggak salah lihat itu ada gerakan kecil pada kakinya?" ucap Bidan Lusi yang tercengang melihat bayi itu seperti mengentakkan kaki mungilnya.Sedikit demi sedikit bayi mungil itu mengentak kakinya dan lama-kelamaan seluruh tubuhnya di gerakkan sehingga pecah tangis pun terdengar.Dokter Imran langsung bersembah sujud di ruangan itu sambil menangis, semuanya heran dan terkesima melihat pemandangan ini.Bagaimana tidak dokter yang terkenal sangat ramah ini tidak pernah menangis seperti itu."Terima kasih Ya Allah engkau Maha Penyayang, Engkau memberi kehidupan baru bagi bayi ini," ucapnya s
Keesokan harinya sesuai dengan yang dikatakan oleh Sulthan akhirnya acara aqiqahan putrinya pun digelar sangat meriah.Tak lupa Sulthan memanggil anak panti asuhan kurang lebih 300 orang.Pagi harinya ibu-ibu pengajian Ummi Syifa berdatangan dan para sahabat serta teman, kolega sesama pebisnis turut serta ambil bagian dalam acara itu.Menghadirkan Penceramah di kota itu, melantunkan ayat-ayat suci Al Quran yang syahdu menenggelamkan sesaat hati ini.Umi Syifa melihat Sulthan menitikkan air mata, entah apa yang dirasakan anaknya."Kenapa kamu Nak, kok nangis ada apa?" tanya Ummi Syifa dengan lembut."Nggak apa-apa Um, cuma Sulthan sudah lama tidak mengaji, bahkan Sulthan sudah lama cara mengaji Um!""Apakah kamu mau Umi ajarkan seperti waktu kamu masih kecil, Nak?""Nanti saja Um!"Sulthan langsung berdiri meninggalkan Ummi Syifa yang masih bingung dengan sikapnya.Umi Syifa sangat tahu kalau anaknya sangat keras kepala seperti almarhum papahnya.Sulthan selalu menyembunyikan luka bat
"Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah malam akan menangis.Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa.Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur.Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya.Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdeb
Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.Namun tiba-tiba Fina
Wanita itu sangat cantik, memakai jilbab segi empat bermotif bunga berwarna merah, dipadu padankan dengan baju terusan yang sangat elegan, ditambah sepatu hak tinggi berwarna merah dan warna senada tas ditangannya.Kulitnya putih dan tinggi menambah indah dipandang mata tak lupa memakai kaca mata hitam."Assalamualaikum!" sapa wanita cantik itu."Walaikumsalam! jawab mereka serentak."Maaf Mbak, saya bisa bertemu dengan Bapak Sulthan Yazid Zidan?" tanya wanita itu dengan sopan dan ramah."Maaf Mbak, Bapak Sulthan sedang tidak ada di tempat, lagi keluar, kalau boleh saya tahu dengan Mbak siapa?" tanya Agnes penasaran."Maaf kapan dia balik ke kantor?" tanyanya lagi."Kurang tahu Mbak, soalnya beliau tidak memberitahukan kepada saya, ada pesan, Mbak?" tanya balik Agnes."Oh nggak usah, nanti saya balik saja ke sini, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu Mbak, nanti kalau saya kasih tahu ada tamu yang mencari beliau, siapa namanya Mbak?" tanya Agnes yang masih penasaran."Hemmh ... ka
"Iya saya juga Bu, kasihan Neng Ida, kita harus membuat mereka bersatu lagi, tapi bagaimana Bu, bukannya ini sudah masuk talak satu?""Justru itu nanti setelah Ida bisa dinyatakan membaik kita akan mengadakan syukuran dan sekalian mengikrarkan kembali perkawinan mereka.""Ayuk kita masuk kasihan dia sendiri di dalam!" ajak Umi Syifa."Assalamualaikum!”"Walaikumsalam!" jawab Ida pelan dan tersenyum."Eh Ummi ... augh ... " ucap Ida merintih kesakitan karena ingin bersandar tetapi punggungnya susah di gerakkan akibat terlalu lama berbaring."Ida jangan dipaksa Sayang, kamu belum pulih benar, pelan-pelan Sayang," sahut Ummi Syifa merasa khawatir dengan Ida.“Ida nggak apa-apa Mi, Cuma agak sedikit sakit mungkin karena kelamaan berbaring,” jawabnya pelan.“Wajahmu tirus dan badanmu menjadi kurus Sayang, sudah hampir setahun kamu koma, tetapi Allah masih sayang sama kamu, hari ini kamu sudah sadar dan kembali di dalam keluarga kami,” ucap Ummi Syifa sembari mengelus pipi Ida dengan lembut
@Agnes{Maaf Pak, dia sendiri yang tidak ingin memberikan nomor ponselnya, mungkin kalau diminta sekarang namanya bukan kejutan}{Coba Bapak pikirkan baik-baik, apakah itu yang dinamakan penasaran, jika memang betul-betul dia rindu sama Bapak pasti dia akan menunggu Bapak sampai balik ke kantor, tetapi buktinya dia pergi dengan banyak misteri?}Seketika Sulthan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Agnes ada benarnya, seharusnya dia menunggu Sulthan, tetapi kenapa dia membuat Sulthan menjadi penasaran, apa maksud dan tujuannya kali ini?@Sulthan{Tumben kamu pintar, oke saya terima argumenmu, kalau begitu sebentar lagi saya ke kantor, siapkan berkas-berkas yang akan di bawa untuk bertemu dengan Pak Jodi dan saya minta maaf sudah berkata kasar ke kamu}@Agnes{Iya Pak, sama-sama, selamat siang Pak}@Sulthan{Selamat siang}Sulthan pun mengakhiri percakapan dengan sekretarisnya dan ingin beristirahat sebentar di dalam mobilnya, namun saat Sulthan hendak memejamkan matanya sebentar tiba-
Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama