Home / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 02. Ida Masuk Ruang Operasi

Share

02. Ida Masuk Ruang Operasi

last update Last Updated: 2022-12-14 21:23:39

 

"Memang kamu tahu kalau Ida akan melahirkan anak perempuan?" tanya Uminya bingung.

"Mudahan saja Um, soalnya dia tidak pernah memberitahukan jenis kelamin bayiku ketika dia memeriksa kandungannya," jawab Sulthan kesal.

"Kamu seharusnya lebih memperhatikan Ida, kasihan dia punya suami tapi sepertinya nggak punya suami," ucap Umi kesal.

"Kan ada Ummi dan Mbok Siti, Sulthan sibuk di kantor tidak bisa menjaganya dua puluh empat jam, lagian dia bukan anak kecil yang harus di layani kan?" kilah Sulthan tak mau kalah.

"Ummi tahu sendiri kan Sulthan dari dulu tidak menyukai Ida, dia itu sudah Sulthan anggap seperti adik sendiri," jawabnya lagi.

Tak lama kemudian dokter menghampiri mereka dan mengatakan bahwa dia harus segera mengambil tindakan, karena  bayinya sudah banyak meminum air ketuban.

"Lakukan yang terbaik untuk bayiku Om," jawabnya dengan tegas.

"Satu lagi yang harus saya sampaikan nyawa mereka dalam bahaya, mungkin diantara salah satunya ada yang tidak tertolong mengingat kondisi pasien dan bayinya sama-sama kritis," ucap Dokter itu.

Sulthan berpikir sejenak dan dengan mantap dia mengatakannya sesuatu sehingga membuat Uminya tertunduk lesu dan menangis.

"Selamatkan bayiku saja Om, tidak usah ibunya!" titahnya.

Seketika Ummi Syifa dan Dokter Imran syok dan terkejut atas ucapan Sulthan yang hanya menginginkan bayinya saja tidak dengan ibunya.

"Apa yang kamu katakan Than, kamu hanya menginginkan bayi itu tanpa memedulikan Ida, sungguh keterlaluan kamu!" ucap Ummi Syifa kesal.

Sulthan tidak mau kehilangan bayi itu biarkan saja ibunya lagian Sulthan tidak mencintainya Um!"

"Om lakukan apa saja yang penting selamatkan dulu bayiku, masalah ibunya selamat atau tidak terserah Yang Diatas," jawabnya dengan tenang.

"Baiklah Than, silakan tanda tangan surat ini, sehingga jika terjadi sesuatu pada salah satunya kami tidak bertanggung jawab."

"Baiklah Om, saya siap!"

Setelah menandatangani semua berkas yang di sodorkan perawat itu, mereka tim dokter itu telah menyiapkan ruang operasi.

Ummi Syifa tak henti-hentinya berdoa, mulut dan hatinya membaca doa-doa guna menyelamatkan keduanya.

"Mbak maaf saya berbicara seperti itu, karena saya takut kalian akan lebih syok ketika tahu salah satu dari mereka tidak bisa kami selamatkan, semoga ada keajaiban Mbak," ucap Dokter itu sedih.

"Saya tahu kamu dalam dilema karena kamu sebagai dokter di sini sekaligus kamu pamannya Sulthan, tapi Mbak mohon lakukan yang terbaik aku sangat menyayangi Ida, dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri, tolong dia, dia orang baik, aku belum siap jika kehilangan diantara mereka berdua," jelas Bu Syifa sembari menangis tersedu-sedu.

"Insya Allah Mbak, doakan saja yang terbaik, kalau begitu saya permisi dulu Mbak!"

Dokter Imran pergi meninggalkan mereka dalam kekhawatiran yang dalam terlebih lagi Ummi Syifa yang mondar mandir tidak tenang dengan keadaan Ida di dalam kamar operasi itu.

Ingin rasanya memberi kekuatan kepada menantu kesayangannya itu, tetapi peraturan rumah sakit tidak memperbolehkan pasien di temani apalagi di ruang operasi, akan mengganggu tim dokter.

Di dalam ruang operasi Dokter Imran memberitahukan tentang keputusan suaminya kalau dia hanya menginginkan bayinya saja.

Ida tersenyum bahagia setidaknya dia masih mau menerima bayi yang dikandung dalam dirinya.

Sama halnya Sultan ingin bayi itu selamat begitu juga Ida biarlah dia yang berjuang antara hidup dan mati yang terpenting bayinya harus selamat.

Dokter memberikan semangat kepada pasiennya, karena beliau juga merasa terpukul atas sikap keponakannya itu.

"Om jangan khawatir, Ida baik-baik saja, selamatkan bayi Ida ya Om, jangan salahkan Mas Sulthan," ucapnya pelan.

"Om nggak habis pikir dengan sikap Sulthan, baiklah Ida jika Allah menghendaki maka terjadilah, semoga ada keajaiban agar kalian bisa selamat, bersiaplah Ida, kamu wanita kuat dan hebat, Allah pasti membantumu," sahut Dokter Imran yang tak lain adalah adik kandung ayahnya Sulthan.

Setelah semua siap, Ida lalu diberi obat bius setengah badan sehingga dari pinggang ke bawah tidak terasa sedangkan dari pinggang ke atas tidak di bius.

Ada tetesan air mata yang mengalir di sudut matanya, tak kuasa melihat istri keponakannya menangis, segera dokter Imran memberikan instruksi kepada susternya untuk menyemangati Ida.

"Ibu tenang ya, perbanyak zikir dalam hati Bu, yakinlah Allah itu selalu bersama kita" ucap suster itu pelan dibisikkan di telinganya.

Tak lama kemudian Ida memejamkan matanya dengan tetesan air mata yang mengalir terus.

"Ya Allah kuserahkan hidup dan matiku kepada Mu, selamatkan bayiku ini, berilah kehidupan yang layak, dia berhak hidup, berhak melihat indahnya dunia, jangan Kau ambil di sisi ayahnya," Allahu Akbar."

Ida menutup matanya dengan rapat dan di bawah alam sadar mimpinya.

"Nduk, Assalamualaikum!"

"Wa-Walaikumsalam!"

"Ida-- Ida lagi ada di mana ini? mengapa banyak sekali bunga di sini?"

"Apa kamu suka Sayang? Apa kamu mau tinggal di sini bersama Ibu dan Bapak, Nak?"

"Wah ini bagus banget Bu, tempat apa ini, seumur-umur Ida belum pernah melihat taman seperti ini, di mana ini Bu? boleh dong kita selfie buat kenang-kenangan," jawabnya semringah.

"Jangan dong Bu, kasihan cucu kita nggak ada yang jaga," kilah Bapaknya yang masih terlihat sehat.

"Si Ida di sana tidak dicintai oleh suaminya juga kok Pak, lebih baik di sini temanin Ibu, biar saja anaknya Ida mereka yang urus, mau ya kamu Nduk tinggal sama Ibu?"

"Loh kok ada Bapak sama Ibu di sini, mau jemput Ida ya, ikut ya Bu, Ida nggak betah di sana!"

"Jangan dia harus bersama anaknya, kasihan masa masih bayi sudah nggak ada ibunya, suatu saat nanti suaminya akan mencintai anak kita dengan ikhlas bahkan tidak mau melepaskan Ida dengan orang lain," sahut Bapaknya.

"Kembalilah bersama keluargamu Ida, anakmu membutuhkanmu sebagai ibunya, kelak suatu saat nanti kamu akan bahagia lahir dan batin, tetapi perjuanganmu masih panjang dan berliku banyak kerikil tajam yang harus kamu lewati, bahkan mungkin sekali lagi nyawamu menjadi taruhannya."

"Ida, Bapak antar kamu pulang kembalilah Nak, suatu saat kita akan bertemu lagi."

"Tempatmu bukan di sini Ida, belum waktunya, masih banyak perjuangan di sana yang menantimu, percayalah pada dirimu sendiri kalau kamu bisa melewati masalahmu."

"Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha, kamu akan menemui kebahagiaanmu jika kamu niat mencarinya."

Setelah berhasil mengeluarkan bayinya yang sudah membiru, tidak ada detak jantung bayi itu, dokter pun berusaha semaksimal mungkin agar bayi itu menangis.

Lima menit, sepuluh menit bahkan sudah lima belas menit kemudian bayi itu tetap tidak menangis. Dokter Imran kembali memeriksa denyut nadi bayi itu tetapi tidak ada denyut nadinya, bahkan tubuh bayi itu mulai membiru.

Dokter Imran serba salah di satu sisi bayi itu sudah tidak bernyawa sedangkan ibunya mulai kritis dan denyut nadinya semakin lemah.

Teringat pesan Sulthan kalau beliau harus menyelamatkan bayi itu, tetapi Allah berkehendak lain.

"Bagaimana ini ya Allah, mengapa bayinya Ida tidak menangis?" lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Dok gimana bayi ini sudah tidak bisa di selamatkan, apakah kita langsung beritahu saja dengan keluarga pasien di luar?" tanya salah satu perawat itu

"Tunggu sebentar, saya ingin memberikan bayi itu dulu ke ibunya, untuk terakhir kalinya sebelum diserahkan ke keluarga," jawab Dokter Imran bergetar.

Dokter Imran mencium kening bayi yang berjenis kelamin perempuan itu walaupun sudah membiru masih terlihat kulitnya pasti putih, wajahnya cantik seperti ibunya, bibirnya yang mungil seperti tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status