Beranda / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 06. Kenangan Masa Lalu

Share

06. Kenangan Masa Lalu

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-25 07:25:47

Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.

 

Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.

 

Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.

 

Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

 

Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.

 

Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.

 

Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.

 

Namun tiba-tiba Fina beserta keluarga besarnya tidak bisa di hubungi bahkan alamat rumah yang mereka tinggali sudah dua minggu tidak ditempati.

 

Sulthan seperti orang gila mencari Fina maupun keluarganya. Dia pun pergi ke kantor Om Agung ternyata di perusahaan itu tidak terdaftar nama karyawan Agung Sulistiono.

 

Sulthan pun memberikan foto Om Agung tersebut yang ada di ponselnya Sulthan, tetapi mereka tidak ada yang mengenalnya.

 

Sulthan semakin bingung, padahal dia sering mondar mandir di perusahaan itu dan mendapati Om Agung sedang bekerja, tetapi mengapa semua orang tidak tahu?

 

Namun pada saat Sulthan ingin pergi meninggalkan kantor itu, dia pun bertemu seorang cleaning servis di kantor itu.

 

"Maaf Pak, apakah Anda mencari Bapak Agung Sulistiono?" tanya seorang wanita tua yang berpakaian cleaning servis itu.

 

Sulthan langsung mengambil ponsel di dalam kantong  celananya lalu menunjukkan foto Om Agung kepada wanita tua itu.

 

"Apakah Ibu mengenal beliau?" tanya Sulthan semringah.

 

"Jika kamu mau tahu silakan kamu pergi ke warung pinggir jalan itu nanti pulang dari kantor, Ibu tidak bisa cerita sekarang karena tidak baik bicara di sini, bisa-bisa saya dipecat!" jawabnya dengan sedikit berbisik dan menoleh ke sana ke mari seakan-akan takut terlihat orang lain.

 

"Baiklah Bu, saya akan datang ke warung itu, bolehkah saya meminta nomor ponsel Ibu?" tanya Sulthan.

 

Ibu itu langsung memberikan nomor ponselnya dengan cepat, dan dia pun pergi begitu saja meninggalkan Sulthan dalam kebingungan.

 

Sulthan pergi dengan sedikit lega, setidaknya ada yang tahu tentang keberadaan Om Agung ayahnya Fina.

 

Menjelang sore Sulthan sudah mulai bersiap-siap pergi ke warung itu, karena pikirannya hanya ke fokus mencari Fina.

 

Sampailah Sulthan di warung itu sekitar sepuluh menit dari arah kantornya. Dia pun sudah melihat ibu itu berada di warung itu.

 

"Assalamualaikum!"

 

"Wa’alaikumsalam!

 

"Maaf Bu, sedikit telat soalnya jalanan nya macet,"  ucap Sulthan dengan ramah.

 

"Nggak apa-apa ibu juga baru sampai," jawabnya dengan tersenyum.

 

Sulthan duduk di samping Ibu itu dan tidak lama Ibu itu langsung memperkenalkan dirinya.

 

"Perkenalkan nama saya Ibu Pujiati tetapi biasa dipanggil Ibu Puji."

 

"Saya Sulthan, Bu!

 

"Oh, begini Nak Sulthan saya tahu orang ini, dulu dia cleaning servis di sini selama dua tahun, tetapi karena kebodohannya karena ketahuan mencuri sehingga dia dilaporkan ke pihak berwajib."

 

"Memang tidak ada yang tahu, karena Pak Agung ini berteman baik dengan pemilik perusahaan itu, namanya Pak Burhan."

 

"Mana mungkin Bu, saya mengenal keluarganya dari sejak kecil Bu, bahkan itu adalah milik perusahaan Om Agung," jawab Sulthan.

 

"Memang iya tetapi Pak Burhan sudah membelinya dari Pak Agung karena utangnya yang banyak di Bank, dan parahnya Pak Burhan memberikan pekerjaan kepada Pak Agung  menjadi cleaning servis."

 

"Makanya semua orang di karyawan itu tidak ingin membuka mulutnya untuk informasi ini, semua kasihan dengan Pak Agung, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena jika mereka keluar dan mencari pekerjaan di luar otomatis mereka tidak akan di terima lantaran Pak Burhan sudah memberi peringatan semua perusahaan agar tidak menerima mereka."

 

"Sekarang apakah Ibu tahu di mana mereka sekarang?"

 

"Tidak ada yang tahu di mana beliau sekarang, bahkan semua keluarganya hilang entah kemana, nomor ponselnya pun sudah tidak aktif lagi, seperti ditelan bumi saja," jawab Bu Puji.

 

"Terus kenapa Om Agung mencuri ya Bu?"

 

"Itulah Mas, kita nggak tahu pastinya, karena CCTV di ruangan itu sedang rusak, tetapi semua bukti kearah Pak Agung, karena saat di geledah di loker milik Pak Agung, tersimpan pecahan uang yang berserakan di lokernya."

 

"Gara-gara itu Pak Agung langsung di pecat secara tidak hormat, kami sangat yakin kalau Pak Agung tidak bersalah, ini hanya permainan politik saja."

 

"Saya berani melakukan semua ini lantaran saya kasihan dengan Pak Agung dan putrinya, Mbak Fina."

 

"Ibu kenal juga dengan Fina, dia adalah tunangan saya Bu!"

 

"Entah betul apa nggak konon Pak Burhan sangat menyukai Mbak Fina anaknya Pak Agung yang cantik tetapi sepertinya Mbak Fina tidak menyukai orang itu."

 

"Saya nggak tahu persis sih Mas, dan ini saya menemukan kalungnya Mbak Fina saat membersihkan ruang kerja Pak Burhan," jawabnya sambil memberikan sebuah kalung emas yang terdapat liontin berbentuk hati di dalamnya ada foto Sulthan dan Fina.

 

"Saya kenal Masnya, karena kalung ini ada foto Masnya, sekarang tugas Mas cari saja Mbak Fina mungkin dia butuh pertolongan," jawab Bu Fina menjelaskan.

 

"Namun saya nggak tahu di mana mereka sekarang yang saya tahu, cuma saya dengar-dengar mereka pindah ke Surabaya."

 

"Pak! Pak Sulthan!" teriak Agnes sekretaris Sulthan.

 

"Iya, ada apa!" sahut Sulthan dingin dan membuyarkan lamunannya yang terjadi lima tahun yang lalu.

 

"Itu Pak, ponselnya berbunyi terus!" jawabnya sembari menunjuk ke arah ponsel Sulthan yang tergeletak di meja kerjanya.

 

"Oh, maaf!"

 

Sulthan lalu mengambil ponselnya dan melihat layar ponselnya, ternyata Umminya yang menelpon.

 

@Sulthan

{Assalamualaikum Umi}

 

@Ummi Syifa

{Kok lama banget sih Than angkat telepon dari Umi?}

 

@Sulthan

{Maaf Ummi, Sulthan nggak konsentrasi, ada apa Ummi telepon jam segini?}

 

@Ummi Syifa

{Ummi cuma ngasih tahu kalau Ida sudah siuman Nak, Alhamdulillah Ummi sangat senang banget Than, kamu bisa kan datang ke rumah sakit, Ummi mohon Nak, demi Ummi}

 

@Sulthan

{Hemmh ... baiklah Ummi, Sulthan ke sana, Assalamualaikum}

 

@Ummi Syifa

{ wa’alaikumsalam}

 

"Agnes, tolong jadwal meeting saya untuk hari ini dikancel semua, buat ulang untuk besok sekitar jam sepuluh pagi, saya mau ke rumah sakit, soalnya istri saya sudah siuman dari komanya," ucapnya segera membereskan semua berkas yang dia tandatangani.

 

"Alhamdulillah Pak, akhirnya Ibu sudah siuman, ini kabar gembira, baik saya lakukan, salam buat Ibu Pak!" ucap Agnes dengan tawa semringah dan hampir menitikkan air mata.

 

"Kenapa kamu kok jadi nangis, nggak usah lebay kamu!" jawabnya dingin.

 

"Maaf Pak, saya permisi dulu dan segera saya atur ulang jadwal Bapak!" ucapnya sembari pergi dari ruang kerja Sulthan.

 

Setelah Agnes pergi dari hadapan bosnya, kini giliran Sulthan yang pergi keluar dengan tatapan dinginnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah orang yang memberi salam hormat kepadanya.

 

Dia pun buru-buru pergi dari kantor menuju rumah sakit sesuai perintah Umminya.

 

"Kenapa lagi bos killer kita, jutek amat, untungnya dia tampan!" tanya Siska teman Agnes.

 

"Hush, nggak boleh ngomong gitu, biar bagaimana pun bos killer itu yang menggaji kita lagian kalau masalah uang beliau itu tidak pelit, yang penting kita itu jujur dan dipercaya," jelas Agnes memuji bosnya itu.

 

"Iya tahu, semua orang tahu kali, cuma kenapa dia buru-buru gitu, sih?" tanya Manda temannya yang lain.

 

"Oh ya lupa ngasih tahu, Alhamdulillah Ida sudah siuman dari komanya, aku sangat bahagia Sis, sudah setahun lamanya dia terbaring sekarang sudah waktunya dia harus bangkit," jelas Agnes bahagia.

 

"Ibu Ida Agnes, biasakan manggil nya kalau di kantor Ibu, kalau di luar bolehlah, walaupun dia itu sahabatmu tetapi tidak sepantasnya kamu panggil sebutan namanya saja, dia kan istri bos killer kita," sahut Manda menimpali.

 

"Iya nih mentang-mentang sahabatan!" gerutu Siska.

 

"Sorry Say, sudah kebiasaan sih, aku tuh senang banget dia siuman, kamu tahu nggak badannya kurus tinggal tulang karena kelamaan koma, kasihan banget, pokoknya aku harus buat dia seperti dulu," jawab Agnes bersemangat.

 

"Kamu sangat peduli ya sama Ibu Ida, padahal dia itu nggak modis banget, penampilannya saja kampungan, pantas saja Bos kita itu malas banget pergi dengan Bu Ida, dandanannya kaya gitu sih," celetuk Siska.

 

"Kamu jangan salah Sis, kalau aku lihat ya Bu Ida itu cantik loh, wajahnya natural mungkin dia itu nggak suka neko-neko kaya kita ini," jawab Manda menimpali.

 

"Ida itu memang cantik, hanya saja dia tidak mau menunjukkan sama orang lain, dia berprinsip hanya yang menjadi suaminya lah yang berhak melihat kecantikannya," sahut Agnes.

 

"Nah aku ada ide, bagaimana kalau kita bantu Bu Ida menjadi seorang wanita yang mandiri dan cantik, kan sayang tahu punya wajah cantik tapi Bos kita satu ini nggak suka sama istrinya, kan aneh banget!" sahut Siska.

 

"Memang kalian nggak naksir dengan Bos killer kita ini, wajah nggak di ragukan, tubuh seperti peragawan, kalau kita nangis bisa tuh dadanya yang bidang buat kita sandaran, dan satu lagi tajir," ledek Manda.

 

"Kalau aku jujur siapa sih yang nggak jatuh cinta sama bos killer gitu, aku juga mau tetapi aku masih waras ya, suamiku mau di simpan di mana nggak muat taruh di koper, hahaha ..." ucap Agnes tertawa lepas.

 

"Iya nih nggak waras juga teman kita satu ini, suamiku saja satu nggak habis-habis, tetaplah suamiku yang tampan walaupun dia hanya tukang ojek online dan guru dia sangat bertanggung jawab," sahut Siska.

 

"Iya kali, bercanda Non, aku saja ogah punya suami kaya bos kita, terlalu tampan juga nggak enak, nanti bisa di rebut orang," jawab Manda sembari tertawa diikuti sahabat lainnya.

 

Tak lama kemudian saat mereka sedang asyik bercerita tiba-tiba ada seorang wanita yang menegur mereka dengan ramah.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status