Share

06. Kenangan Masa Lalu

Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.

 

Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.

 

Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.

 

Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

 

Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.

 

Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.

 

Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.

 

Namun tiba-tiba Fina beserta keluarga besarnya tidak bisa di hubungi bahkan alamat rumah yang mereka tinggali sudah dua minggu tidak ditempati.

 

Sulthan seperti orang gila mencari Fina maupun keluarganya. Dia pun pergi ke kantor Om Agung ternyata di perusahaan itu tidak terdaftar nama karyawan Agung Sulistiono.

 

Sulthan pun memberikan foto Om Agung tersebut yang ada di ponselnya Sulthan, tetapi mereka tidak ada yang mengenalnya.

 

Sulthan semakin bingung, padahal dia sering mondar mandir di perusahaan itu dan mendapati Om Agung sedang bekerja, tetapi mengapa semua orang tidak tahu?

 

Namun pada saat Sulthan ingin pergi meninggalkan kantor itu, dia pun bertemu seorang cleaning servis di kantor itu.

 

"Maaf Pak, apakah Anda mencari Bapak Agung Sulistiono?" tanya seorang wanita tua yang berpakaian cleaning servis itu.

 

Sulthan langsung mengambil ponsel di dalam kantong  celananya lalu menunjukkan foto Om Agung kepada wanita tua itu.

 

"Apakah Ibu mengenal beliau?" tanya Sulthan semringah.

 

"Jika kamu mau tahu silakan kamu pergi ke warung pinggir jalan itu nanti pulang dari kantor, Ibu tidak bisa cerita sekarang karena tidak baik bicara di sini, bisa-bisa saya dipecat!" jawabnya dengan sedikit berbisik dan menoleh ke sana ke mari seakan-akan takut terlihat orang lain.

 

"Baiklah Bu, saya akan datang ke warung itu, bolehkah saya meminta nomor ponsel Ibu?" tanya Sulthan.

 

Ibu itu langsung memberikan nomor ponselnya dengan cepat, dan dia pun pergi begitu saja meninggalkan Sulthan dalam kebingungan.

 

Sulthan pergi dengan sedikit lega, setidaknya ada yang tahu tentang keberadaan Om Agung ayahnya Fina.

 

Menjelang sore Sulthan sudah mulai bersiap-siap pergi ke warung itu, karena pikirannya hanya ke fokus mencari Fina.

 

Sampailah Sulthan di warung itu sekitar sepuluh menit dari arah kantornya. Dia pun sudah melihat ibu itu berada di warung itu.

 

"Assalamualaikum!"

 

"Wa’alaikumsalam!

 

"Maaf Bu, sedikit telat soalnya jalanan nya macet,"  ucap Sulthan dengan ramah.

 

"Nggak apa-apa ibu juga baru sampai," jawabnya dengan tersenyum.

 

Sulthan duduk di samping Ibu itu dan tidak lama Ibu itu langsung memperkenalkan dirinya.

 

"Perkenalkan nama saya Ibu Pujiati tetapi biasa dipanggil Ibu Puji."

 

"Saya Sulthan, Bu!

 

"Oh, begini Nak Sulthan saya tahu orang ini, dulu dia cleaning servis di sini selama dua tahun, tetapi karena kebodohannya karena ketahuan mencuri sehingga dia dilaporkan ke pihak berwajib."

 

"Memang tidak ada yang tahu, karena Pak Agung ini berteman baik dengan pemilik perusahaan itu, namanya Pak Burhan."

 

"Mana mungkin Bu, saya mengenal keluarganya dari sejak kecil Bu, bahkan itu adalah milik perusahaan Om Agung," jawab Sulthan.

 

"Memang iya tetapi Pak Burhan sudah membelinya dari Pak Agung karena utangnya yang banyak di Bank, dan parahnya Pak Burhan memberikan pekerjaan kepada Pak Agung  menjadi cleaning servis."

 

"Makanya semua orang di karyawan itu tidak ingin membuka mulutnya untuk informasi ini, semua kasihan dengan Pak Agung, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena jika mereka keluar dan mencari pekerjaan di luar otomatis mereka tidak akan di terima lantaran Pak Burhan sudah memberi peringatan semua perusahaan agar tidak menerima mereka."

 

"Sekarang apakah Ibu tahu di mana mereka sekarang?"

 

"Tidak ada yang tahu di mana beliau sekarang, bahkan semua keluarganya hilang entah kemana, nomor ponselnya pun sudah tidak aktif lagi, seperti ditelan bumi saja," jawab Bu Puji.

 

"Terus kenapa Om Agung mencuri ya Bu?"

 

"Itulah Mas, kita nggak tahu pastinya, karena CCTV di ruangan itu sedang rusak, tetapi semua bukti kearah Pak Agung, karena saat di geledah di loker milik Pak Agung, tersimpan pecahan uang yang berserakan di lokernya."

 

"Gara-gara itu Pak Agung langsung di pecat secara tidak hormat, kami sangat yakin kalau Pak Agung tidak bersalah, ini hanya permainan politik saja."

 

"Saya berani melakukan semua ini lantaran saya kasihan dengan Pak Agung dan putrinya, Mbak Fina."

 

"Ibu kenal juga dengan Fina, dia adalah tunangan saya Bu!"

 

"Entah betul apa nggak konon Pak Burhan sangat menyukai Mbak Fina anaknya Pak Agung yang cantik tetapi sepertinya Mbak Fina tidak menyukai orang itu."

 

"Saya nggak tahu persis sih Mas, dan ini saya menemukan kalungnya Mbak Fina saat membersihkan ruang kerja Pak Burhan," jawabnya sambil memberikan sebuah kalung emas yang terdapat liontin berbentuk hati di dalamnya ada foto Sulthan dan Fina.

 

"Saya kenal Masnya, karena kalung ini ada foto Masnya, sekarang tugas Mas cari saja Mbak Fina mungkin dia butuh pertolongan," jawab Bu Fina menjelaskan.

 

"Namun saya nggak tahu di mana mereka sekarang yang saya tahu, cuma saya dengar-dengar mereka pindah ke Surabaya."

 

"Pak! Pak Sulthan!" teriak Agnes sekretaris Sulthan.

 

"Iya, ada apa!" sahut Sulthan dingin dan membuyarkan lamunannya yang terjadi lima tahun yang lalu.

 

"Itu Pak, ponselnya berbunyi terus!" jawabnya sembari menunjuk ke arah ponsel Sulthan yang tergeletak di meja kerjanya.

 

"Oh, maaf!"

 

Sulthan lalu mengambil ponselnya dan melihat layar ponselnya, ternyata Umminya yang menelpon.

 

@Sulthan

{Assalamualaikum Umi}

 

@Ummi Syifa

{Kok lama banget sih Than angkat telepon dari Umi?}

 

@Sulthan

{Maaf Ummi, Sulthan nggak konsentrasi, ada apa Ummi telepon jam segini?}

 

@Ummi Syifa

{Ummi cuma ngasih tahu kalau Ida sudah siuman Nak, Alhamdulillah Ummi sangat senang banget Than, kamu bisa kan datang ke rumah sakit, Ummi mohon Nak, demi Ummi}

 

@Sulthan

{Hemmh ... baiklah Ummi, Sulthan ke sana, Assalamualaikum}

 

@Ummi Syifa

{ wa’alaikumsalam}

 

"Agnes, tolong jadwal meeting saya untuk hari ini dikancel semua, buat ulang untuk besok sekitar jam sepuluh pagi, saya mau ke rumah sakit, soalnya istri saya sudah siuman dari komanya," ucapnya segera membereskan semua berkas yang dia tandatangani.

 

"Alhamdulillah Pak, akhirnya Ibu sudah siuman, ini kabar gembira, baik saya lakukan, salam buat Ibu Pak!" ucap Agnes dengan tawa semringah dan hampir menitikkan air mata.

 

"Kenapa kamu kok jadi nangis, nggak usah lebay kamu!" jawabnya dingin.

 

"Maaf Pak, saya permisi dulu dan segera saya atur ulang jadwal Bapak!" ucapnya sembari pergi dari ruang kerja Sulthan.

 

Setelah Agnes pergi dari hadapan bosnya, kini giliran Sulthan yang pergi keluar dengan tatapan dinginnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah orang yang memberi salam hormat kepadanya.

 

Dia pun buru-buru pergi dari kantor menuju rumah sakit sesuai perintah Umminya.

 

"Kenapa lagi bos killer kita, jutek amat, untungnya dia tampan!" tanya Siska teman Agnes.

 

"Hush, nggak boleh ngomong gitu, biar bagaimana pun bos killer itu yang menggaji kita lagian kalau masalah uang beliau itu tidak pelit, yang penting kita itu jujur dan dipercaya," jelas Agnes memuji bosnya itu.

 

"Iya tahu, semua orang tahu kali, cuma kenapa dia buru-buru gitu, sih?" tanya Manda temannya yang lain.

 

"Oh ya lupa ngasih tahu, Alhamdulillah Ida sudah siuman dari komanya, aku sangat bahagia Sis, sudah setahun lamanya dia terbaring sekarang sudah waktunya dia harus bangkit," jelas Agnes bahagia.

 

"Ibu Ida Agnes, biasakan manggil nya kalau di kantor Ibu, kalau di luar bolehlah, walaupun dia itu sahabatmu tetapi tidak sepantasnya kamu panggil sebutan namanya saja, dia kan istri bos killer kita," sahut Manda menimpali.

 

"Iya nih mentang-mentang sahabatan!" gerutu Siska.

 

"Sorry Say, sudah kebiasaan sih, aku tuh senang banget dia siuman, kamu tahu nggak badannya kurus tinggal tulang karena kelamaan koma, kasihan banget, pokoknya aku harus buat dia seperti dulu," jawab Agnes bersemangat.

 

"Kamu sangat peduli ya sama Ibu Ida, padahal dia itu nggak modis banget, penampilannya saja kampungan, pantas saja Bos kita itu malas banget pergi dengan Bu Ida, dandanannya kaya gitu sih," celetuk Siska.

 

"Kamu jangan salah Sis, kalau aku lihat ya Bu Ida itu cantik loh, wajahnya natural mungkin dia itu nggak suka neko-neko kaya kita ini," jawab Manda menimpali.

 

"Ida itu memang cantik, hanya saja dia tidak mau menunjukkan sama orang lain, dia berprinsip hanya yang menjadi suaminya lah yang berhak melihat kecantikannya," sahut Agnes.

 

"Nah aku ada ide, bagaimana kalau kita bantu Bu Ida menjadi seorang wanita yang mandiri dan cantik, kan sayang tahu punya wajah cantik tapi Bos kita satu ini nggak suka sama istrinya, kan aneh banget!" sahut Siska.

 

"Memang kalian nggak naksir dengan Bos killer kita ini, wajah nggak di ragukan, tubuh seperti peragawan, kalau kita nangis bisa tuh dadanya yang bidang buat kita sandaran, dan satu lagi tajir," ledek Manda.

 

"Kalau aku jujur siapa sih yang nggak jatuh cinta sama bos killer gitu, aku juga mau tetapi aku masih waras ya, suamiku mau di simpan di mana nggak muat taruh di koper, hahaha ..." ucap Agnes tertawa lepas.

 

"Iya nih nggak waras juga teman kita satu ini, suamiku saja satu nggak habis-habis, tetaplah suamiku yang tampan walaupun dia hanya tukang ojek online dan guru dia sangat bertanggung jawab," sahut Siska.

 

"Iya kali, bercanda Non, aku saja ogah punya suami kaya bos kita, terlalu tampan juga nggak enak, nanti bisa di rebut orang," jawab Manda sembari tertawa diikuti sahabat lainnya.

 

Tak lama kemudian saat mereka sedang asyik bercerita tiba-tiba ada seorang wanita yang menegur mereka dengan ramah.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status